Rumah

34 3 0
                                    

Arah yang kini kita ambil merupakan alasan utama aku tak lagi bisa melihatmu sesering dahulu. Arah ini pula yang menghancurkan kita karena kerinduan yang begitu mengoyak pikiran dan hati. Kau sibuk dengan dirimu sendiri, begitu pula aku.

Aku yang sibuk dengan diriku sendiri dan sibuk memikirkanmu yang berada jauh dari jangkauan kedua tanganku.

Aku menginginkan kita, aku menginginkan berada di sisimu seperti saat aku begitu dekat hingga bisa menginjak bayanganmu. Kini? Untuk bertemu susah. Untuk mengobrol susah. Kau mendorongku menjauh agar aku tak lagi tersiksa dengan jarak yang membunuh ini. Kau inginkan ku pergi, mencari orang lain, mencari kebahagiaan baru agar aku melupakan dirimu.

Kuakui aku memang membutuhkannya—sebuah kebahagiaan baru. Kuakui aku memang harus melupakan kita, melupakan semua langkah yang pernah kita tempuh bersama. Melupakan semua malam ketika segala perasaan tumpah ruah bersama derasnya hujan...

Kau tahu ku tak bisa. Aku tak peduli kau bisa atau tidak, tetapi aku tidak bisa. Aku tidak mau. Maafkan aku.

Aku begitu egois bila menyangkut hal ini, menyangkut dirimu. Bisa apa aku bila hati ini sudah jelas-jelas mengutarakan apa yang ia inginkan? Apa yang benar-benar ia butuhkan saat ini, esok, maupun selamanya? Bisa apa aku bila hati ini sudah begitu yakin dengan pilihannya? Memarahi diriku sendiri? Itu tidak membantu. Aku tidak bisa berkutik lagi dengan pilihannya. Maafkan aku yang tidak mengerti kebaikan dalam pengorbananmu, tapi aku tidak sekuat dirimu untuk melangkah menjauh. Kaki ini terasa begitu berat. Aku tidak bisa pergi kemanapun, aku sudah terperangkap olehmu. Jika kau adalah sebuah perangkap, maka kau adalah perangkap yang tak ingin ku lari darinya.

Kini, bila kusebut namamu, kau tak lagi berlari kemari. Kau tak lagi membentangkan kedua tanganmu untuk memeluk diriku yang terbalut dinginnya malam. Kau tak lagi menghapus bulir air mataku yang terus menerus mengalir tanpa bisa kuhentikan. Tapi bila kau inginkan aku tuk berada di sisimu, pasti akan ku perjuangkan. Kau pikir sudah berapa kali aku mengunjungimu hanya untuk membunuh jarak yang iseng ini? Tidak apa, asalkan aku bisa melihatmu.

Asalkan aku bisa memelukmu lagi.

Jangan salahkan aku bila aku kembali padamu setelah pergi jauh dan bertemu banyak orang. Memang begitulah faktanya, dengan siapapun aku saat ini, aku akan kembali padamu. Sejauh apapun aku melangkah, aku akan berbalik dan kembali padamu.

Padamu. Padamu. Hanya padamu.

Karena kau adalah rumahku.

Maafkan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang