[4] Brokenheart

19K 1.2K 18
                                    

Yudha menatap Kirana yang berdiri mematung di depan pintu kamarnya. Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan lagi. Bahkan ia masih mendengar suara lengguhan wanita itu saat kedua manusia di hadapannya itu saling melepaskan diri.

Kirana ingin berlari. Namun egonya menahan dirinya. Kenyataan dihadapannya serasa seperti mimpi buruk saja namun mengapa ia tidak bisa terbangun dari mimpi buruk ini?
Yudha segera memasang boxer yang kebetulan berada di dekatnya. Wanita itu pun menutupi tubuh telanjang nya dengan selimut tebal.

"Ran...," panggilnya lembut.

Kirana menggelengkan kepalanya meminta Yudha agar tidak mendekat. Bibirnya kelu. Ia ingin berteriak namun tak bisa.

Yudha kini telah berada di dekatnya. Memeluk tubuh Kirana dalam dekapan hangatnya. Namun hati Kirana tetap terasa perih dan berdenyut.

"Maafin aku," bisik Yudha lembut.

Ia melepas pelukannya. Menghapus air mata Kirana. "Maaf," ucapnya sekali lagi.

"K-kenapa?" tanya Kirana dalam isakannya.

"Kami udah tunangan. Lo lupa gue pernah bilang kalau gue punya tunangan. Nah Yudha ini tunangan gue." Valeria yang sedari tadi diam pun angkat bicara. Ia masih duduk di tepi ranjang sambil menyilangkan kakinya. Tidak ada penyesalan dalam dirinya ataupun rasa bersalah karena baginya seorang Kirana yang angkuh pantas mendapatkannya.

Bagi Valeria,  Kirana memiliki segala sesuatu yang tak pantas ia miliki. Dan wanita itu, Kirana,  patut di beri pelajaran agar ia berhenti bersikap angkuh.

Kirana membelalakkan matanya. Ia menatap tak percaya sahabatnya itu. "Kalian..." tunjuknya pada keduanya.

"T-tunangan." sambungnya. Ada nada tercekat di akhir kalimatnya.

"Yah gitu sih. Kami juga mau nikah minggu depan. Gue mau ngasih tahu lo sih tapi gue mau kasih surprise gitu pas hari-H tapi gak tahunya lo malah tahu sendiri." jelas Valeria dengan ringan. Ia sama sekali tidak memikirkan bahwa ucapannya akan menyakiti wanita di hadapannya itu karena memang itulah yang ia inginkan.

"Gak. Yudha kamu gak boleh nikah ama dia. Kamu udah janji nikah sama aku." Kirana menggelengkan kepalanya. Ia kemudian memegang tangan Yudha dengan erat. Menatap pria itu penuh harap. Berharap pria itu akan mengangguk ataupun berkata bahwa ini hanya lelucon saja.

Namun harapannya pupus. Yudha menggelengkan kepalanya dan melepas genggaman tangan Kirana. Kirana terdiam sesaat. Tidak percaya bahwa pria di hadapannya ini adalah pria yang sama yang terus mengucapkan kata cinta padanya berulang kali.

"Lo semua bercanda kan? Kamera mana sih? Duh acara apaan sih ini? " Kirana celingak-celinguk mencari kamera tersembunyi dan sedikit berharap bahwa semua ini adalah bagian dari rencana lamaran yang di buat oleh Yudha.

Yudha memegang kedua pipi Kirana. Memaksa gadis itu memandangnya. "Semua ini benar Kirana. Maaf aku cuman gak mau menyakiti kamu tapi kita memang harus berpisah dan berhenti sampai disini."

Mungkin jika dalam sinetron, akan ada efek seperti petir saat ini. Nyatanya, Kirana terpaku. Dan sialnya telinganya menangkap semua untaian kata itu dengan jelas. Pria itu memutuskannya.

"Gak! Gak bisa!" tolak Kirana.

Yudha menggelengkan kepalanya. "Tapi aku gak bisa melanjutkan semua ini. Aku memertahankanmu selama ini karena aku tidak ingin menyakitimu Ran tapi aku gak bisa seperti ini. Kamu bukan wanita yang pantas bersanding denganku Ran. Maaf."

"T-tapi kita udah tidur-"

Yudha menahan ucapan Kirana dengan meletakkan telunjuknya ke depan bibir Kirana. "Semua udah selesai dan aku mohon lupakan semua itu. Hapus semua kenangan kita Ran."

Hati Kirana sakit. Tubuhnya seakan ditikam saat itu tapi bukan tubuhnya tapi hatinya yang terluka.

Ia berjalan dengan langkah lemah keluar dari tempat terkutuk itu. Setelah beberapa langkah, ia berbalik. Berharap Yudha akan mengejarnya dan meminta maaf. Tapi tidak pria itu berbalik arah, tak ingin melihatnya.

Apa gue sebegitu menjijikan itu buat lo, Yud? Apa salah gue, Yud?

***

Kirana menenggak minuman itu sekali lagi. Entah gelas keberapa, ia sudah lupa. Kepala terasa semakin berat bahkan objek di sekitarnya terlihat berputar-putar.

"Yudha, kenapa lo tega ama gue? Salah gue apa? Gue gak bisa hidup tanpa lo brengsek! "

Ia meraih ponsel di dekat nya. Menekan salah satu kontak di ponselnya hingga terdengar nada tunggu. Ia mendesis saat orang tersebut tak juga mengangkatnya.

***

Chandra mengeram dan menggosok matanya. Ia mengumpat pada siapapun yang menelponnya berulang kali. Demi apa! Ini pukul 1 malam!

Ia mengerutkan kening saat nomor tak dikenal itu menelponnya. Ia meletakkan ponselnya kembali. Berniat mengabaikan. Mungkin hanya orang iseng saja yang tak tahu harus menelpon siapa.

Namun saat ia kembali menutup matanya. Ponsel itu kembali berdering nyaring. Masih dengan nomor yang sama.

Akhirnya Chandra mengangkat panggilan itu. Terdengar suara bising yang nyaring dari ujung sana.

"Halo? Ini dengan siapa?" ucap Chandra dengan suara serak khas bangun tidur.

Orang tersebut tak juga berbicara. Chandra kembali berpikir bahwa itu hanya panggilan dari orang iseng. Namun kemudian terdengar suara seorang wanita.

"Ini gue Kirana," ucap penelpon itu akhirnya.

"Kirana? Ada apa yah? Kenapa kamu nelpon tengah malam gini?" tanya Chandra yang heran. Banyak pertanyaan yang ada di benaknya saat ini. Pertama! dari mana orang itu mendapat nomornya. Dan kedua, apa maksudnya menelpon tengah malam begini.

Bahkan Chandra telah merubah posisi tubuhnya menjadi duduk. Berusaha keras untuk mendengar tiap kata yang akan di ucapkan gadis itu. Namun yang terdengar hanya suara musik keras dan suara seseorang yang terbatuk-batuk.

"Jemput gue. Gue ada di Heaven nightclub."

Tut.

Chandra membulatkan mata. Bukan karena wanita itu mematikan ponselnya sepihak namun karena wanita itu meminta di jemput di sebuah nightclub. Bahkan Chandra tidak pernah melangkahkan kakinya ditempat seperti itu.

Tapi apa ia harus pergi? Kirana terdengar terbatuk-batuk tadi. Jujur saja ia merasa khawatir. Walapun ia tidak menyukai gadis itu, tapi ia tetap memiliki rasa iba.

***

Chandra melemparkan pandangannya ke seluruh tempat itu. Bunyi musik yang menyentak. Bau alkohol yang tercium kuat. Dan kumpulan orang gila yang menggoyangkan tubuh mereka di tempat itu.

Dan demi apa! Tempat ini begitu redup. Cahaya lampu yang berwarna-warni itu benar-benar membuatnya pusing. Mungkin ia tidak perlu menghabiskan uang untuk membeli sebotol alkohol disini, ia hanya perlu duduk 30 menit disini dan ia akan mabuk darat saat itu juga.

Namun tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang menarik. Di ujung tempat ini. Seorang wanita tampak duduk sambil terbatuk-batuk di meja bar karena menenggak cocktail. Namun beberapa pria tampak mendekatinya akan tetapi wanita itu tampak kewalahan mengusir mereka.

Chandra mendekati wanita itu. Terdengar wanita itu memaki laki-laki yang berusaha mengerayanginya.

"Pergi! Gue gak tertarik," usir wanita bergaun putih itu.

Chandra tersentak karena wanita itu adalah Kirana. Ia menggengam tangan gadis itu. Tak lupa ia menatap balik pria-pria yang kini menatapnya tajam karena telah mengambil buruan mereka.

"Cari mangsa kalian yang lain. Karena gadis ini adalah calon istri saya," ucap Chandra tegas. Setegas saat ia berbicara di hadapan komandannya.

Pria-pria itu kemudian berjalan menjauh. Mereka jelas merasakan intimidasi dari tatapan Chandra. Terlebih badan Chandra yang kekar hasil latihan fisik keras.

"Lo apa-apaan sih? Lepasin gue!" Kirana berusaha keras melepaskan genggaman tangan Chandra. Namun karena pria itu tiba-tiba melepaskannya berakibat ia menjadi jatuh terjungkal.

"CHANDRA!!! " Pekiknya kesal. Hilang sudah rasa pusing nya. Rasa kesalnya lebih besar di banding efek alkohol.

Chandra & KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang