Part 14

111 7 0
                                    

Putri pov

"Benarkah yang dikatakannya putri?" Tanya dean dengan menatapku sendu

"A...k...u...." Ucapku bingung untuk menjelaskan apa

"Sudahlah putri, kamu bisa menjelaskannya nanti kepadaku. Silakan nikmati waktu kalian berdua" ucap dean dengan tersenyum kecil, lalu pergi menjauhi ku

Ya Allah siapa yang harus ku pilih saat ini? Disatu sisi aku tidak ingin membuat dean terluka, namun disisi lain aku juga tidak ingin kembali berpisah dengan Narel

"Sweety kok melamun aja sih" ucap Narel dengan membelai pipiku

"Engh tidak apa Narel, gimana jika kita pulang saja ini sudah malam" ucapku

"Apa ini semua karena suamimu itu?apa kamu ingin pulang karena dia?" Tanya Narel

"Tidak" ucapku

"Baiklah jika bukan Karenanya, kamu ikut aku dulu makan malam. Temani aku" ucap Narel

"Baiklah" ucapku

Putri pov And

Sementara putri dan Narel makan malam, dean sedang bersiap untuk pergi. Ya rencananya dean akan pulang ke Indonesia malam ini

" Ya Allah maafkan diriku ini, maafkan aku putri karena telah meninggalkan mu sendirian di negara ini. Tapi kamu tenang aja aku pastikan kamu juga akan pulang dengan selamat" ucap dean

Selesai berkemas dean menuliskan sebuah pesan untuk putri,lalu dia segera menuju Bandara

"Tolong jaga istri saya selama dia disini,dan tolong jangan biarkan dia disakiti oleh siapapun! Saya percayakan dia kepadamu" ucap dean kepada anak buahnya

"Baik Pak" ucap anak buahnya

Disisi lain putri sedang terpikir dimana dean sekarang? Apa dia marah kepadanya? Tapi disisi lain putri juga berpikir untuk apa dia memikirkan perasaan dean, toh pernikahan mereka hanya sebatas perjanjian bukan karena cinta, bukankah jika dean marah dia akan segera menceraikan putri dan hal itu akan membuatnya lebih mudah untuk bersama Narel, egois memang

Putri pov

Disinilah aku berada di sebuah Cafe yang terletak di dekat menara Eiffel, dari tadi Narel terus saja bercerita seputar kehidupannya beberapa tahun sebelumnya, namun aku tidak terlalu fokus mendengarkannya, dean ya nama itu yang sedari tadi mengganggu pikiranku, membuatku berdebat diantara pikiranku

"Sepertinya kamu tidak terlalu fokus mendengarkanku, dan sepertinya kamu masih memikirkan suamimu itu" ucap Narel

"Bukan begitu Narel" ucapku

"Putri. Aku ingin kamu segera mengakhiri hubungan kalian berdua, aku sangat mencintaimu putri dan aku janji setelah kalian bercerai aku akan menikahimu, dan mewujudkan mimpimu yang dulu bersamaku" ucap Narel dengan memegang kedua tanganku

"Maaf Narel, mungkin tidak bisa secepat ini" ucapku

"Kenapa? Apa Karena kamu sudah mencintainya?" Ucap Narel dengan menggenggam tanganku erat sekali, genggamannya ini membuatku sakit, ya Allah dean saja tidak bisa memperlakukan ku seperti ini

"Tidak dean, tapi aku memikirkan kesehatan jantung papah ku, aku mohon beri aku waktu 4 bulan dan aku akan bercerai dengannya" ucapku

"Baiklah sampai batas waktu itu, aku akan tetap di sampingmu" ucap Narel

Setelah perdebatan itu aku diantar Narel kembali pulang ke hotel, saat ku buka pintu kamar, ya Allah suasananya begitu sepi, Kemana dean? Kenapa dia belum pulang

My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang