Part 11

1K 92 2
                                    

-SKIP-

Lord Voldemort sudah berakhir. Gedung Hogwarts yang sedikit berantakan karena perang, sedang diperbaiki dalam waktu hanya sehari.

Para murid2 kembali ke ruang asrama mereka dengan hati lega. Orangtua murid sudah banyak yang pulang saat melihat kalau anak mereka sudah aman untuk ditinggalkan.

Jasad-jasad pejuang Hogwarts yang mati saat pertempuran dibawa oleh keluarga masing2. Tak ada lagi rasa takut di diri mereka. Semua berakhir.

Carissa kembali bergabung bersama teman2nya. Ginny, Camila, Denada. Mereka bersukacita, karena salah satu dari mereka tidak ada yang terluka parah atau bahkan mati.

"Hebat sekali pacarmu itu Gin! Dia membunuhnya! Lo-Lord Vol-Voldemort. Mati!"

"Yah.... Kuharap dia masih mencintaiku setelah apa yang terjadi kemarin. Karena dia sudah menghancurkannya, jadi seharusnya dia bisa berpacaran lagi denganku"

"Yah.... Aku yakin sebentar lagi dia datang dan mengecupmu. Oh benar kan"

Harry Potter datang masuk menara Gryffindor bersama 2 sahabat karibnya. Begitu masuk dia langsung bertemu Ginny dan memeluknya. Bahkan menciumnya! Yang membuat Ron sedikit kesal.

"Kau benar Rissa! Mukamu kenapa, Ronnie??"

Rissa tersenyum.

"Kau memberi hara-"

"Harapan kepadanya. Yeah... Gin! Kau masih mau denganku kan??"

Ginny mengangguk dan memeluk dan menciumnya lagi. Rissa tanpa disadari memanjat keluar lukisan. Entah mau bertemu siapa.

Rissa setengah berlari dan tiba di menara astronomi.

"Aku sudah duga kau akan berada disini, Malfoy."

Malfoy menoleh, dia melihat gadis cantik berambut hitam sepunggung dengan kacamatanya yang berbingkai bewarna hitam *udah diganti ceritanya.*, kulitnya putih, matanya hitam.

"Kau. Mau apa kau disini, Hira?"

Dia sedikit terkekeh. Carissa Hira hanya tersenyum dan berjalan mendekatinya.

"Dimana orangtuamu? Apa mereka sudah pulang? Oh ya... Kudengar tahun ajaran kita diulang ya.."

"Yeah.. Mereka sudah pulang. Ya, dan itu sangat menjengkelkan"

"Kenapa? Itu kan bagus! Kau bahkan tidak ke sekolah sepanjang tahun ini!"

"Kau kangen aku rupanya?"

"Kau tau aku, Draco"

Draco sekarang berbalik dan berhadapan dengan Carissa. Rissa hampir menangis, Draco hanya bisa menatap mata gadis itu. Sampai akhirnya air mata Rissa jatuh dan dihapuskan oleh Draco dengan tangan lembutnya.

"Jangan menangis bodoh. Kau tampak seperti kalkun kalau menangis"

Draco tersenyum menggoda. Rissa tertawa. Tetapi air matanya tetap membanjiri wajah cantiknya.

"Carissa... Maafkan aku, aku meninggalkanmu selama setahun ini. Kau tau apa yang terjadi dengan keluargaku. Dan tolong... Jangan menangis lagi"

Rissa menatap matanya, dan dia mulai menghapus air matanya sendiri dan tersenyum lemah.

"Dia sudah pergi."

"Dan... Apakah kau masih mau denganku?"

Rissa tertawa. Kejadian ini mirip dengan kejadian Ginny dengan Harry. Draco hanya bingung sejenak.

"Kau tertawa? Apa yang lucu?"

"Yeah... Hanya saja saat kau mengatakan hal itu, hal itu mengingatkanku akan Harry dan Ginny. Oh sudahlah... Kurasa kau tak perlu bertanya tentang mereka. Oh yeah... Kalau misalnya aku... mau.... Bagaimana dengan dua orangtuamu itu? Mereka tidak akan menerima kalau aku menjadi menantu mereka.

"Aku kan muggleborn. Mereka pastilah menginginkan Pureblo-"

Draco sudah menariknya kedalam pelukannya, sambil mencium bibirnya yang hangat. Draco menutup matanya, begitu juga Rissa. Rissa dan Draco menikmati ciuman itu.

Lidah mereka bertemu dan menari-nari. Draco memeluk Rissa begitu erat. Rissa melepas ciuman itu duluan dan menarik napas sampai sedikit terbatuk-batuk.

"Gila. Napsu sekali kau, Malfoy"

Rissa berkata demikian dengan terkekeh. Draco hanya menggeleng dan berkata.

"Wooohooo.... Siapa yang nafsu? Hei! Ciumanmu rasanya..... Vanilla! Kau makan kue?"

"Tidak. Harumku memang vanilla. Ciumanmu mint! Kau makan permen dulu ya?"

"Jawabanku sama sepertimu."

Rissa hanya berkata "Cih" dan berbalik ke arah pemandangan dari puncak menara astronomi.

Draco sekarang juga ikut berada disampingnya. Dia juga melihat pemandangan itu dengan tersenyum.

"Tidak pernah kusadari betapa indahnya tempat ini"

"Wajar saja kali ya.... Kau kan sombong, cuek, dan tidak peduli dengan apa yang disekitarmu"

"Tidak kepada kau, Carissa. Aku sangat memperhatikanmu, kau tau?"

"Yeah. Tetapi... Orangtuamu masih menginginkanmu bersama seorang gadis pureblood?"

"Entahlah. Aku tidak terlalu tertarik dengan pureblood lagi. Kurasa aku akan mengubah sejarah. Hehehe"

"Kau maunya dengan siapa kalau begitu?"

"Kau."

Rissa terbelalak, tapi hanya sebentar dan lalu dia berkata lagi.

"Aku tidak pantas denganmu"

"Setelah apa yang kita lakukan tadi?! Kau bilang kau tak pantas denganku?! Apa artinya aku mencium bibirmu dengan begitu hangatnya."

"Yaaahhh... Maksudku... Maksudku... Er...."

"Kau tak bisa menjawabnya. Aku akan menikahimu setelah aku lulus Hogwarts, berkerja menjadi penyembuh, membeli rumah, dan hidup denganmu"

Rissa tidak mempercayai kupingnya. Dia kaget setengah hidup.

"Ba-Bagaimana dengan orangtuamu?! Bagaimana jika mereka tidak setuju? Kau orang PEA, kau tau? PEndek Akal *Ini mah Romlah*."

Draco hanya tersenyum....

....

Tadaaaaaaaahhh!!! Part 11 akhirnya dibuat ._. Next part bakalan segera dibuat u,u! Pegel ciusan ._.

Jangan lupa vote+follow!!! ><

Pure mudblood.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang