Chapter 6 : Single, that's fine!

924 92 0
                                    

Aku melipat kedua tanganku di dada lalu menatap Ga Eun dengan sebal.

"Apakah ini hanya perasaan kami saja atau akhir-akhir ini kau memang pendiam?" tanyaku kemudian. Jei, Ye Seul dan Yoona berdiri di sisi kanan dan kiriku. Dan kami sama-sama menatap ke arah Ga Eun yang berdiri tersudut di dinding.

Ga Eun tak menjawab. Hanya diam membisu.

"Kenapa kau berubah jadi pendiam begini? Kau sedang tak berlatih akting 'kan?" Sindirku seraya melirik ke arah Yoona. Sementara gadis imut itu cuma nyengir.

Well, sekarang inilah yang terjadi. Setelah dibuat stress oleh Yoona beberapa waktu yang lalu dimana ia tiba-tiba ia berubah pendiam dan mengurung diri di kamar, tapi ternyata ia hanya berlatih akting, sekarang kami di buat stress --- lagi --- tapi kali ini oleh Ga Eun.

Ga Eun yang tomboy dan blak-blakan tiba-tiba saja berubah pendiam. Ia tak banyak omong. Gadis bertubuh atletis itu bahkan tak masuk sekolah selama 3 hari karena diskors oleh pihak sekolahan.

Dari info yang kami dengar, Ga Eun terlibat keributan dengan Boram, teman kami satu sekolah yang juga aktif di klub basket.

Tak jelas apa yang terjadi di antara mereka, tapi beberapa waktu yang lalu tiba-tiba saja mereka terlibat adu jotos di ruang ganti. Bibir Boram robek hingga harus menerima jahitan. Sementara Ga Eun hanya mengalami satu luka gores kecil di tulang pipi. Mungkin karena cakaran.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau bisa ribut dengan Boram? Apa yang dilakukan gadis itu padamu?" tanyaku lagi.

Aku yakin bahwa Boram telah melakukan sesuatu padanya hingga Ga Eun harus melawannya dengan tenaga fisik. Karena sepanjang yang aku tahu, Ga Eun takkan memukul orang secara sembarangan jika kesabarannya bisa ditahan.

"Oke, kau mau cerita pada kami? Atau kami terpaksa menemui Boram dan meminta ia bicara yang sebenarnya?" Aku setengah mengancam. "Kau tahu 'kan? Bukan kau saja yang suka membuat keributan." Tatapanku tegas.

Dan itu benar.

Di antara kami berlima, aku dan Ga Eun lah yang paling impulsif. Kami berdua yang paling sering terlibat keributan dengan orang lain, tentunya dengan alasan yang tepat. Bedanya, Ga Eun bertubuh atletis, sementara aku lebih mungil. Tapi jika masalah nyali, kami imbang.

Ga Eun menatapku lurus ke mataku lalu mendengus.

"Oke, aku akan cerita." Jawabnya langsung.

"Boram menuduhku merebut pacarnya. Aku tak terima, jadi aku memukulnya dan menjambak rambutnya." Lanjutnya kemudian.

Aku melongo, ketiga sahabatku yang lain juga.

"Merebut pacarnya? Jun?" Ye Seul menebak. Ga Eun mengangguk.

"Jun ketua klub basket itu 'kan?" Aku memastikan. Ga Eun kembali mengangguk.

"Sejak kapan kau dekat dengan Jun?"

"Sejak 2 bulan yang lalu."

"Hah," aku kembali melongo.

"Kau dekat dengan seorang laki-laki, tapi kau tak pernah cerita?" Jei berteriak. Ga Eun mengangkat bahu. "Maaf." Jawabnya.

"Aku tak mau bercerita karena ini terlalu ... rumit."

Kami manggut-manggut.

"Ayo kita duduk dengan nyaman dan bicara." Aku menggamit lengan Ga Eun dan mengajaknya duduk di kursi.

"Serumit apa?" Ye Seul kembali bertanya.

Ga Eun merapaikan rambutnya yang berjuntaian lalu menarik nafas panjang.

DESTINY [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang