Chapter 15 : Persahabatan Baru, Masalah Baru, Cinta Lama

679 93 2
                                    


Vernon tak terlihat kaget sama sekali ketika sore itu aku datang ke rumahnya. Surprise ‘kan? Perlu seharian penuh untuk ngubek-ngubek ruang kesiswaan demi bisa mendapatkan alamatnya. And, thanks God, I found it...

“Kenapa kau tak kaget kalau aku ke sini?” tanyaku spontan.
Kening Vernon mengernyit.
“Kenapa aku harus kaget?” ia ganti bertanya.
Aku terdiam. Iya juga sih, kenapa dia harus kaget. Somplak ‘kan aku?

“Lagipula aku sudah tahu kalau kau akan datang kemari,” jawabnya seraya mengajakku keluar.

Ia tidak menyilakanku duduk di ruang tamu. Tapi mengajakku ke taman, di samping teras rumah.
Rumah Vernon tidak besar. Tapi begitu nyaman, simple dan ... menenangkan. Dari info yang ku dapat, keluarga Vernon baru membeli rumah ini sejak beberapa minggu yang lalu.

“Thanks karena sudah memuji rumahku. Tapi keluarga kami tidak membelinya. Rumah ini warisan dari nenekku, dan sekarang kami menempatinya kembali,” ucap Vernon enteng sambil terus ngeloyor menuju bangku taman.
Aku nyaris memekik. Sialan, dia ‘kan bisa membaca pikiranku!

“Ada kepentingan apa kemari?” ia duduk di salah satu kursi yang terlihat tua tapi nyentrik. Aku menyeret kakiku dan duduk di kursi depannya. Tidak di depannya pas, kami terhalang oleh meja besar dari semen.

“Kau ‘kan bisa membaca pikiranku. Mestinya kau sudah tahu maksud kedatanganku kemari,” jawabku agak sewot.
“Memang,” Vernon menjawab enteng.

Aku nyaris menjambak rambutku sendiri karena kesal.
Datang ke sini adalah bunuh diri!

“Kalau sudah tahu kenapa masih tanya?” aku makin sewot.
Tatapan Vernon datar. Perlahan ia menggeleng.

“Maaf, aku tak bisa,” jawabnya.
“Tak bisa untuk apa?” Keningku mengernyit.
“Untuk permintaan tolongmu,”
“Jadi benar kau sudah tahu maksud kedatanganku kemari?”
Vernon mengangguk dengan tenang. Wuiihh....

Sejak mengetahui ‘kemampuan’ Vernon, aku jadi berpikir bahwa mungkin saja dia bisa membantuku dan juga membantu Wonwoo untuk mencari tahu penyebab kematiannya. Vernon punya kemampuan ‘melihat’ masa depan. Jadi mungkin saja ia bisa ‘melihat’ masa lalu Wonwoo sekaligus bisa mengetahui penyebab kematiannya, hingga hantu keren itu bisa pergi dengan tenang.

Jujur aku suka Wonwoo di sisiku. Kami bersahabat, kami dekat. Ketika aku terbawa suasana yang tak menyenangkan, ia membantuku. Ketika aku stres karena banyak tugas, ia juga membantuku. Kami mengobrol tentang banyak hal. Dan jika dia benar-benar pergi, aku pasti kehilangan dia.
Lagi.

Tapi, ia tak punya teman selain aku. Ia hantu yang kesepian. Dan aku tak tega melihatnya gentayangan seperti itu terus. Dia harus pergi dengan tenang...

“Kau benar. Hantu dan manusia memang tak bisa bersama selamanya. Alam kalian berbeda,”
“Eh?” aku mengernyit.
“Kau menyukainya ‘kan? Kau menyukai hantu itu,” ia kembali menambahkan.
Aku melotot.
Sialan, datang ke sini benar-benar bunuh diri!

“Lalu kenapa kau tak bisa membantunya?” aku berusaha menahan kekesalanku.
Vernon menarik nafas sesaat.
“Aku memang bisa melihat beberapa hal di masa depan, tapi tidak dengan masa lalu,” ucapnya lagi.
Aku terdiam.
“Tapi ...” Kata-kata Vernon terputus. “Mungkin aku bisa membantumu mencari tahu apa yang terjadi pada Wonwoo beberapa tahun yang lalu. Itupun kalau kau tak risih berada di sisiku. Kita bisa sama-sama mencari tahu ke sekolah Wonwoo dan menyelidiki siapa saja yang ikut pendakian dengannya beberapa tahun yang lalu,” ia melanjutkan lagi.
Aku terdiam sesaat.

“Kenapa kau mau membantuku?” tanyaku.
“Bukan membantumu, tapi membantu temanmu. Ingat, bukan kau saja yang pernah punya teman hantu. Aku juga pernah, malah beberapa kali. Dan aku selalu membantu mereka untuk tidak gentayangan lagi,” jawab Vernon tenang.

DESTINY [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang