Chapter 3 : Dan ternyata ....

984 97 2
                                    

"Aku dapat surat cinta," Ga Eun berucap dengan bangga seraya menunjukkan sebuah amplop warna pink yang wanginya minta ampun. 

"Dari siapa?" tanyaku penuh selidik. Well, tentu saja aku penasaran bukan main karena diantara kami berlima, aku dan Ga Eun-lah yang terkenal dengan sebutan 'nggak laku'. Yup, kami jomblo abadi. Aku belum pernah punya pacar, Ga Eun juga.

Yoona sudah punya Jisoo. Ye Seul sedang single karena baru putus dengan pacar barunya sekitar 3 bulan yang lalu. Tapi setidaknya dia pernah punya pacar 'kan?

Sementara Jei, wuih, dia yang paling sering gonta-ganti pacar! Semua lelaki yang pernah dekat dengan dia, paling hanya bisa bertahan selama kurang dari 2 minggu.

Ha, pemuda-pemuda itu kabur darinya karena kerjaan Jei selama ini hanyalah komplain melulu. Mana ada yang tahan kalau setiap hari diomelin terus?

She always complains about everything! Trust me.

Baju, sepatu, dandanan, makanan, kebiasaan, semuanya dikomplain!

"Iri ya kalau ada yang jatuh cinta padaku?" Ga Eun menatap ke arahku dengan senyuman licik. Sialan!

"Kita lihat saja siapa yang bakal jadi jomblo selamanya. Haha, nih baca saja sendiri biar kau makin sakit hati," ucapnya lagi seraya menyodorkan surat tersebut. Aku meraihnya dengan tak sabar. Gemess!

Surat itu berisi sebuah puisi cinta yang ditulis tangan dengan rapi. Tak ada nama terang. Hanya tertulis : dari yang selalu mencintaimu sampai mati.

Bah!

"Tak ada nama pengirimnya?" tanya Ye Seul yang ternyata ikut membaca surat di tanganku.

"Dari Yusang," jawab Ga Eun dengan penuh kebanggaan. Sumpah, dia makin bangga sekarang!

"Yuzang?" sahut Yoona.

"YUSANG! YU.SANG. PAKAI 'ES', BUKAN 'ZET'," Ga Eun mendelik kesal.

"Zi bintang bazket ituuuuu? Yang ganteng ituuuuuuu? Yang populer ituuuuuuuu...?" Yoona nyerocos.

Ga Eun memutar bola matanya sebal, tapi sesaat kemudian manggut-manggut sambil tersenyum dengan bangga.

"Ini tidak mungkin," desisku.

Ga Eun tertawa, tawa yang dibuat-buat.

"Ara, kenapa? Cemburu? Hahaha... Kayaknya kau yang bakal jadi jomblo sejati. Aih, aku senang sekali karena cowok populer macam Yusang akhirnya kepincut dengan diriku yang cantik ini," ucap Ga Eun lagi.

Aku bergidik. Ew ...

"Bisa kau lihat sendiri, sepertinya kami akan jadi pasangan yang serasi. Kami punya hobi yang sama, dia jago basket, dia jago olah raga, dan aku juga. Ya 'kan?"

Jei merebut surat dari tanganku.

"Yah, jelek sekali tulisannya," ucapnya.

"Astaga, kertasnya juga kualitas jelek. Dia pasti membeli ini di toko eceran. Puisinya juga jelek, kampungan lagi. Aroma kertasnya, aduh, bikin pusing deh. Ini tak ada nilai seninya sama sekali ... ini... dan ini... lalu itu ...." Jei terus mengoceh.

Kami mendesah, mulai lagi deh miss komplain...

"Di sini tak ada namanya 'kan? Kenapa kau bisa tahu kalau ini dari Yusang?" pertanyaan Ye Seul membuat kami saling menatap.

"Dari Boo," jawab Ga Eun.

Kami kembali berpandangan.

"Maksudnya, surat ini dari Yusang apa dari Boo?"

"Boo yang memberikan surat ini padaku. Dia bilang, itu titipan dari Yusang," Ga Eun kembali menjelaskan. Kami manggut-manggut.

Dan rasa iriku padanya makin menggunung karena hampir setiap hari, Yusang selalu mengiriminya surat-surat cinta. Surat beramplop pink, wangi, bertuliskan puisi-puisi cinta khusus buat Ga Eun.

Aih, bikin frustasi!

***

Siang itu, waktu pulang sekolah, aku, Jei, Ye Seul dan Yoona sedang mengobrol di depan pintu gerbang ketika Boo menghampiri kami.

"Hai, Ga Eun mana?" ia langsung bertanya. Aku menatapnya dengan tatapan berkilat-kilat. Astaga, dia 'kan tak punya salah apa-apa. Tapi begitu aku ingat kalau ia kesini hanya untuk memberikan surat titipan dari Yusang pada Ga Eun, hatiku rasanya tercabik-cabik!

"Kenapa? Mau memberikan surat lagi?" tanyaku. Boo mengangguk.

"Ga Eun masih di lapangan basket. Sekarang kami juga sedang menunggunya kok. Sebentar lagi juga keluar," ucap Ye Seul.

"Ya sudah, nitip ke kalian saja ya. Tolong berikan surat ini ke dia," Boo meraih amplop dari tasnya lalu menyodorkannya ke arah kami. Aku langsung menyambarnya.

"Yakin ini dari Yusang?" aku memastikan. Boo mengangguk lalu beranjak meninggalkan kami, pulang bersama rekan-rekannya. Dan tak berapa lama kemudian, Ga Eun muncul dengan senyumnya yang sumringah, cerah, seolah-olah ada lampu neon 100 watt tepat di atas kepalanya!

"Nih," aku menyodorkan surat itu ke arahnya. Kedua mata Ga Eun langsung berbinar-binar. Ia memeluk erat surat itu ke dadanya.

"Ya, ya, ya, anggap saja itu harta karun yang paling berharga," sindirku. Ga Eun tak menggubris. Ia hanya senyam-senyum seperti orang senewen!

Ah, kalau ternyata cinta bisa membuat orang senewen seperti dia, aku tak mau jatuh cinta!

"Hai, kenapa belum pulang?"

Seketika kami menoleh ke arah datangnya suara tersebut. Dan, Yusang sudah berada di dekat kami, dengan senyum manisnya.

"Y-Yusang?" Ga Eun menyapa gugup. Yusang tersenyum.

"Suratnya sudah diterima kan?" Ia bertanya langsung.

Muka Ga Eun langsung bersemu merah. Perlahan ia mengangguk dengan senyum malu-malu. Amit-amit, biasanya ia tak seperti ini kok!

"Tadi aku dapat pesan, katanya nanti sore dia mau main ke rumahmu," ucap Yusang lagi. Kami mendongak ke arahnya, heran. Ga Eun juga.

"Dia ... siapa?" ia bertanya duluan.

"Jong Yun," jawab Yusang.

"Memangnya ... kenapa dengan Jong Yun?" Ga Eun kembali bertanya.

"Lah, surat yang kau terima 'kan dari dia," jawab Yusang enteng.

Heeeee??!!

Kami membelalak. Ga Eun juga.

"Sebenarnya surat itu dititipkan padaku agar aku mau memberikannya padamu. Dia bilang dia grogi kalau bertemu denganmu secara langsung. Nah, karena aku tak sempat ketemu denganmu, maka aku titipkan saja surat itu ke Boo. Kan kalian satu kelas. Memangnya Boo tak cerita? Memangnya Jong Yun tak pernah menyebutkan namanya di surat-surat yang ia kirimkan?" Yusang ganti keheranan. Kami berpandangan silih berganti.

"Dia memang tak pernah menyebutkan namanya di surat yang ia tulis," aku nyeletuk. Ga Eun melotot ke arahku. Yusang mendesis.

"Ah, tuh anak memang rada sableng sih. Pantesan saja tiap kali nembak cewek tak pernah diterima, kurang strategi sih." Yusang menggerutu seraya menggaruk-garuk kulit kepalanya. "Surat itu dari Jong Yun, yang dititipkan padaku, lalu ku titipkan ke Boo untuk diberikan padamu. Begitu." Ia kembali memberi penjelasan.

"Ya sudahlah, aku duluan ya. Aku tadi cuma dititipi pesan oleh Jong Yun kalau nanti sore dia mau kerumahmu," ucap Yusang lagi ke arah Ga Eun.

Setelah itu dia mohon diri, dan menghampiri Park Lena yang berdiri tak jauh dari tempat kami lalu menggandeng tangannya dengan mesra dan mereka pulang bersama-sama.

Astaga, ini benar-benar sulit dipercaya. Jadi surat yang selama ini diterima Ga Eun, berasal dari Jong Yun??

Pemuda yang bibir dan gigi depannya monyong lima centi! Berkaca mata, gendut, pendek dan hobi banget membanggakan potongan rambutnya yang bergaya pemain sepak bola Italia 'Balotelli'. Padahal gaya rambut itu tak cocok sama sekali dengannya!

"Aih, aih, Ga Euuunnnn!! Kenapa kau tidur di ziniiii!!??" Yoona berteriak. Kami menoleh. Dan ... jreeeng!! Ga Eun sudah tergeletak lemah di tanah.

Pingsan!

***

DESTINY [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang