Lapangan Bola

125 8 1
                                    

Ingatkah dahulu ketika jam istirahat tiba, kau selalu berlari ke lapangan untuk bermain bola bersama yang lain? Ingatkah kau lebih suka menjadi penjaga gawang ketimbang menjadi striker?

Aku mengikutimu. Kau yang berada di depan gawang terus mengawasi dengan teliti bagaimana jalannya pertandingan, sesekali kau berseru untuk membantu kawanmu. Lalu ketika mereka mencetak angka, kau juga ikut senang di posisimu dengan melompat-lompat gembira, melemparkan tinju ke udara.

Tidakkah kah melihatku di sisi lapangan sedang tersenyum ke arahmu?

Tetapi ketika lawan membobol gawangmu, kau terkadang menggeram. Terkadang tertawa. Terkadang takjub dengan kemampuan lawan yang mampu menembus pertahananmu.

Membuatku semakin tak mampu untuk mengalihkan pandangan darimu.

Tibalah hari ketika kau akan berkompetisi melawan sekolah lain.

Kau gunakan jersey tim sekolah kita, kau gunakan sarung tangan khusus penjaga gawang untuk mengeratkan cengkramanmu, kau membawa nama sekolah kita di kedua bahumu melalui hal yang sangat kau sukai. Beberapa kali kau terbobol, namun kau tak mau berhenti berjuang. Pandanganmu yang tajam mengawasi gerak-gerik kaki lawan membuat napasku tercekat. Kemudian terdapat suatu hari kau berhasil menjaga gawangmu dengan sempurna yang biasa disebut dengan clean sheet.

Ketika itu kau terlihat sangat bahagia. Semua orang bahagia, semua orang melihatmu. Tapi kedua bola matamu tertuju ke arahku. Tetaplah begitu. Tetaplah pandangi aku saja, jangan yang lain. Tetaplah begini kepadaku.

Karena kau adalah milikku.

Dan teruslah simpan dalam ingatanmu: setiap kali kau bermain di tengah lapangan, bayangkanlah aku yang selalu duduk di sisi lapangan melihatmu. Aku mungkin tak bisa selalu melihatmu bermain, tapi percayalah, aku selalu ingin hadir.

Maafkan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang