"Ceroboh."
Bara menatap benda putih ditangannya. Benda itu terus berbunyi menampilkan nama seorang pria.
Dylan.
Bara pikir mungkin saja 'Dylan' itu pacar wanita aneh yang sialnya ceroboh meninggalkan ponselnya di bangku bandara. Untung saja Bara yang menemukannya, jika saja bukan mungkin ponsel itu sudah menghilang ditelan bumi.
"Apa gue angkat aja yah?"
Dylan hendak menekan tombol hijau di layar itu namun kemudian panggilan itu sudah berhenti dan sialnya lagi wanita itu memasang password di ponselnya.
Sudah berapa kali Bara mengucap sial hari ini?
Bara melirik jam tangannya. Masih ada sejam sebelum pesawatnya berangkat. Mungkin ia masih sempat menemukan wanita itu.
Tak lama berselang, Bara sudah berada di parkiran bandara. Melirik kesana kemari namun tak juga menemukan batang hidung wanita itu.
"Apa dia udah pergi yah?"
Bara kembali mengelilingi parkiran itu hingga matanya menatap wanita itu yang sedang diseret oleh pria berjas yang Bara pikir adalah bodyguard wanita itu. Akan tetapi apa seorang bodyguard harus menyeret kasar majikannya seperti itu?
"Lo bukan bodyguard kiriman Ayah!" wanita itu berusaha melepas cengkraman pria-pria itu ditangannya.
"Tolong! hmpt--"
Bara dengan sigap segera berlari menuju ke arah mobil van hitam itu. Instingnya menyatakan ada yang tak beres saat ini dan instingnya benar saat ia melihat wanita itu dibekap dan dipaksa memasuki mobil itu.
Bara mempercepat larinya saat melihat mobil itu mulai melaju.
"Hei, berhenti!"
Bara berlari sambil tangannya berusaha menggapai ganggang mobil itu namun ia gagal. Mobil itu melaju terlalu cepat.
"Sialan!" makinya
***
Kirana melihat setitik cahaya kecil. Awalnya satu kemudian dua, tiga, dan titik-titik cahaya itu mulai berkerumung, bersatu dan membuat kornea matanya mulai merasa silau.
"Akhirnya Tuan Putri kita terbangun juga."
Kirana bisa mendengar suara itu. Sangat jelas malah. Tapi pupil matanya masih berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
Hingga akhirnya beberapa detik kemudian saat ia mulai melihat dengan jelas, sebuah tangan besar dengan kulit yang sudah mengkeriput, mencengkram dagunya dengan kasar. Memaksanya menatap wajah subjek dihadapannya itu.
"Selamat pagi Tuan Putri," sapa pria tua itu ramah. Tapi Kirana bisa membaca situasi, pria tua itu sedang menghinanya dengan kosa katanya.
"Lo siapa?" ucap Kirana tanpa nada ketakutan. Walaupun jujur saja ia sangat ketakutan saat ini hingga rasanya ia ingin kencing di celana tapi melawan pria tua dihadapannya itu dengan sikap penakut maupun pemberani hasilnya sama saja. Jadi ia memilih tetap berusaha pemberani.
Kilatan mata pria tua beriris biru itu menampakkan keinginan besarnya untuk membunuh tapi mengapa?
Setelah diam beberapa saat, pria tua yang Kirana taksir mungkin berusia seperti Ayahnya itu mendengus dan tertawa terbahak-bahak.
Dasar gila!
"Ternyata Tuan Putri kita masih tetap kekeuh bersikap angkuh yah, tapi saya yakin apa kamu akan tetap angkuh setelah ini?" ucap pria tua itu dengan percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra & Kirana
RomanceKirana memiliki segalanya. Kecantikan, harta, sahabat, kasih sayang kedua orang tuanya, dan pacar tampan yang menyayanginya. Tapi semua berubah 180° saat kedua orang tuanya menyeretnya dalam sebuah perjodohan dengan seorang anggota TNI yang kaku ber...