Morgan mengajak Aelke berkeliling dan Aelke tampak murung saat ini. Padahal, Morgan sudah berusaha setengah mati menghibur gadis itu. Tapi, apalah daya. Aelke sudah benar-benar muak dengan Rafael dan Nina tadi.
"Aelke..." Panggil Morgan saat keduanya duduk berhadapan di sebuah cafe.
Aelke yang memasang wajah suram hanya melirik Morgan sekilas sebelum asal menoleh ke arah entah siapa.
Morgan berpikir sejenak tentang taruhannya dengan Bisma. Ini hari ketiga Morgan berpacaran dengan Aelke. Itu berarti ini hari terakhir Morgan menjadi pacar Aelke. Sejujurnya, Morgan tidak mau menjadikan Aelke bahan taruhannya. Tapi, dia terpaksa melakukan semua ini.
Dan, mungkin, inilah satu-satunya cara supaya dia tidak menyakiti Aelke secara terang-terangan.
Morgan meraih tangan Aelke dan menggenggamnya. Aelke terkejut namun, tidak menolak genggaman tangan Morgan itu. "Kamu kesel liat Rafael sama Nina, ya?" Tanya Morgan. Aelke hanya terdiam.
Morgan tersenyum sedih. "Aku minta maaf, ya, sama kamu." Ujar Morgan.
"Minta maaf? Untuk apa?" Tanya Aelke bingung.
"Untuk kegagalan aku buat kamu bahagia. Aku gak bisa buat kamu bahagia dan aku sadar satu hal, aku bukan kebahagiaan buat kamu. Kebahagiaan kamu itu Rafael." Jawab Morgan yang membuat Aelke dengan terbata-bata menjawab, "aku..enggak, kok. Aku udah gak ada perasaan apapun sama Rafael. Aku cuma kesel dia jalan sama sahabat aku sendiri."
Morgan melepaskan genggaman tangannya. "Aku juga mau berterima kasih atas beberapa waktu ini. You made my life colourful. Thanks for anything you have done to my life."
"Maksud kamu apaan, sih, Gan?" Tanya Aelke semakin bingung.
Morgan tersenyum tipis dan menjawab, "aku gak bisa bersama seseorang yang gak punya perasaan apapun ke aku. Aku tau, perasaan kamu masih sepenuhnya ke Rafael jadi, menurut aku..." Morgan menghela nafas sebelum melanjutkan, "kita gak usah lanjutin hubungan kita lagi."
***
Hari Senin. MONster DAY untuk Aelke. Aelke benci hari-harinya ini! Apalagi kemarin. Astaga, Aelke tak menyangka hubungannya dan Morgan harus berakhir begitu saja. Hanya berjalan selama kurang dari tiga hari. Dan hari ini, dia harus berangkat ke sekolah dan bertemu dengan Morgan lagi. Sial!
Semalaman penuh, Aelke sibuk mengirimi Morgan pesan permintaan maaf jika dia memang masih belum sepenuhnya melupakan Rafael tapi, Morgan mengabaikannya dan tidak membalas satupun pesan Aelke itu.
Aelke berjalan lesu masuk ke area sekolahnya. Tampak sudah banyak anak yang mulai bersiap-siap untuk mengikuti upacara bendera. Aelke meletakkan tasnya ke dalam kelasnya dan meraih topi sebelum beranjak menuju ke lapangan.
Upacara berlangsung dan Aelke mengikutinya dengan malas-malasan. Sampai tiba-tiba saja setelah petugas pembaca doa membacakan doa, Bisma maju ke tengah lapangan dengan malas-malasan. Bisma meraih mikrofon yang tadi digunakan pembaca doa dan dengan lantang mulai bersuara.
"Saya berdiri di sini untuk mengungkapkan perasaan saya kepada seseorang. Seseorang yang menurut saya cantik dan memukau." Ujar Bisma sesekali sambil tersenyum tapi, sangat ragu. Guru-guru tampak tercengang. Apalagi murid-murid.
Aelke melirik ke arah Morgan karena Bisma, kan, sahabat Morgan. Aelke bisa melihat Morgan tampak menutup bibirnya dengan telapak tangannya sendiri. Seperti menahan tawa sambil terus memperhatikan Bisma. Bisma kembali melanjutkan ucapannya.
"Gue suka sama loe, Sari! Ya, loe! Yang berdiri di sana!" Ujar Bisma menunjuk ke arah seorang siswi berbadan sangat berisi dengan kacamata yang bertengger di matanya. Semua mata menunjuk ke arah siswi itu.
"Loe gak harus jadi pacar gue, kok. Yang penting gue udah ngungkapin semua ini. Terima kasih atas perhatiaannya. Dan maaf udah ganggu acara upacara ini." Bisma menundukkan kepala sebelum berjalan menuju ke barisan awalnya disambut dengan riuh tepuk tangan para peserta upacara.
"Good job, Bro!" Morgan dan Bisma melakukan 'tos'an ala pria sebelum saling menertawakan masing-masing.
Upacara kembali dilanjutkan begitu saja. Seakan kejadian tadi sama sekali tidak dianggap. Aelke sesekali melirik ke arah Morgan yang tampak asyik mengobrol dengan Bisma. Namun, saat detik-detik terakhir sebelum upacara usai, Morgan seakan menyadari lirikan Aelke. Morgan balas menatap Aelke sambil tersenyum manis sebelum berjalan menuju ke kelasnya.
***
Faktanya, setelah putus, hubungan Aelke dan Morgan sepertinya tidak banyak berubah di sekolah. Mereka masih sering mengobrol walaupun, terkadang Aelke meminta maaf di sela-sela obrolannya itu dan dengan santainya, Morgan menjawab, "let it go."
Hubungan Nina dan Aelke juga tidak kunjung membaik. Apalagi, sejak Aelke tau Nina dan Rafael masih berhubungan. Tidak, Aelke tidak cemburu hanya saja, Aelke kesal kenapa Nina yang sahabatnya harus membohongi dia selama ini?
Tetapi, setidaknya semua penderitaan ini akan berakhir sebentar lagi. Saat Aelke sudah lulus SMA dan memulai kehidupan baru di sebuah kampus. Dan Aelke akan berusaha melupakan persahabatannya dengan Nina dan perasaannya dengan Morgan.
Aelke baru sadar satu hal. Dia mulai mencintai Morgan, adik kelas kesayangannya.
Berlainan dengan Aelke, Morgan juga mulai merasakan hal yang aneh saat melihat Aelke namun, dia berusaha mengabaikannya. Morgan tidak mau jatuh cinta kepada wanita manapun karena menurutnya, semua yang diawali dengan kata 'jatuh' pasti menyakitkan, termasuk jatuh cinta.
Tapi, Morgan tak pernah sadar bahwa semua perannya yang manis kepada wanita dan setelah itu meninggalkan wanita itu secara tak sadar telah menyakiti wanita itu. Termasuk Aelke.
Aelke belum tau perihal taruhan Morgan dan Bisma. Aelke masih merasa bersalah akan kandasnya hubungannya dengan Morgan. Aelke masih merasa dialah penyebab putusnya hubungannya dengan Morgan. Walaupun, faktanya, semuanya adalah skenario yang sengaja diatur oleh Morgan.
"Aelke...," Aelke yang sedari tadi sibuk dengan handphone-nya, akhirnya menoleh kepada asal suara itu yang adalah Nina. Aelke diam menatap Nina dan Nina menundukkan kepalanya.
"Gue mau minta maaf tentang hubungan gue dan Rafael. Gue udah putus sama Rafael, kok karena gue gak mau semakin jauh sama loe. Karena Rafael penyebab persahabatan kita kendur, makanya gue milih buat menjauh dari dia dan lebih milih persahabatan kita. Gue minta maaf banget, Aelke. Gue sayang sama loe. Gue gak mau kehilangan sahabat paling berarti buat gue, yaitu: loe."
Aelke hanya terdiam. Nina pun juga diam. Menanti jawaban dari Aelke.
Beberapa menit kemudian, Aelke akhirnya menjawab.
"Gue juga sayang sama loe, Nin. Gue udah anggap loe sebagai sahabat terbaik gue. Hidup gue hampa tanpa loe."
Setelah itu, Aelke bangkit berdiri dan memeluk Nina erat. Nina balas memeluk Aelke sambil tersenyum senang.
"Kampus, kita barengan, yuk?" Ajak Aelke melepaskan pelukannya. Nina menganggukkan kepalanya antusias.
***
Beberapa bulan kemudian, Aelke dan Nina mulai sibuk dengan belajar mereka menjelang ujian Nasional. Mereka berdua semakin dekat dan sering menghabiskan banyak waktu belajar bersama walaupun, terkadang mereka tidak belajar melainkan sibuk mengobrol.
Tentang hubungan Nina dan Rafael, entahlah. Padahal Aelke sudah merelakan Rafael untuk Nina. Lagipula, Aelke sudah melupakan Rafael. Aelke tengah stuck pada seorang pria dan pria itu adalah Morgan. Walaupun, hubungannya dengan Morgan sudah berakhir dan mereka jarang menyapa satu sama lain lagi.
Hari ini, Nina dan Aelke mulai mengikuti ujian nasional hari pertama mereka, Bahasa Indonesia. Mereka berdua sama-sama gugup. Takut mereka gagal mengikuti ujian nasional tersebut. Namun, di saat keduanya tengah duduk menunggu waktu ujian tiba, tiba-tiba saja Rafael datang. Rafael tersenyum dan berkata, "selamat berjuang, ya, buat kita." Sebelum berjalan kembali ke tempatnya.
Aelke balas tersenyum dan menganggukkan kepalanya sementara, Nina hanya diam dan menundukkan kepala. Aelke menyenggol bahu Nina dan mulai menggoda Nina. "Dapet semangat, tuh, dari Rafael."
"Bodo." Ujar Nina.
Saat panitia mulai memberitahu bahwa peserta boleh memasuki tempat ujian, handphone Aelke bergetar. Sebuah pesan masuk yang membuat Aelke tersenyum dan mulai bersemangat.
From : Morgan
Hey, you! Semangat ujiannya! Do your best! Hasilnya harus bagus, ya. Biar aku gak malu pernah kenal sama kamu :p sekali lagi, Semangat, ya, Sipit!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Walk Away
FanfictionBeda dua tahun tak akan menghalangi perasaan mereka, kan?