Sepuluh

87 1 0
                                    

Selamat hari raya idul fitri bagi yang merayakannya 😊

_______________________________________

Entah mengapa ucapan Citra dan Mbak Dita kini terngiang-ngiang terus di kepalaku, membuatku tanpa sadar menabrak seseorang dan mengucapkan kata maaf tanpa melirik ke arah pria yang kutabrak tersebut.

Aku berniat melanjutkan langkahku, namun pria tersebut tiba-tiba menarik pergelangan tangan ku yang sontak membuatku langsung menatap wajahnya dengan tatapan kesal.

Aku kembali menundukan wajah setelah menyadari pria tersebut adalah orang yang sedari tadi ada di pikiranku dan kini ia kembali menatapku dengan tatapan lasernya.

"Gimana mau jadi detektif kalo jalan aja sambil bengong gitu?" Tuh kan baru aja aku merasa ucapan Citra dan Mbak Dita benar mengenai dirinya yang tidak sejahat apa yang kupikirkan selama ini. Nyatanya, ia tetap selalu berhasil membuat darah ku mendidih setiap bertemu dengannya.

Aku kembali menatapnya kesal "Kenapa lagi sih? Ini kan udah jam pulang kerja" 

Pria itu tahu-tahu menggaruk tengkuknya dan menunjuk-nunjuk ke arah mobilnya yang terpakir tepat di samping kami. Aku mengerutkan dahi tidak mengerti apa yang dimaksud oleh pria ini.

"Masuk ke mobil!" pria jutek itu memerintah dengan nada yang membuatku terlonjak kaget. Namun, bukannya merasa tidak enak telah mengangetkanku, ia malah berjalan menuju mobilnya dan meninggalkanku yang masih mencerna ucapanya barusan.

Dan entah mengapa, aku mengikuti perintahnya begitu saja tanpa memahami maksudnya. Aku masih menatapnya dengan bingung, hingga akhirnya setelah lima belas menit, keheningan di antara kami pun terhenti karena dehaman dari pria jutek yang terus menatap ke depan seperti menganggapku tidak ada.

Mau tidak mau, aku kembali melontarkan pertanyaan untuk memecah keheningan yang mulai terjadi lagi 

"Kita mau kemana? Ini sama aja kayak penculikan. Saya gak tahu Bapak mau ajak saya kemana dan lagian ini udah malem, saya harus pulang, gak bisa lembur" ucapan ku terbukti berhasil membuatnya kini melirik ke arah ku, namun hanya sedetik, karena selanjutnya ia kembali menatap ke depan.

Tahu-tahu, pria tersebut memarkir mobilnya di samping kafe yang terlihat sedikit sepi. Aku semakin menatap pria itu dengan tatapan tidak mengerti.

"Tahu gak, penculikan itu artinya kalo saya narik kamu dan maksa kamu buat duduk di mobil saya. Tapi, kan tadi kamu yang masuk ke mobil saya sendiri. Dan sekali lagi saya ingetin, jangan panggil saya Bapak" aku tidak percaya bahwa bahkan yang ia lakukan tadi dengan memerintahku untuk masuk ke mobilnya dianggap bukan memaksa. Lalu, seperti apa yang ia maksud dengan tindakan memaksa?

"Oke, jadi sekarang ngapain kita ada di sini?"

"Bang Danny bilang kita harus coba untuk ngobrol berdua" ucapnya dengan nada ragu-ragu yang membuatku entah mengapa merasa bahwa ia kini terlihat berbeda dengan sebelumnya. Melihatnya seperti ini, mengingatkanku pada hewan bunglon. Tidak salah lagi, pria ini harus dijuluki sebagai pria bunglon karena sifatnya yang gampang berubah-ubah.

Tanpa kusadari tawaku menyembur keluar memikirkan pria jutek tersebut sama seperti hewan bunglon. Aku baru berhenti tertawa setelah pria bunglon itu menatapku seakan siap memakanku jika aku tidak berhenti tertawa saat itu juga.

"Argh! Ngapain juga sih Bang Danny pake nyuruh yang enggak-enggak. Anggap aja gue lagi stres karena pekerjaan, jadi sekarang gue anter lo pulang lagi" tuh kan benar saja kini pria bunglon itu kembali berubah. Entah kesurupan hantu apa, aku memegang tangan Alex yang siap memindahkan gigi mobilnya. Dan kini giliran pria bunglon itu yang melonjak kaget ketika tangannya kusentuh.

Detective In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang