"Bara."
Bara menutup matanya menyesapi suara lembut wanita itu menyebut namanya. Ia tak ingat kapan ia terakhir mendengar suara itu lagi menyebut lembut namanya.
"Bara, "panggilnya sekali lagi
Bara mengangkat kepalanya. Menatap wajah cantik yang kini tampak lebih dewasa dari terakhir kali mereka bertemu tujuh tahun lalu.
"Apa yang mau kamu katakan? aku pikir tidak ada yang perlu dibicarakan, " ucap Bara ketus.
Bara menangkap perubahan raut wajah wanita itu sebelum ia menunduk dalam. Bahunya bergetar dan Bara yakin wanita itu tengah menangis.
Hati Bara seakan teriris. Lagi dan lagi ia menjadi penyebab wanita itu menangis. Ia bahkan tak ingat kapan wanita itu tersenyum saat bertemu dengannya. Tapi Bara berusaha untuk tidak terusik.
"Banyak hal yang harus kamu dengarkan. Aku mohon sekali saja kamu dengarkan penjelasan aku. Setelah itu terserah kamu, kamu ingin menghindariku, marah padaku, aku akan terima semua."
Bara menghela napas panjang. Ini yang ia tak ingin dengar. Ia tak ingin lagi mengingat masa lalu itu yang sialnya juga berhubungan dengan adiknya.
"Aku gak butuh penjelasan apapun. Harusnya kamu juga berhenti. Kini aku punya kehidupan yang baru dan aku bahagia dengan kehidupanku yang baru yang jelas tanpa kamu disana. Aku harap kamu juga berhenti membahas masa lalu dan memandang kedepan."
Bara menggigit bibirnya. Tidak ia tidak boleh goyah saat ini. Tidak didepan gadis itu.
Perlahan ia berjalan mundur dan berbalik badan saat langkahnya yang ketiga. Ia tidak ingin melihat wajah wanita itu menangis. Ia tak suka perasaan saat hatinya serasa ngilu di dalam sana.
Tapi langkahnya terhenti oleh sebuah pelukan yang melingkari pinggangnya dengan erat. Anehnya hatinya yang dulu ia pikir sudah terkubur jauh didalam sana, bergetar. Getaran yang sama setiap ia bersama gadis itu.
"Aku rindu kamu."
Hatinya terasa menghangat dan entah mengapa air mata mengalir turun dari matanya tanpa sengaja. Gadis itu pun seperti juga menangis karena punggungnya kini telah basah oleh air mata gadis itu.
"Aku cinta kamu."
Hati Bara seakan dihantam dengan keras saat ini. Jantungnya berdetak kencang seakan tahu untuk siapa hatinya itu bergetar.
"Jangan lakukan ini, Kartika. Hubungan kita sudah selesai dan aku--" ucapan Bara terhenti saat Kartika membalik tubuhnya untuk menghadap Kartika.
cup.
Mata Bara terbelalak saat bibir merah itu menekan bibirnya.
"Aku cinta kamu," ucapnya lagi saat tautan bibir mereka terlepas.
Kartika menarik satu ujung bibirnya saat melihat Bara yang mematung karena ciumannya. Rasanya ia menjadi wanita jalang saat ini. Tapi siapa peduli.
"Karena kamu sudah diam, bagaimana kalau kamu mendengarkan penjelasanku."
"Aku mau kamu cukup dengarkan ini. Setelahnya, aku harap kamu sadar bahwa bukan hanya kamu yang tersakiti. Wanita yang terbaring koma didalam sana dan adik kesayanganmu juga."
"Tapi..." ucapan Bara dipotong oleh jari telunjuk Kartika yang menahan bibir yang habis ia kecup itu untuk berbicara.
"Sekarang dengarkan baik-baik ceritaku sayang. "
***
"Dek, kamu mau apa buat hadiah kelulusan selagi abang lagi baik?" tanya Bara tapi tatapannya tetap fokus menatap layar tv yang menayangkan game favoritnya. Jari-jari tangannya dengan telaten memencet stik psp nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra & Kirana
RomanceKirana memiliki segalanya. Kecantikan, harta, sahabat, kasih sayang kedua orang tuanya, dan pacar tampan yang menyayanginya. Tapi semua berubah 180° saat kedua orang tuanya menyeretnya dalam sebuah perjodohan dengan seorang anggota TNI yang kaku ber...