7. Tujuh

978 82 6
                                    


"Gracia cemburu ya?" Tanya Okta, membuat pikiranku kembali melayang.

sebuah pertanyaan yang kini berkecamuk di otakku. Apa iya aku cemburu? Kalau iya, apa itu tandanya aku sudah bisa melupakan Hamids?

Atau mungkin ini bukanlah cemburu dalam arti suka atau bahkan cinta, mungkin aku hanya takut sendirian. Aku benci Okta pergi dengan Ci Des nya karena aku tidak mau ditinggal sendirian.

Tapi... Bahkan setelah Kak Kinal pulang kerja pun aku masih merasa kesal karena Okta tak kunjung pulang.

Jadi... Yang membuatku kesal adalah cemburu kepada Ci Des atau karena aku benci ditinggal sendiri?

"Gre... Ditanya kok malah diem sih? Masih marah??" Suara Okta membuatku tersadar.

Aku menatapnya lekat, mencoba mencari jawaban dari pertanyaan aneh di kepalaku. Apa aku menyukai Okta? Atau aku hanya sekedar tidak ingin sendirian?

Kalau benar opsi yang kedua aku akan sangat marah pada diriku sendiri karena telah egois dengan menjadikan Okta pelarian disaat aku butuh seseorang.

Aku masih menatap Okta, semakin lekat, karena aku semakin penasaran mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di kepalaku. Aku menatapnya intens, mulai dari matanya yang terbingkai kaca mata kotak cukup besar, lalu hidungnya, bibirnya dan beralih ke tahi lalat di samping bibirnya, entah sejak kapan, aku mulai menyukai tahi lalat itu, membuat Okta semakin tampak manis, tanpa sadar aku tersenyum kecil.

"G-gre... K-ka-kamu..." Okta kembali mengeluarkan suaranya.
Eh? Wajarnya memerah.

Gawat! Apa-apaan aku ini! Ngapain ngeliatin Okta sampe segitunya! Sekarang perasaanku semakin campur aduk!

Sontak aku segera mengalihkan pandanganku darinya. Kemudian berjalan menuju ranjang dan membungkus tubuhku dengan selimut.

Rasanya pipiku sedikit terasa panas, apa jangan-jangan mukaku memerah juga? Mudah-mudahan saja Okta tidak melihatnya! Memalukan sekali!!! >.<

*

"Loh? Kak Kinal mau berangkat kerja apa mau mudik dah? Banyak amat bawaannya?" Tanyaku pada Kak Kinal yang sedang berusaha membawa 2 tas besar keluar dari kamar.

"Emang gue mau mudik!"

"Mudik kemana, Kak?" Tanya Okta yang sedang menyisir rambut lurusnya.

"Ke mess kantor." Jawabnya singkat, karena sedang kesusahan dengan 2 tas nya.

"Yee, itu mah bukan mudik namanya!"

"Emang kenapa Kak Kinal mau pindah? Disini diketusin terus ya sama Gre?" Ujar Okta santai. Aku meliriknya sinis, apa-apaan sih Okta ngomongnya gitu banget! Huw!

"Ngga kok! Udah biasa emang Gracia gitu orangnya aslinya mah baik kok." Ujar Kak Kinal sukses membuatku melongo. Itu beneran Kak Kinal muji aku??
Wah! Bakal turun hujan kayanya nih! Atau malah bakal turun salju?!! Karena saking ga mungkinnya Kak Kinal muji aku.

"Iya sih, Gracia emang baik orangnya udah gitu cantik." Tambah Okta membuatku tersipu malu.
Meskipun begitu aku tidak menanggapi sedikitpun pujian dua orang itu.

"Kenapa? Okta suka sama Gracia?" Tanya Kak Kinal mulai memancing.

"Iya! Eh! Eng...gak maksudnya semua orang juga pasti suka kan sama orang yang cantik dan baik hati kaya Gracia."

"Hahaha... Iyain ajalah!"

"Yaudah gue pamit ya, makasih banget loh udah ngizinin gue numpang, dan sori buat Gre, semalem gue ga jadi beliin lu sikat gigi. Sebagai gantinya itu gue udah ninggalin sikat gigi punya gue. Pake aja gak apa apa kok!" Ujar Kak Kinal seraya ngibrit keluar apartemenku.

Tetangga Apa Banget ?! Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang