"Sya! Risya!"
Panggilan itu akhirnya membuyarkan lamunanku sambil menatap kearah seseorang yang memanggilku.
"Eh maaf Ma. Ada apa?". Tanyaku sambil menghadap samping kearah Mama yang menatap ku dengan mata yang memicing.
"Seharusnya Mama yang nanya ada apa Risya sayang, kamu kok gitu? Sakit? Mau pulang?" Cerocos Mama
"Aduh Mama. Risya nggak apa-apa kok. Udah deh, mending perhatiin tuh bu Fitri ngoceh di depaan." Dumel ku. Kulihat Mama pun terdiam lalu kembali memfokuskan pandangannya kearah bu Fitri
Dan, mungkin sekitar 30 menit lebih, tuh bu Fitri ngoceh sampe mulutnya berbusa karena racun, ia menyampaikan bahwa ia akan memanggil satu persatu dari perwalian murid untuk mengambil laporan hasil pembelajaran.
Karena yang disuruh maju cuman perwalian doang, jadinya gue nelengkupin muka gue, di kedua tangan yang gue lipat. Entah kenapa, gue ngerasa lelah. Gue rada gak enak hati. Entahlah gue gak tau.
Setelah menghembuskan nafas yang terakhir, eh salah menghela nafas dengan pelan,gue kembali ngangkat wajah dan ngeliat semua wali murid kembali duduk di tempat masing-masing. Termasuk Mama. Dia ngelirik gue dengan senyuman yang rada gak jelas gitu.
Sementara bu Fitri kembali berdiri untuk menyampaikan pesan-pesan terakhirnya agar ia di Ridhoi oleh sang Ilahi. Ups, salah maksudnya, kata-kata mutiara untuk menutup rapat ini.
".... baiklah saya ingin berterimakasih atas partisipasi dari bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Dan untuk mirid-murid IPA 2, teruslah belajar dan tingkatkan prestasi kalian. Semoga kalian bisa lulus dan meraih cita-cita kalian. Dan untuk itu, rapat untuk orang tua murid saya tutup. Terimakasih sekali lagi atas partisipasinya. Permisi." Bu Fitri meninggalkan kelas diikuti oleh semua murid beserta wali mereka.
Gue sama mama gak langsung pulang. Kita mampir ke cafe sebrang sekolah buat nongkring-nongkring asoy di sana.
"Ris,kamu juara 2!! Hebatt. Mama bangga banget sama kamu sayang!"Sorak Mama dengan girang setelah melihat hasil laporan pembelajaran ku.
Gue tertawa melihat sikap Mama yang berlebihan kalau kesenengan. Sorakannya melebihi oktav dari penyanyi seriosa. Keren kan?
"Makasih deh Ma. Ohya Ma, minggu depan Risya mau liburan ke tempat Nana. Tapi Mama yang Sponsorin yah?"Gue mengulumkan senyuman sembari menaik turunkan kedua alisku.
Gak papa lah,sekali-sekali minta nebeng ama Mama bayarin gak papa kali.
"Oke. Bisa diatur itu mah"Gue memekik kegirangan karenanya dan langsung memeluk Mama ala Barbie cili-cilian.
"Makasih yah Mama sayang. Mwah"
Makanan yang kita pesan akhirnya datang. Gue sama Mama makan sambil gosip-gosip ala perempuan tanpa lelaki. Dan ketawa-ketiwi gak jelas ala anak jaman globalisasi.
Gue emang deket banget sama Mama. Bisa dibilang,kita itu sedekat tangkai mawar ama duri nya. Melekat terus. Karena kedekatan itulah, kecantikan Mama nurun ke gue deh.
Sampai akhirnya,Mama ngajak gue buat hang out ala anak muda di Mall buat beli gaun. Dengan semangat juang 45, gue ngangguk setuju dengan ajakan Mama. Mayan kan,udah lama gak hunting berdua ama kembaran gue.
Kita pun keluar dari cafe,dan langsung menuju Mall yang berada dekat sini.
Sampai di Mall, kami pun langsung masuk ke beberapa toko yang menjual berbagai macam gaun, dress, dan pakaian lainnya.
Kita masuk ke salah satu stand bernama Mendy'snizen. Mama menunjukan sebuah dress selutut berlengan panjang yang berwarna krem dengan motif bunga-bunga diseluruh bajunya. "Sya,yang ni lucu yah? Bagus gak buat Mama?" Gue melihat gaun yang berada di tangan mama sambil meletakkan jari telunjuk ku di dagu. Dan gue mengangguk kecil pertanda setuju dengan pilihan gaun Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
And Then The Sun Came Up
Teen FictionArisya Ashakila tahu segalanya. Dia mengetahui jarak antara rumahnya dan halte busway. Dia adalah miss optimis sekaligus miss eksentrik. Harinya selalu cerah dengan balutan pakaian warna-warni miliknya. Dia juga gadis yang suka berpakaian gelap alia...