Sembilan

70 3 0
                                    


Maaf, lagi-lagi slow update. Maafkan saya yang akhir-akhir ini sibuk mencari magang, tugas menumpuk dan akhirnya baru update lagi setelah sekian lama.

Pastinya meskipun slow update, story ini akan tetap berlanjut. Dan terimakasih buat kalian readers setia yang masih mau nunggu dan baca cerita ini.
With love

L
_______________________________________
Setelah hampir setengah jam aku berteriak di sepanjang perjalanan karena Indra yang terus menerus mengebut, akhirnya kami sampai ke tempat tujuan. Hanya saja saat ini aku diturunkan 5 blok sebelum kafe agar tidak mengundang curiga target kami.

Aku turun dari motor dan bersiap memarahi Indra lantaran sengaja semakin mengencangkan laju motornya setiap kali aku berteriak. Indra yang sepertinya sudah tahu niat ku untuk memarahinya langsung mengangkat jari manis dan tengah nya bersamaan.

"Seru kan El? Ngomong-ngomong gue jalan duluan ya" tanpa basa basi, Indra meninggalkan ku yang akhirnya harus berjalan menuju kafe Smith.

Sesampainya disana, aku bisa melihat Indra yang sudah duduk bersama dengan seorang gadis muda yang terlihat masih berumur 20 an. Tangan gadis itu memeluk lengan Indra sambil sesekali menaruh kepalanya di pundak Indra dengan manja. Sedangkan Indra yang memang merupakan playboy terlihat begitu santai menerima perlakuan gadis itu bahkan ia sesekali mengusap rambut gadis itu.

Aku tidak pernah mengerti bagaimana bisa seorang wanita dan pria bersikap mesra seperti itu padahal belum lama berkenalan, memangnya tampang satu-satunya faktor utama? Bagaimana jika seandainya Indra adalah seorang pembunuh? Seperti nyatanya saat ini gadis itu tidak mencurigai Indra sedikit pun.

Setelah memesan segelas latte, aku memilih tempat duduk bersebrangan dengan tempat Indra dan gadis itu, agar bisa melihat dengan jelas gerak-gerik mereka dan merekam jika ada informasi penting.

"Eh, tapi ngomong-ngomong aku kok gak pernah dengar tentang kamu di Senwell? Yang aku tahu cuma cerita tentang Angel" entah karena mendengar nama Angel atau karena ucapan Indra yang tidak pernah mendengar cerita tentang nya, gadis itu sedikit terlihat kecewa.

"Oppa, aku gak pernah cerita ke siapapun. Janji ya oppa gak akan ninggalin aku setelah dengar cerita ini?" Oppa? Betapa menggelikannya panggilan itu. Namun, ini bukan saatnya menggelikan panggilan itu lantaran sepertinya gadis itu sudah mulai akan memberikan informasi. Padahal sepertinya gadis itu memang terlihat percaya pada Indra, namun nyatanya Indra bukanlah sosok yang bisa dipercayai juga.

"Aku itu cuma anak selingkuhan Papi makanya jarang ada yang tahu tentang aku, sedangkan Angel sendiri anak kandung papi sama mami. Lagipula aku juga baru balik dari Ausie dua bulan yang lalu" lanjut gadis itu. Indra terlihat sedikit syok, namun langsung mengelus kepala gadis itu lagi.

Aku mulai mengeluarkan pulpen perekam suara sembari sibuk berpura-pura menulis sesuatu.

"Tapi, aku gak pernah dengar cerita tentang mami kandung kamu? Seharusnya scandal seperti ini cepat terdengar kan?" lanjut Indra tanpa mengurangi nada khawatir nya. Gadis bernama Sonia itu kini tampak berkaca-kaca. Sepertinya gadis itu tidak berpura-pura terlihat menyedihkan. Aku bisa melihat bahwa ada ketulusan di mata gadis itu, bahwa sebenarnya ia hanyalah gadis yang membutuhkan kasih sayang. Betapa kasihannya jika ia tahu bahwa bahkan saat ini ia sedang dimanfaatkan oleh Indra. Tiba-tiba hati ku tidak tega untuk memanfaatkan gadis ini.

Gadis itu terisak pelan "Papi emang hebat sembunyiin semua scandal nya. Orang akan berfikir bahwa ia adalah pria bijaksana dan baik hati, tapi nyatanya ia itu seperti monster bermuka dua. Perusahaan nya sendiri bisa semaju ini karena sering sekali papi melakukan hal kotor. Sedangkan mama..." oh, tidak gadis itu semakin terisak. Rasanya aku ingin menghampiri gadis itu dan menghiburnya, namun dapat dipastikan hal itu akan merusak misi kami dan aku akan benar-benar dibunuh oleh Alex. Lagipula saat ini Indra juga sudah menenangkannya.

Detective In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang