Satu

348 5 0
                                    

Perkenalkan namaku Elisabeth. Kalian bisa memanggilku Eli. Namun, sebenarnya aku juga memiliki nama lain yang biasanya digunakan saat aku harus melakukan penyamaran.

Ya, kalian tidak salah mendengar kok. Aku memang sering melakukan penyamaran. Tapi jangan salah, aku bukan penjahat yang menyamar, melainkan seorang detektif.

Sejujurnya menjadi seorang detektif sudah merupakan impianku sejak masih duduk di bangku SMP.
Saat anak-anak seumuranku sedang sibuk-sibuknya membicarakan drama Taiwan meteor garden aku malah asik membaca komik detective conan. Mungkin kalian juga mengira aku salah satu mahluk aneh, tapi aku menikmatinya. Maksudku bukan menikmati saat teman-temanku menjulukiku orang aneh, tapi aku menikmati setiap adegan detektif yang ada mulai dari film animasi, komik, bahkan novel detektif sekalipun.

Kalian akan kaget begitu melihat isi kamarku yang dipenuhi hal-hal berbau detektif. Entah mengapa aku merasakan getaran tersendiri ketika melihat para detektif yang berjuang memecahkan teka-teki kasus dan akhirnya berhasil memecahkan kasus tersebut. Mungkin ini yang namanya jatuh cinta. Yup! Aku jatuh cinta pada profesi detektif.

Beruntungnya setelah lulus kuliah, aku segera mendaftar di jasa detektif swasta yang cukup populer di Jakarta dan berhasil mendapatkan pekerjaan itu. Mungkin kasus-kasus yang kami tangani masih terbilang tidak terlalu berbahaya, tapi nyatanya tetap membutuhkan para pekerja profesional untuk melakukan tugasnya dengan baik.

Saat ini aku sedang menangani kasus ke-10 ku, setelah setahun bekerja sebagai detektif. Kasus ini sebenarnya cukup dibilang masih mudah, seorang klien perempuan tiba-tiba datang ke kantor kami dan meminta bantuan kepada Bang Danny selaku pendiri dan pemilik agen detektif tempatku bekerja yang akhirnya memerintahkan tim ku untuk membantu klien perempuan tersebut yang ingin mengetahui apakah calon tunangannya hanya ingin memanfaatkan harta kekayaannya atau benar-benar mencintai gadis itu.

Jadilah aku akhirnya menunggu sendirian di cafe Angel ini untuk bertemu sang pria, yang kalau tidak salah bernama Bramo Wijaya.

Saat masih mengamati lingkungan dengan seksama, tiba-tiba mataku menangkap sosok pria yang sejak tadi kutunggu-tunggu kehadirannya. Pria itu sedang merangkul seorang gadis muda yang kuketahui bukanlah klien kami melainkan seorang gadis yang umurnya terlihat lebih muda dibandingkan klien kami, mungkin berumur sekitar 27 tahun. Tanpa mencolok aku segera mengambil foto mereka yang terlihat mesra sedang berjalan ke arah meja yang berada disebelahku. Tidak lupa aku juga menyiapkan perekam suara yang kuharap dapat menangkap pembicaraan mereka dengan jelas.

"Jadi kapan kamu mau putusin cewek itu? Kamu bilang setelah berhasil mendapatkan uang untuk biaya nikah kita, kamu akan putusin dia" Gadis yang sebelumnya tampak mesra dengan target ku tiba-tiba memasang tampang merengek.

Tuh kan, sudah kuduga mana mungkin pria yang cukup tampan seperti dia dengan mudahnya mau menikahi wanita seperti klien ku.
Aku tidak bermaksud menjelek-jelekan klien ku, tapi jika dibandingkan dengan gadis muda tersebut, klien ku cukup kalah menarik.

Gadis yang kurasa sebagai kekasih sesungguhnya sang target terlihat modis dan seksi sedangkan klien ku meskipun lebih terlihat elegan, namun tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa umurnya lebih tua tujuh tahun dari pria yang kini sedang ku amati.

Kemudian telingaku lagi-lagi menangkap pembicaraan mereka yang kini semakin sulit di dengar. Kalau begini caranya rekaman suara ku tidak dapat menangkap pembicaraan mereka.

"Sabar dong, aku baru dapet 150 juta dari cewek itu sebentar lagi dia akan kasih aku 100 juta untuk bantu aku berinvestasi. Setelah itu aku akan langsung tinggalin dia kok. Aku kan melakukan ini untuk masa depan kita" pria yang bernama Bramo Wijaya tersebut tampak bersemangat membayangkan akan mendapat uang yang banyak.

Detective In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang