Sebelas (The Secret)

85 3 0
                                    

Previous :
Aku menatap Alex dengan cemas dan mendapati dirinya masih berdiri dengan kaku dihadapan pria mafia yang memasang senyum lebar tersebut. Wajahnya terlihat sangat pucat dengan ekspresi geram. Uh-Oh apa yang harus aku lakukan pada saat seperti ini, jika Alex saja tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Dan apa sebenarnya hubungan kedua pria ini?
_______________________________________

Tangan Alex semakin mengepal begitu pula dengan otot di wajahnya yang semakin menegang. Aku tidak tahu pasti ada apa dengan kedua orang itu, tapi aku yakin sekali bahwa hubungan mereka berdua sangat buruk di masa lalu.

"Hey! Santai aja bro, gak usah kayak mau mangsa gue gitu. Kita kan udah lama gak ketemu, jadi gimana kabar lo dan Bang Danny sekarang?" Tunggu, kalau aku tidak salah dengar pemimpin mafia itu menyebut nama Bang Danny. Oke, kini firasatku semakin tajam bahwa hubungan ketiga orang ini pasti sangat rumit di masa lalu. Namun, kini bukan saatnya aku berdiam diri menonton adegan masa lalu Alex dan si pemimpin mafia. Aku harus memikirkan cara untuk menyelamatkan Alex.

Meskipun aku tahu ide yang baru saja terlintas di otak ku terkesan gila dan pasti mendapat makian lagi dari Alex. Aku memutuskan untuk tetap melakukannya.

Aku melangkah dengan cepat menuju meja Alex dan mengaitkan tangan ku pada lengannya. Sontak hal itu membuat semua mata tertuju padaku tidak terkecuali si pempimpin mafia yang terlihat bingung melihatku.

"Darling, maaf aku lama ya? Oh ya, mereka ini siapa?" Aku bahkan tidak sadar bahwa diriku bisa bersikap manja seperti ini.

Sambil membenarkan posisi kacamatanya, pemimpin mafia yang hingga kini tidak kuketahui bernama siapa menampakan wajah bingungnya setelah mendengar ucapanku barusan. 

"Hai, gadis manis. Jadi lo gantinya si Dita? Selama ini gue kira mereka pasangan yang gak akan pernah terpisahkan. Atau jangan-jangan Alex suka sama lo gara-gara lo mirip Alice?"

Dita?  Maksudnya Mbak Dita? Oke, ini semakin membuatku bingung dan bertanya-tanya dalam hatiku.

"Hahaha, ternyata lo belum bisa move on dari Alice?". Sambil tertawa mengejek pria itu mengulurkan tangannya padaku. Jujur saja tatapannya sangat terlihat mengintimidasi. Namun, karena tidak ingin terlihat takut, aku ikut mengulurkan tanganku yang ternyata langsung ditahan oleh Alex sebelum sempat bersentuhan dengan tangan si pemimpin mafia.

"It's okay,  Alex masih sama dengan Alex yang gue kenal dulu. Selalu protektif dengan barang kesayangan dia. Tapi, sayangnya meskipun udah segitu protektifnya, tetap aja barangnya hilang" pria bernama Dion itu menepuk pundak Alex, namun tanpa kusangka sedetik kemudian Alex sudah melayangkan tinjunya tepat di pipi Dion.

Tanpa kusadari aku berteriak melihat hal itu. Jujur saja aku takut sekali melihat Alex seperti ini, namun aku lebih khawatir jika ia akan mendapatkan pukulan juga. Untungnya pria bernama Dion itu hanya mengelus pipinya sebentar dan menahan kedua bawahannya yang kuyakini akan segera membalas tindakan Alex sebelumnya pada bos mereka.

Seluruh pegawai restoran mulai memandang ke arah kami, membuatku semakin merasa cemas. Ini pertama kalinya misi kami menjadi gagal. Aku tidak tahu harus melakukan apa selain memegang erat tangan Alex, berharap hal ini dapat menenangkannya.

"Pukulan kali ini gue terima. Gue gak mau pakai kekerasan di depan cewek manis. Lagipula sepertinya kali ini gue yang akan menang lagi ngelawan tim lo dan Bang Danny" aku merasakan tangan Alex siap untuk memukul lagi. Dengan segera aku menahan tangannya dan menatapnya, berharap ia dapat membaca pikiranku. Untungnya ia tidak jadi melakukan hal itu.

Aku buru-buru berpamitan dengan kelompok mafia itu dan menarik Alex untuk keluar dari restoran. Alex menjadi seperti seorang manekin yang mengikutiku begitu saja. Setelah sampai di parkiran mobil, aku mengambil tempat kendali supir dan menyetir menuju kantor kami.

Detective In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang