Aku terbangun dan menemukan diri lagi terbaring diatas kasur dorm.
Ah yang tadi bukan mimpi ternyata.
Aku menemukan Jeonghan masih tertidur di tempat tidurnya.
Aku melangkah masuk ke dapur dan membuka kulkas—tidak dapat menemukan apa-apa, hanya banyak bungkus Ramyeon dan beberapa telur.
Yatuhan, mereka benar-benar membutuhkan sesuatu yang sehat untuk di makan.
Aku mengenakan celemek dan mulai memasak air di panci—panci besar milik kami khusus untuk membuat ramyeon.
Aku memasukkan telur dan mie ke dalam air mendidih. Baunya sangat enak, sampai membangunkan beberapa anggota.
"Wah, ada bibi baru di sini," canda Hoshi membuat Wonwoo, Woozi, Jun dan The8 tertawa bersamaan.
Aku tersenyum.
"Di mana yang lain?" tanyaku.
"Belum ada yang bangun," Jun mengenduskan hidungnya mencium aroma ramyeon yang keluar dari panci.
Wonwoo dan Woozi langsung menuju kamar anggota lain dan membangunkan mereka—Jun dan The8 membantuku mempersiapkan piring dan memasak nasi.
----
Kami berkumpul di sekitar meja, aku menempatkan pancinya di tengah-tengah .
"Terima kasih hyung untuk ramyeonnya," kata Dino.
"Sama-sama," jawabku, aku tidak sadar kalau aku mulai tersenyum merasa bahagia.
Semua menuang makanan mereka di mangkuk dan mulai memakannya. Ah, sudah lama aku tidak sarapan seperti ini. Aku benar-benar merindukan mereka.
Setelah selesai makan, kami semua membersihkan sisanya dan mempersiapkan diri untuk pergi ke studio.
Kalian tahu, berlatih.
---------
Flashback.
Aku menarik koper, merasa jetlag setelah menghabiskan 10 jam di udara.
Sampai.
Aku berdiri di kampung halaman orangtuaku. Aku tiba di Daegu, mereka pernah tinggal di sini sebelum menikah.
Aku membuka pintu, menjelajahi ruangan. Semua ditutupi debu, bahkan kain tipis yang menutupi furniture begitu berdebu. Rumah ini cukup besar untuk ditinggali hanya satu orang.
Aku menggeser layar ponsel, menghubungi ibuku.
"Josh, kau sudah sampai?"
"Ya eomma, aku di sini," jawabku.
"Kau sampai dengan selamat? Eomma percaya kau akan mencapai impianmu," aku bisa mendengar ia mulai terisak.
"Eomma, jangan menangis oke. Aku berjanji untuk sering menghubungimu. Aku akan pergi ke agency setelah mengeluarkan barang-barangku. Jangan lupa untuk makan, aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu," jawabnya.
Aku menutup telepon. Aku harus berhenti sebelum ia mulai menangis.
Aku menemukan sebuah frame dengan foto di dalamnya—itu mereka, orangtuaku.
Aku bisa melihat mereka pernah menjadi pasangan yang bahagia. Tapi sekarang, itu semua cerita lain.
Tok. Tok.
Aku mendengar seseorang mengetuk pintu. Siapa yang tahu aku disini? Rumah ini kosong selama hampir 10 tahun.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Seize Her.
Conto"Aku memejamkan mata sejenak, dan berharap pada saat aku membukanya, semuanya menghilang." -Joshua, merasa frustasi. Saat seorang lelaki broken-home mengejar wanita yang ia pikir cinta sejatinya dan mencoba melupakan masa lalu, ia tidak pernah sadar...