Back To You

659 40 7
                                    

Nothing lasts forever,
Nothing stays the same ...

***

Cahaya silau matahari pagi menerobos masuk melewati tirai tipis jendela kamar Calum. Cahaya itu juga tepat mengenai wajahnya, terutama mata. Membuat cowok itu mau tidak mau menutup matanya dengan kedua tangannya.

Namun tak lama setelahnya ...

"Astaga!" Pekiknya kaget ketika menyadari sesuatu.

Buru buru ia membuka matanya lalu mengubah posisinya menjadi duduk tegak sempurna. Matanya menyorot setiap sudut kamarnya.

"Mimpi?!" Tanyanya pada diri sendiri sambil mencoba menyadarkan dirinya dengan cara menyentil kemaluannya sendiri menggunakan tenaga ekstra.

"Ahhhhhhhhhh bego, sakit. Tolol banget gue!" Makinya pada diri sendiri sambil memegangi kemaluannya dengan kedua tangannya dan mengusapnya pelan. Kesakitan sendiri.

"Brabe urusannya kalo nanti gue mandul" gumamnya sedih.

Ia lalu beranjak dari ranjangnya, berjalan kearah cermin. Dilihatnya sosok lelaki tampan dengan rambut acak acakan sedang menatapnya. Itu adalah pantulan dirinya sendiri.

Ganteng banget.

Ah itu adalah suara batinnya author, makasih ya thor. Btw itu takdir dari lahir.

Usai becermin, ia lalu mendudukkan dirinya kembali keatas ranjang. Lalu terdiam, mencoba mengingat ingat lagi kejadian tempo hari. Saat dimana ia tau bahwa Clarisse tidaklah berpacaran oleh Edmund.

Ia yakin, itu adalah terakhir kali ia bertemu Clarisse. Dan ia yakin yang tadi ia lihat adalah mimpi. Bunga tidur hitam yang menyeramkan.

"Kenapa gue bisa mimpi kaya gitu ya? Apalagi bawa bawa Ashton" gumamnya bingung saat mengingat cowok itu dalam mimpinya.

"Gue emang niat mau ajak Clarisse balikan sih" lanjutnya bergumam.

Tanpa sengaja matanya melihat kearah ponselnya yang tergeletak dimeja kecil disamping ranjangnya. Ia lalu meraih ponsel itu dan mendial nomor Clarisse.

Tanpa ragu, tanpa malu. Ia langsung berterus terang setelah mengetahui Clarisse telah mengangkat telfonnya.

"Ha-"

"Bisa kita ketemu?" Ucap Calum tanpa basa basi yang untungnya langsung disetujui sang lawan bicara.

"Nggak, kamu ga harus kemana mana. Tunggu rumah aja. Aku temuin kamu dirumah satu jam lagi" tegasnya lalu menutup sambungan telfon itu tanpa permisi.

Entah mengapa detak jantungnya tiba tiba saja berubah menjadi dua kali lebih cepat. Setelah sekian lama mereka bertengkar, baru kali ini Calum berani mengajaknya bertemu.

"Nelfonnya mah udah, deg degannya sekarang. Telat amat" gumam Calum sambil bangkit berjalan kearah kamar mandi.

Ditengah tengah perjalanannya menuju toilet, langkahnya terhenti. Keningnya mengkerut dan kedua alis tebalnya bertaut.

Gue mau ngapain ya ngajak dia ketemu? Batinnya.

***

I'm Yours (c.h)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang