***
Tok ... Tok ... Tok ...
Aku mulai mengetuk pintu dengan tempo normal, tak lama pintu pun terbuka dan ......"Mau ngapain lu kesini?! Mana masih lengkap lagi pake seragam." Ujarnya sinis, aku tidak begitu terkejut dengan responnya, karena memang Kak Shania selalu menunjukan respon seperti itu jika mendapati aku mengetuk pintu kamarnya. Mungkin, Karena udah hafal kali ya aku bakal ngapain, hihi...
"Iya nih, aku mau minta tolong sama Kak Shania. Boleh gak?"
"Minta tolong apaan?! Cepet ye! Gue buru-buru mau pergi, bentar lagi Beby jemput."
"Jadi gini Kak, sekarang aku lagi ditungguin temen aku nih Kak buat kerja kelompok pelajaran kimia, dan kerja kelompoknya itu butuh buku sebagai pedoman..." Aku menggantungkan kalimatku.
"Terusss???"
"Nah aku ga punya buku Kak, sedangkan kalo ga bawa buku minimal dua, aku ga bakal dianggap sebagai anggota kelompok. Aku kesini mau minjem buku, pasti Kak Shania punya kan buku-buku tentang Kimia gitu? Secara Kak Shania kan kerjanya di Lab gituu... Iya kan? Punya kan??? Plissss...."
"Duh, gimana ya... Punya sih tapi ada di kardus gitu, dan gue lupa gue taro di kardus yang mana. Gue kudu bongkar kardus dulu dah." Ujarnya sedikit menimbang-nimbang. Antara mau nolongin dan malas juga ngambilin bukunya.
"Yaudaa aku carii sendiri deh yaaa, tenang ga bakal aku berantakin kok." Aku langsung nyerobot masuk, setelah beberapa langkah aku merasa seseorang menahan tanganku.
"Gausah! Biar gue aja, lu tunggu sini!"
"Lah emang kenapa, Kak? Aku jadi ga enak nih malah ngerepotin."
"Ketika lu ngomong gak bakal diberantakin, saat itu juga gue sadar pasti ujungnya bakal berantakan. So, biar gue aja yang nyariin." Ujarnya sambil berlalu. Senyuman lebar mulai terlukis di wajahku.
Sampai sejauh ini misi berjalan sesuai rencana rasanya ingin tertawa sekeras-kerasnya. HA... HA... HA....
Namun, sekuat tenaga aku menahannya. Selow Gre, ini masih awal, belom saatnya tertawa bahagia.Melihat kesempatan telah terbuka lebar, dengan langkah pelan namun pasti aku berjalan menuju dapur. Kemudian langsung membuka kulkas, mataku berbinar melihat persediaan makanan yang selalu aku rindukan itu.
Aku mulai memasukan sebungkus nugget, sebungkus sosis, dan 4 butir telur. Setelah itu aku menuju tempat penyimpanan beras, aku memindahkannya sekitar 10 gelas beras ke dalam kantong kresek.
Jangan ditiru ya adik-adik ini perbuatan tidak terpuji. Aku ngelakuin ini karena terpaksa kok, janji deh kalo ada uang lebih ntar aku bales kebaikannya Kak Shania. Hum..Setelah selesai aku segera kembali ke depan pintu, berdiri dengan santai menanti Kak Shania kembali. "Kak, masih lama gak? Perlu aku bantuin?" Ujarku sedikit berteriak.
"Gak usah ini udah dapet."
Tak lama Kak Shania menghampiriku dengan setumpuk buku berukuran lumayan tebal di tangannya. "Nih, gak usah dikembaliin. Buat lu aja, sama gue juga udah gak kepake."
"Wihh, banyak banget, Kak." Aku mengulurkan tanganku menyambut tangan Kak Shania yang memberikan setumpukan buku, mungkin jumlahnya sekitar 6-7.
Aku jadi semakin gak enak hati nih sama Kak Shania, dia malah baik banget sama aku. Maafin ya Kak Shania, ini yang terakhir kalinya deh. Huhu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Apa Banget ?! Season 2
FanfictionGracia x Okta a.k.a GreTa gxg fanfic Cerita ini hanya karangan dan fiktif belaka, berasal dari imajinasi yang absurd serta tak terkontrol. *WARNING* Terlalu sering membaca FF dapat menyebabkan kematian. Apalagi kalo bacanya sambil ngemil. Iya ngemil...