Awal Mula

94 6 1
                                    

Tidak dapat kupungkiri awal mula kita sangatlah absurd. Bila semua orang memulai kisah mereka dengan orang lain melalui pertemanan, kau dan aku membuat awalan kisah yang sangat luar biasa.

Yaitu saling bermusuhan.

Memang pada akhirnya kita bisa berbaikan lalu menjadi teman, tapi ingatkah kau betapa menjengkelkannya aku saat dirimu baru saja bergabung dengan kelas kami?

Aku hampir selalu mengejekmu untuk setiap hal yang kau lakukan, begitu pula kau. Aku selalu mengomentari hasil pekerjaanmu, tulisanmu yang terlihat seperti cakar ayam, tubuhmu yang terlalu besar untuk murid kelas 6 SD, dan berbagai macam hal lainnya.

Tapi tak pernah sekalipun kau memukulku.

Berkali-kali aku sangat emosional sehingga hati ini terasa pedih dengan ejekanmu yang kelewatan, lalu kutampar wajahmu. Tapi kau tak melakukan apapun kepadaku. Tak pernah sekalipun kau mendorongku, tak pernah sekalipun kau mencubitku.

Tidak, tidak pernah.

Selama menjadi musuhmu, aku terus saja memperhatikan gerak-gerikmu, mencari celah untukku agar bisa melontarkan ejekanku padamu. Aku memang payah, padahal kau tak begitu peduli denganku saat itu. Aku hanya merasa tidak terima saat pertama kali mengajakmu bicara dan kau tak mengatakan apa-apa, kau hanya memandangku sekilas, tanpa memutar kepalamu juga.

Tega sekali kau menyia-nyiakan kebaikanku saat itu.

Aku tergolong orang yang kikuk ketika berkenalan dengan orang lain, untuk angkat bicara pun aku harus mengatur napasku agar tak terlalu gugup. Dan kau, yang baru beberapa hari menempati bangku di kelasku sudah berlagak angkuh di depanku.

Bagaimana mungkin aku tak kesal?

Maafkan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang