Jungkook membalikkan badannya menghadap taehyung yang masih merenung. Ia tersenyum tipis meski taehyung tidak sedang menatapnya.
"Hyung..."
Taehyung masih berkutat dengan lamunannya.
"Hyung..kau mendengarku?"
Taehyung sedikit terkejut. Ia mendongakkan wajahnya hingga ia bisa menatap kedua hazel yang menatapnya teduh.
"A-ahh yaa kookie-ya..." taehyung menjawab dengan wajah datar. Tanpa ekspresi yang membuat jungkook bisa merasakan hatinya teriris pedih.
Jungkook masih menatap taehyung dengan senyum manisnya. Ia ingin memberikan taehyung sedikit -atau mungkin banyak- kekuatan untuk taehyung.
Taehyung mendekat ke arahnya. Langkahnya berat membuat jungkook khawatir kalau-kalau taehyungnya ini tiba-tiba roboh di hadapannya. Taehyung telah berdiri di hadapannya. Hanya beberapa centi hingga jungkook bisa menghirup aroma vanilla dari tubuh taehyung.
"Kookie-ya..bolehkah aku memelukmu?" taehyung bersuara. Suara yang lemah yang hampir tak tertangkap indra pendengarannya. Kedua obsidian itu nanar menatap jauh ke dalam hazel kembar jungkook. Penuh selidik. Penuh tanya. Dan sedikit harapan.
"Tentu saja hyung. Kemarilah."
Jungkook meregangkan kedua lengannya. Detik itu juga tubuhnya terengkuh dalam pelukan hangat tubuh taehyung yang sedikit lebih besar darinya. Jungkook memang bertubuh mungil. Dan terasa pas dalam pelukan taehyung. Jungkook mulai mengelus punggung taehyung. Sesekali menepuknya perlahan.
"Tidak apa-apa hyung. Semua akan baik-baik saja. Tidak apa-apa."
Taehyung semakin mengeratkan pelukannya. Sedikit bisa merasakan hembusan hangat menyapu jiwanya yang baru saja membeku. Tetesan air mata lolos begitu saja mengaliri pipinya hingga merembes di pundak jungkook. Jungkook yang mulai merasakan bahu taehyung yang bergerak naik turun tak teratur. Semakin memeluk taehyung erat-erat seakan tubuh taehyung adalah kaca yang akan terberai jika ia lepaskan.
Mereka membiarkan tubuh mereka saling menyalurkan kehangatan dan kekuatan dalam waktu yang cukup lama. Jungkook juga tak menepis kepala taehyung yang bersandar di ceruk lehernya. Hingga akhirnya jungkook bisa merasakan taehyung yang mulai bernafas teratur. Laki-laki yang memeluknya sepertinya telah mampu menguasai emosi yang sempat mengumpat di dalam hatinya.
Taehyung melepaskan pelukannya. Ia menghapus air mata di sudut matanya. Jemari jungkook terulur ke wajahnya. Ia bisa merasakan jemari halus itu mengusap wajahnya. Taehyung melihat jungkook yang tersenyum untuknya. Senyum yang selalu memberinya kekuatan. Yang menggetarkan hatinya. Yang mampu menuntun langkahnya untuk datang menemui pemilik senyum itu.
Jungkook kemudian berjalan ke samping ranjangnya. Menata kedua bantal di ranjang itu. Lalu menatap taehyung yang kini memiliki kerut di keningnya. Taehyung melihatnya tidak menangkap maksud jungkook.
"Tidurlah hyung..aku akan disini menemanimu. Aku tahu kau pasti lelah."
Jungkook lalu duduk di ranjangnya,di samping kedua bantal yang ia tata. Punggungnya bersandar pada sandaran ranjangnya. Tempat tidur berukuran King size itu terlihat begitu lebar. Dengan sprei ungu muda mengcovernya.
Taehyung menghela nafas memahami maksud jungkook. Ia pun merangkak ke atas ranjang. Mengambil bantal yang di tata oleh jungkook tadi lalu memeluknya. Jungkook melihatnya heran membuat kerutan di keningnya terpantul jelas. Baru ia paham maksud taehyung setelah ia merasakan beban di atas pahanya. Ya,taehyung justru merebahkan kepalanya ke paha jungkook. Taehyung memiringkan tubuhnya. Meringkuk memeluk bantal. Bagian belakang kepalanya membelakangi perut jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting (COMPLETE)
Fanfiction"Tetesan salju tanpa menunggu hingga detik terakhir pasti akan meleleh jikalau berpapasan dengan seutas senyum musim panas. Tanpa perlu bertahan dengan keegoisan karena tak keberdayaan pasti akan merenggutnya. " A love story about kim taehyung and j...