PETAKA SI ROLEX

2K 186 11
                                    

Tak banyak kata yang bisa aku ungkapkan untuk menggambarkan perasanku padamu.
Semua jadi terasa indah. Hari-hariku bagai pelangi, penuh warna. Semua itu terjadi setelah bertemu denganmu.
Bahkan aku mempunyai hobi baru, salah satunya menuliskan namamu dan menatap langit malam tanpa tujuan.
Aku mencintaimu.

Aku membolak-balikkan kertas yang bertuliskan ungkapan tersebut.

"Siapa yang mengirim kertas ini?"
Namun takku temukan siapa pengirimnya.

"Aneh?"
Sekali lagi aku membacanya.

"Mungkin Atha." Gumamku.
Aku menutup mata dan mendekap kertas tersebut. Sambil berbaring diatas tempat tidur, mulai membayangkan sosok Atha.

"Dia benar-benar romantis." Ucap ku. Kembali melihat tertas tersebut.

"Aaa....!" Teriakku histeris.

"Brukkk." Aku terjatuh dari tempat tidur.

Untung hanya mimpi. Napasku tersengal-sengal. Mengapa muncul foto Ziddan dikertas tadi.

Aku melihat kearah jam dinding, baru pukul 09.00 pagi .
Pantas saja aku sampai bermimpi, cuacanya begitu dingin. Diluar sana hujan deras, petir pun sahut menyahut sebagai nyanyian alam.
Sepertinya alam pun turut bersedih, karena aku tidak berkerja hari ini.

"Toktoktok...toktok.." (suara pintu diketuk).

"Rani....!" Seseorang memanggilku dari luar.

Siapa? Segera aku bergegas membuka pintu.

"Mama!" Teriakku kaget.

Mama menatapku kesal, lalu menerobos masuk kedalam. Tubuhnya basah kuyup.

"Bawa koper Mama." Perintahnya.

"Kenapa Mama gak bilang kalau mau ke Jakarta?" Tanyaku.
Lalu memberikan handuk kepadanya.

"Kenapa hpmu mati?" Tanya mama kesal.

Astaga! Aku lupa mengaktifkannya.

"Jauh-jauh hari Mama sudah bilang ke kamu. Bahkan dari sebulan yang lalu Mama bilang akan ke Jakarta bulan ini." Ucap mama dengan marah.

Aku benar-benar lupa soal itu. Tapi mama datang dalam situasi yang kurang tepat. Disaat aku kehilangan pekerjaanku.

Mama masuk kedalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang basah. Aku pun bergegas ke dapur untuk membuatkan teh.

Semoga mama tidak berlama-lama disini, aku bisa pusing dibuatnya.

"Siap-siap nih tebelin telinga." Batinku.

"Anak perawan jam segini baru bangun! Mau jadi apa kamu?" Ucap mama.

Apa ku bilang. Baru beberapa menit aku sudah terkena ocehan. Seminggu disini, telingaku bisa selebar telinga gajah.

"Kamar, apa kapal pecah ini?" Ucap mama, melihat keadaan kamarku.

Sebenarnya kamarku tidak begitu berantakan. Tapi memang mama orang yang rapih dan sangat menjaga kebersihan. Bahkan aku pernah dipukul dengan gagang sapu oleh mama. Saat kepergok bermain tidak mengenakan sendal. Pernah dijewer juga, saat masuk kedalam rumah tidak melepas sepatu. Itu kejadian saat pulang sekolah, kalau tidak salah waktu itu aku kelas 2 SD.
Mama memang begitu orangnya, banyak aturan. Untung aku tidak mewarisinya, bisa stres anak-anak ku nanti.

"Rapihin kamarmu! Mama gak suka liat berantakan begini." Perintah mama.

Mau tidak mau harus dirapihkan, dari pada terkena ocehan.

QIRANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang