Tahun ini, adalah tahun dimana aku resmi duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Pertama. Alhamdulillah aku masuk kelas unggulan disekolah aku itu. Sekarang aku termasuk satu dari 36 siswa yang ada di kelas IX-8. Jujur aku bingung kenapa aku bisa masuk kelas unggulan ini. Banyak yang bilang karena dulu saat kelas VIII aku menduduki peringkat ke-2, maka dari itu aku layak masuk kelas unggulan. Jujur aku sempat merasakan sedih dan senang. Aku sedih karena aku terpisah dari Best Friends aku di kelas VIII dulu. Aku sedih mereka atau salah satu dari mereka tidak bisa satu kelas lagi sama aku. Aku senang karena aku bangga bisa masuk kelas unggulan kembali setelah satu tahun, atau tepatnya saat kelas VIII aku gagal untuk masuk kelas unggulan lagi. Aku juga sempat merasakan kebingungan dan takut karena di kelas IX ini, banyak teman-teman baru yang belum terlalu aku kenal.
"Nida, lu duduk sama siapa nanti? Duduk sama Lia ya?", tanyaku pada Nida.
Nida adalah teman satu kelas aku dulu di kelas VIII. Dia juga satu regu denganku di Pramuka sekolah kami. Aku, Nida, dan Lia adalah siswi yang berkesempatan untuk duduk di kelas unggulan setelah sebelumnya kami masuk peringkat 3 besar di kelas VIII-8. Lia sebagai peringkat pertama, yang nilainya hanya beda satu saja dariku, sedangkan Nida berada di peringkat ke tiga dengan nilai yang hanya beda dua point dari nilaiku. Aku takut banget kalau Nida jadi duduk sebangku dengan Lia, karena kalau hal itu terjadi, aku tak tau harus duduk dengan siapa dikelas itu nanti.
"Emang kenapa, Ni? Lu belum dapet temen sebangku?", tanya Nida.
Aku yang belum dapat teman duduk itupun hanya bisa menggelengkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan dari Nida. Sungguh aku sangat berharap Nida belum mendapatan teman sebangku. Namun sayangnya, dia sudah ada janji untuk duduk sebangku dengan Lia. Yapp, dugaanku benar Nida pasti duduk dengan Lia. Huaaa aku duduk sama siapa dong? Aku gak kenal banyak orang di kelas itu, teriakku dalam hati. Tapi Nida sempat bercerita padaku kalau sebenernya dia tidak mau duduk sebangku dengan Lia. Nida terpaksa duduk sebangku dengan dia, karena dia memaksa Nida untuk duduk dengannya. Akhirnya, Nida menyuruhku untuk ngomong ke Lia bahawa Nida ingin duduk denganku. Jujur aku takut mengatakan hal itu pada Lia, karena aku takut membuatnya marah. Panjang umur dah si Lia. Baru saja aku ngomongin dia, eh dia sudah muncul dihadapan aku dan Nida.
"Nid, sorry ya kayaknya gue gak jadi duduk sama elu deh soalnya si Putri ngajakin gue duduk sebangku. Gapapa kan? Jangan marah ya", ucap Lia pada Nida.
"Iya, Li gapapa. Kebetulan banget deh, gue juga baru mau ngomong kok sama elu kalo gue mau duduk sama Vita aja, soalnya dia juga belum dapet temen sebangku. Yaudah kalo gitu, kita gajadi sebangku ya?", tanya Nida memastikan.
Lia hanya menganggukan kepalanya dan segera pergi ke Putri. Aku dan Nida langsung saling menatap, dan kami pun saling berpelukan. Aku bahagia sekali bisa duduk sebangku dengannya. setidaknya teman sebangku itu adalah orang yang aku kenal. Mulai dari hari itu, aku siap untuk memasuki kelas baru itu. Rasa takut itu perlahan hilang dari benakku. Setelah hari itu, aku libur sekolah. Libur yang lumayan lama, tapi liburan itu aku manfaatkan untuk menyicil materi belajar di kelas IX. Aku sangat berharap, saat ujian praktik dan ujian yang lainnya, aku bisa mendapatkan teman yang bisa diajak untuk bekerja sama dalam belajar. Aku harap teman sekelompokku nanti gak akan pelit ilmu denganku.
***
Libur panjang sudah berakhir, kini tiba saatnya untuk memulai hari baru di kelas IX ini. Aku dan Nida sudah janjian akan datang pagi hari untuk memilih tempat duduk yang paling depan, tapi gak didepan banget juga. Jam 05.45 aku sudah berada di ruang kelas baruku ini. Suasana kelas masih sangat sepi. Hanya ada beberapa tas saja yang sudah bertengger di kursi. Alhamdulillah aku bisa memilih kursi dibagian depan. Aku menaruh tas ku di pojok kanan kelas, di baris kedua dari depan. Sengaja memilih tempat ini, karena menurutku, tempat ini sangat strategis untuk hari-hari pertama dikelas ini. Kira-kira, siapa ya yang akan duduk di samping kanan, depan, dan belakangku nanti?, tanyaku dalam hati. Entahlah, aku hanya berharap orang-orang yang duduk di sekelilingku itu adalah orang-orang yang aku kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
General FictionKenapa dari dulu aku gak pernah sadar kalau di hari itu, dia sudah menyatakan cintanya padaku. Saat dia datang kerumah aku hanya untuk membahas permaianan Truth or Dare nya dengan teman kelasnya dulu, sesalku dalam hati.