Friendship

33 2 3
                                    

Tak terasa sudah 4 bulan aku berada di kelas ini. Kini aku juga sudah mulai dekat dengan teman-teman sekelas, walaupun belum 100% dekat. Seiring berjalannya waktu, akhirnya aku punya kelompok belajar sendiri yang terdiri dari aku, Nida, Lia, Ijul dan Tama. Kelompok ini terbentuk karena seringnya kami bersama dalam satu kelompok. Setiap ada tugas kelompok yang membebaskan anggotanya untuk membuat kelompok sendiri, kami pasti bersama. Jujur saja, kadang aku merasa bosan karena kelompok aku sama mereka lagi. Tapi disisi lain, aku juga senang satu kelompok dengan mereka.

Banyak hal yang kami lakukan saat kami sedang kerja kelompok. Pernah satu hari, Lia dan Ijul bertengkar hanya karena masalah materi saja. Tapi pertengkaran itu cukup sengit, sampai-sampai membuat aku dan Nida jadi pusing. Tama sih hanya mendengarkan saja perdebatan antara Lia dan Ijul, dia tidak memberikan tanggapan sama sekali. Kadang kami juga tertidur bersama karena terlalu lelah dengan semua tugas ini. Tugas yang satu belum selesai, sudah ada lagi tugas yang lain. Entah kapan semua tugas ini akan berakhir.

Tapi disisi lain, aku bersyukur untuk semua tugas ini. Aku jadi bisa mengenal mereka secara lebih dekat, walaupun belum sepenuhnya. Paling tidak, aku sudah mengenal bagaimana karakter kepribadian mereka masing-masing. Bahkan sekarang kami sudah punya grup di hp sendiri.

Nida: Cewek yang satu ini adalah orang yang pintar dalam pelajaran Bahasa Inggris. Selain pintar, dia juga sosok cewek yang care banget sama teman dekatnya, terutama aku. Aku sering bertukar bekal makan siangku dengan dia. Kalau bel istirahat, kami selalu bertukar makanan, kadang dia juga menyuapi aku saat aku sedang sibuk mengerjakan tugas yang belum aku selesaikan, begitu juga sebaliknya. Nida yang pintar Bahasa Inggris, tapi sayangnya dia lemah di pelajaran Matematika. Alhamdulillahnya untuk pelajaran itu, aku sedikit menguasainya. Jadi, aku dan Nida sering bertukar materi pelajaran. Dia yang mengajari aku Bahasa Inggris, sedangkan aku mengajarinya Matematika.

Lia: Cewek yang satu ini adalah orang yang pintar dengan pelajaran IPA. Menurutku dia sangat menguasai pelajaran IPA, terutama Biologi. Lia adalah wanita bertubuh tinggi, kurus, rambutnya panjang yang selalu dibiarkan terurai begitu saja. Lia memakai kaca mata dengan frame persegi panjang. Lia ini adalah seorang anak yang kaya raya. Saat di kelas VIII dulu, dia sering terlihat memamerkan barang-barang baru yang bernilai cukup mahal. Tapi, Lia itu teman yang asik dan baik kok.

Ijul: Cowok yang satu ini adalah teman dekatku dulu di kelas VII-3. Aku dan dia sering satu kelompok saat dikelas itu. Ijul adalah cowok dengan kulit yang sawo matang, bertubuh seukuran dengan aku, tidak tinggi tapi tidak pendek juga. Dia cowok yang suka buang angin sembarangan, ngupil didepan orang lain, dan hal-hal kecil lainnya yang bersifat jorok bagi hampir semua orang. Tapi disisi lain, dia tipe cowok yang sangat baik.

Tama: Cowok yang satu ini adalah teman yang baru aku kenal di kelas IX-8 ini. Sudah hampir 4 bulan aku berteman dengannya, menurutku dia tetaplah sama seperti yang pertama kali aku pikirkan. Dia adalah cowok pendiam, dan misterius. Kadang kalau dia sedang kumpul dengan teman cowok lainnya, dia bawel banget. Pernah aku melihat dia sedang berbincang serius dengan Rafly, teman sekelas aku juga dikelas IX-8 ini. Aku dengar mereka sedang membicarakan masalah gadget mereka dengan semua software nya. Tapi setelah 4 bulan ini, akhirnya aku tahu hal lain mengenai dirinya. Aku tahu dia adalah seseorang yang pintar sekali mengenai IT. Aku pernah melihat bakatnya itu secara langsung di kelas.

Tak hanya dalam tugas kelompok saja. Setelah 4 bulan ini, kami menjadi semakin akrab dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang, setiap bel istirahat berbunyi, kami makan bersama. Kami membawa bekal makan siang kami masing-masing. Terkadang kalau salah satu di antara kami ada yang tidak membawa bekal, maka dia harus segera pergi ke kantin untuk membeli makan. Tapi kalau tidak ke kantin, kadang kami membagi bekal makanan kami untuk dia yang tidak membawa makanan. Aku dan Nida sering sekali bertukar lauk makan siang. Kadang Nida juga meyuapi aku jika tugas aku belum selesai, begitu pula sebaliknya. Aku ingat sekali lauk kesukaan Nida, ya lauk buatan mama aku memang paling bisa membuat Nida menjadi bersemangat untuk makan. Lauknya sih sederhana, tapi memiliki cita rasa yang luar biasa. Lauknya adalah cumi cabe ijo. Rasa pedas di cumi yang gurih itu memang selalu bisa membuat Nida tidak berhenti melahap makanan aku sampai habis.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang