Gejolak

34 4 0
                                    

Bagian ini dengan senang hati kudedikasikan teruntuk Mikuah , seorang teman yang selalu tersenyum walaupun hatinya ditutupi oleh mendung yang tebal. #tsah

p.s Akan ada beberapa kata yang tidak berkenaan di hati beberapa pembaca. Tulisan ini juga nggak jelas. Mohon dikondisikan karena judul sudah berbicara, iya, Gejolak.

❁ ❁ ❁

Pernah mencoba untuk melupakan seseorang? Pernah mencoba untuk berbalik dan meninggalkan seseorang? Pernah mencoba untuk merelakan seseorang? Tapi ternyata tak bisa, sebab sebagian dirinya sudah menjadi sebagian dirimu?

Iya. Aku sudah pernah.

Memang sudah ketebak pada akhirnya akan seperti ini, dua insan manusia yang terpaksa dipisahkan karena masih belum memiliki kepastian yang matang untuk bisa bersama. Dia menyuruhku untuk melupakannya, dia menyuruhku untuk meninggalkannya, merelakan seluruh kenangan yang pernah kami ukir bersama. Tetapi memang, pada dasarnya melakukan adalah tak semudah berkata.

"Ya usaha dong."

"Coba lagi."

"Cari yang lain."

Pala lu. Kau pikir sudah berapa kali aku mencoba untuk menyukai orang lain, sudah berapa kali aku berusaha untuk menaruh hati ini pada orang yang berbeda? Nyatanya memang aku tak bisa memaksanya untuk tinggal bila ia tidak merasa nyaman. Aku nggak pernah memprediksi tentang apa yang akan kurasakan, aku tidak pernah menyangka bahwa kaulah yang akan aku cintai sampai sedalam ini.

Tapi berani-beraninya kau mengatai perasaan ini adalah suatu bentuk kebodohan. Berani-beraninya kau datang dan pergi begitu saja, meninggalkan apa yang telah kau lukis dalam benak dan pikiran ini secara cuma-cuma.

Asu.

Ya, aku tahu aku memang bodoh karena masih menyayangimu sampai detik ini walaupun kau sangat nggateli dengan hati ini. Lha yu pikir aing tau apa yang bakal terjadi pada akhirnya, tong? Kagak lah, tai. Gusti Allah aja yang ngatur, aing berdoa. Nggak usah sok-sokan mengetahui segalanya, nggak usah mengelak dari keajaiban yang tahu-tahu bisa Allah turunkan nanti.

Asu lu, tong. Beruang kopler.

Padahal kau sendiri yang dulu mengejar, kau sendiri yang membuat diri ini terlena dengan seberapa serius kau ingin mengikatku dalam suatu hubungan, kau sendiri yang mengatakan padaku bahwa suatu saat kau akan kembali. Kau yang mengatakan padaku bahwa "selamanya" mungkin terjadi pada garis kehidupan kita walaupun proses menuju ke sana tidaklah mudah. Kau yang mengatakan bahwa aku adalah milikmu dan kau adalah milikku.

Lha sekarang yu yang ninggalin aing.

Tai asu.

Ini hati, tong. Ini hati, bukan sebuah kotak permainan yang bisa dibuka tutup, dibanting, ditendang, apalah itu. Ini hati yang memiliki peran penting dengan hormon manusia. Sakit hati, seluruh tubuh yang kena, tong.

"Kehilangan satu orang nggak apa, kan? Masih banyak yang lain juga."

Lha asu nian kau ni.

YA KARENA GUE SAYANG SAMA LO MAKANYA GA ENAK KALAU KEHILANGAN LAH AH.

Kamu yang memulai, tapi sekarang kamu menyalahkan aku. Ingat kalau kita dulu sama-sama broken. Ingat kalau bukan hanya aku saja, tapi kau juga. Hari Senin waktu itu, kau yang menarikku ke dalam pelukanmu. BUKAN AKU. TAPI KAMU MENYALAHKANKU. ASU.

Lu mau diapain sih, tong? Dipotong anunya? Yauda sini, dengan senang hati akan kulakukan.

Ganteng-ganteng bangsat. Iya sih, masih sayang. Tapi kali ini lu keterlaluan bangsatnya. Tai.

Oke udahan, tulisan ini ga jelas banget. Namanya aja gejolak. HAHA.

Maafkan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang