Getaran Hati

10 1 2
                                    

Hari Sabtu..

Hari ini kami memutuskan untuk melanjutkan kembali tugas Fisika ini. Hari ini, kami berlima kerja kelompok di rumah Lia. Awalnya sih kerja kelompoknya dirumah Lia, tapi karena kami mau numpang wifi di salah satu Rumah Makan yang ada di Depok, akhirnya kami kesana. Saat mau pindah dari rumah Lia kesana, sempat ada hal yang membuat aku bingung sekaligus deg deg an gitu. Nida satu motor sama Lia. Sedangkan aku disuruh memilih, mau satu motor sama Tama atau sama Ijul. Dua cowo itu menatapku penuh harap. Entah apa yang mereka fikirkan. Duh aku sama siapa ya? Sama Tama atau Ijul ya? Kalau sama Tama, aku belum terlalu dekat dengan dia, sedangkan Ijul, aku sudah lama mengenal dirinya, ucapku dalam hati. Hari ini, Ijul memakai motor barunya, sedangkan Tama memakai motor model lama. Aku sih gak liat dari motornya, tapi aku cuma bingung aja. Kalau aku sama Tama, nanti pas dijalan aku gatau mau ngobrol apa sama dia. Soalnya menurut aku, Tama itu adalah orang yang pendiam dan misterius. Kejadian tempo lalu, pasti akan terulang lagi nih, ucapku dalam hati.

Setelah berfikir beberapa menit, akhirnya aku memutuskan untuk memilih bareng sama Ijul, soalnya aku lebih dekat dengan dia. Saat aku bilang kalau aku mau bareng Ijul, entah kenapa dia begitu senang, dan di sisi lain Tama terlihat begitu sedih. Raut wajah Tama berubah dari yang penuh harap, menjadi kecewa. Sungguh terlihat bagaimana perubahan raut wajahnya itu. Apakah aku salah memilih?, tanyaku dalam hati. Kenapa hati ini juga merasa bersalah dengan keputusan aku ini ya? Saat itulah, mulai muncul perasaan aneh dalam diriku. Entah apa alasannya perasaan itu muncul. Aku lebih memilih untuk diam dan tak menghiraukan perasaan ini. Mungkin hanya rasa sebagai teman aja, gak lebih.

Sesampainya di rumah makan tersebut, kami pergi mencari tempat yang strategis. Tempat di pojok, yang kursinya banyak, yang gak begitu ramai, dan yang paling penting ada colokan charger untuk laptop yang kami pakai. Aku duduk di pinggir, di sebelah aku Tama. Nida dan Lia duduk di depan aku dan Tama, sedangkan Ijul duduk sendiri dipojok. Kami merasa beruntung sekali karena tugas yang kami dapatkan ada di internet. Jadi kami tinggal coppy paste aja. Tapi tentu saja kami edit kembali, karena gak semua tulisan itu akan kami presentasikan. Sambil menunggu Nida dan Lia mencari materinya, aku dan Tama ditugaskan untuk memesan makanan dan minuman. Entah kenapa, harus aku dan dia yang memesan makanan itu. Tapi ya sudahlah, aku hanya bisa pasrah saja. Setelah pesanan itu jadi, aku yang bawa makanannya, sedangkan dia membawa minumannya.

"Jangan, Vit kan berat. Nanti kalo jatoh, kan ribet lagi. Udah mending gue yang bawa minumnya, elu yang bawa makanannya", kata Tama padaku.

Deg... Kok Tama baik banget sih sama aku? Kenapa akhir-akhir ini dia jadi baik banget sama aku ya?, tanyaku dalam hati sambil menatap Tama. Setelah menghabiskan waktu hampir 2 jam ini, akhirnya tugas kami selesai juga. Saat mau pulang, Nida menyarankan agar aku pulang dengan Tama, karena aku dan dia kan searah pulangnya. Kalau sama Ijul, nanti malah bolak balik. Udah mendung juga soalnya. Dan pada akhirnya, aku pulang dianterin Tama lagi. Diperjalanan pulang, aku dan Tama melewati Jalan Manunggal. Tak lama setelah masuk jalan itu, hujan pun mulai turun. Deras, bahkan semakin deras hujan itu mengguyur kami.

"Mau lanjut apa neduh dulu nih, Vit. Ujannya deres banget", tanya Tama.

Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, dia sudah memarkirkan motornya di sebuah gardu kecil. Ngeselin banget sih nih orang. Belom dijawab pertanyaannya, dia malah udah ngambil kesimpulan sendiri, omelku dalam hati. Saat aku turun dari motornya, aku memilih untuk mojok ke gardu, karena hanya tempat itu yang lebih kering dari tempat lainnya. Aku mencoba untuk menghangatkan badan dan tangan aku. Aku melihat Tama sempat melirik ke arahku. Tak lama kemudian, dia menghampiri aku.

"Elu gapapa kan, Vit? Yah jadi basah gini deh elunya", tanya Tama khawatir.

"Gue gapapa kok, Tam. Lah elu juga kebasahan kan. Malah lebih basahan elu daripada gue. Kan pas keujanan tadi, elu nutupin gue, Tam. Jadi ya harusnya gue yang nanya sama elu. Elu gapapa kan?", tanyaku.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang