6

128 15 0
                                    

Dua hari belakangan, Aelke sama sekali tidak menyapa Nina. Nina sendiri bingung dengan sikap Aelke karena dia tidak tau apa alasan Aelke menjauhinya. Aelke malah semakin dekat dengan Morgan walaupun, ada kalanya gadis itu risih saat melihat tatapan banyak murid lainnya akan kedekatannya dengan Morgan. Oh, ya, ini sudah hari keenam Morgan melakukan pendekatan dengan Aelke. Itu artinya, besok dia akan segera meminta Aelke menjadi pacarnya, jika berhasil, dia akan menang dari taruhannya dengan Bisma itu.

Hari ini, Morgan mengajak Aelke makan siang di sebuah kios makan emperan jalan. Kios yang menjual bakso. Setelah menghabiskan bakso mereka masing-masing, Morgan dan Aelke meneruskan obrolan mereka.

"Makanya, kalo pacaran itu dibawa santai aja. Gak harus dianggap serius. Terus, kalo pacaran, jangan terlalu cinta sama pacar kita. Nanti nyesek banget kalo udah putus." Morgan menyarankan. Aelke terkekeh.

"Gue gak begitu cinta sama Rafael kali. Gue sama dia aja deket karena dulu, kita sama-sama anggota OSIS. Jadi sering ketemu terus Nina bantuin gue deket sama Rafael. Gue baru jadian dua bulan yang lalu setelah PDKT selama lebih dari enam bulan. Terus putus setelah pacaran selama dua bulan. Tragis, ya?" Aelke meringis. Morgan tersenyum tipis.

"Makanya. Kalo loe udah ngelirik cowok, jangan terlalu berharap banyak sama dia. Jangan sampe jatuh cinta sama dia. Cukup suka aja. Daripada loe patah hati nantinya." Aelke menganggukkan kepalanya setuju akan ucapan Morgan.


***


Keesokan harinya, saat Morgan datang, Bisma sudah menunggunya di depan kelas dengan tenang sambil memasang seringai. "Udah siap kalah, Bro?" tanya Bisma kepada Morgan. Morgan terkekeh. "Loe lupa, ya, Bis? Kita udah lebih dari sepuluh kali taruhan tentang cewek dan setiap tantangan dari loe, gue selalu menang. Jadi, ya, tinggal selangkah lagi, gue pasti menang."

"Ini hari terakhir PDKT, kan?" tanya Bisma. Morgan menganggukkan kepalanya.

"Yaps. Hari terakhir. Besok, gue akan bawa dia kehadapan loe sebagai pacar gue." ujar Morgan dengan penuh percaya diri.

"Gue pegang janji loe."

"Sip." Morgan mengangkat jari jempolnya sebelum berjalan memasuki kelas dan meletakkan tasnya di atas meja. Setelah itu, Morgan berjalan bersama Bisma menuju ke kantin.

Sesampainya di kantin, Bisma memesankan makanan untuk dia dan Morgan sementara Morgan mulai mengirimkan pesan kepada Aelke. Hari ini, dia harus meminta Aelke menjadi kekasihnya jika tidak mau hari Senin nanti dipermalukan di depan banyak orang. Morgan menanyakan tentang apakah Aelke mempunyai waktu luang setelah sekolah usai dan apakah Aelke mau menemuinya. Tak lama kemudian, Aelke membalasnya dengan kalimat: ketemuan di ruang musik aja. Lima belas menit setelah bel pulang.

Morgan menyeringai membaca pesan tersebut.


***


"Aelke, gue serius. Morgan itu cuma permainin loe! Loe cuma akan disakitin sama dia. Gue gak mau loe sakit hati cuma gara-gara adek kelas kayak dia!" Nina berusaha menjelaskan kepada Aelke sejak awal dia masuk ke kelas namun, Aelke mengabaikannya. Aelke masih marah pada Nina tentang perselingkuhannya dengan Rafael.

"Aelke! Loe kenapa, sih? Loe ngacangin gue sejak dua hari lalu!" Nina berkata dengan kesalnya.

"Coba loe tanya ke diri loe sendiri kenapa gue ngacangin loe!" Aelke bangkit berdiri, meraih tasnya dan berjalan keluar dari dalam kelas. Pelajaran hari ini sudah berakhir dan Aelke harus menemui Morgan.

Nina menatap kepergian Aelke dengan bingung sebelum akhirnya dia menyadari sebuah hal. "Jangan bilang, Aelke udah tau tentang hubungan gue sama Rafael?"


Aelke berjalan menuju ke ruang musik. Aelke sempat berpapasan dengan Rafael dan Rafael baru hendak menghampiri Aelke namun, Aelke sudah berlari menjauh.

Aelke akhirnya sampai di depan ruang musik. Aelke segera membuka pintunya dan masuk ke dalam ruang musik tersebut. Aelke mengedarkan tatapannya ke sekelilingnya. Mencari keberadaan Morgan tapi, sepertinya Morgan belum datang. Aelke menghela nafas dan hendak berbalik dan menunggu di luar namun, dia nyaris saja bertabrakan dengan seseorang yang sudah berdiri di belakangnya.

"Loe ngagetin gue aja!" Aelke menepuk dada Morgan yang sudah berada di hadapannya. Morgan terkekeh. "Maaf, deh. Gue gak niat ngagetin loe, kok."

"Oh, iya, kenapa loe ngajakin gue ketemuan?" tanya Aelke.

"Soalnya gue mau ngomong sesuatu sama loe." Jawab Morgan dengan santainya.

"Ngomong apa?" tanya Aelke lagi.

"Gue gak bisa ngomong langsung. Makanya, gue mau ngomong lewat lagu ke loe. Loe denger baik-baik, ya?" pinta Morgan. Aelke menganggukkan kepalanya. Morgan berjalan ke arah piano dan membuka penutup piano tersebut sebelum menyolokkan kabel piano ke sebuah steker. Setelah itu, Morgan menarik kursi yang ada di dekat piano dan duduk di sana.
Morgan dengan lihai menekan satu per satu tuts piano sambil menyanyikan sebuah lagu.


They come and go but they don't know
That you are my beautiful
And I try to come closer with you
But they all say, we won't make it through

But I'll be there forever
You will see that it's better
All our hopes and our dreams will come true
I will not disappoint you
I will be right there for you
Till the end
The end of time
Please, be mine..


Setelah menyanyikan penggalan lagu itu, Morgan menoleh dan tersenyum kepada Aelke yang hanya terdiam tercekat. "Gimana?" tanya Morgan kepada Aelke. Aelke masih terdiam berusaha mencerna maksud lagu tadi. Jadi, Morgan...

"Gue gak akan maksa loe buat nerima gue, kok. Gue ngerti loe pasti belum move on dari..."

"Enggak. Gue mau, kok, jadi pacar loe!"

Ucapan Aelke yang memotong ucapan Morgan itu membuat Morgan tersenyum dengan sedikit seringai di bibirnya.


***


Keesokan paginya, Aelke dan Morgan berangkat sekolah bersama dan mereka berdua kembali menjadi pusat omongan seisi sekolah. Tapi, Aelke dan Morgan dengan santainya, mengabaikan omongan-omongan buruk tentang mereka itu.

"Aelke, ketemu sama temen gue dulu, ya?" ujar Morgan. Aelke menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah kaki Morgan dari belakang. Morgan meraih tangan Aelke dan menggandengnya. Sungguh, mereka berdua menjadi pasangan paling 'wow' mungkin saat ini.

Morgan berjalan menuju ke depan kelasnya di mana Bisma sudah menunggu. Saat Bisma melihat Aelke dan Morgan yang berjalan mendekat, Bisma terkejut setengah mati. Apalagi saat Aelke dan Morgan sampai di hadapannya. Dengan memasang wajah penuh kemenangan, Morgan berkata, "Bis, kenalin. Ini cewek gue, Aelke. Aelke, ini Bisma."

Aelke mengulurkan tangannya dan tersenyum kepada Bisma. Bisma balas tersenyum ragu-ragu sambil membalas uluran tangan Aelke. Setelah berjabatan tangan, Morgan berpamitan kepada Bisma. Namun, sebelum berpamitan, Morgan sempat berkata kepada Bisma, "jangan lupa, ya, hari Senin. Tiga hari lagi."

Setelah itu, Morgan merangkul Aelke dan mengajak Aelke untuk pergi ke taman belakang sekolah mereka. Mereka ingin mengobrol banyak dan mungkin sekaligus berpacaran. Berpacaran atau entahlah. Hubungan mereka tidak berjalan dengan jelas. Dan ketidak jelasan itu berasal dari Morgan.   

Don't Walk AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang