Prolog (Revisi)

534 32 6
                                    

Matahari pagi sudah mengintip dibalik persembunyiannya. Kilau cahayanya yang menyeruak membuat mataku memicing saat tidak sengaja terarah menghadapnya.

Banyak orang mengira bahwa aku adalah gadis beruntung, gadis yang memiliki kecantikan abadi karunia dewi aphrodite. Terlahir di keluarga yang kaya raya dan memiliki semua yang ku inginkan. Memiliki otak cerdas dan selalu bertatakrama baik kepada semua orang.

Namun siapa sangka kalau aku sangan bodoh apa bila sudah berurusan dengan cinta?

Berharap, hanya itu yang dapat aku lakukan. Memang harapan itu tidak selalu sesuai dengan apa yang aku inginkan. Tapi? Aku adalah pencinta berharap. Aku tidak akan pernah berhenti berharap.

Meski tau hidupku akan di porak porandakan oleh orang yang selalu terucap dalam setiap pengharapanku.

👑👑👑👑👑

Aku mengenakan sepatu sneakers hitamku lalu bergegas bergabung dengan keluargaku di meja makan.

Papi, mami, dan varrel sudah duduk di meja makan. Sepertinya mereka hanya menungguku.

Aku segera duduk di kursi sebelah varrel, kakakku. Kakakku segera memakan sereal kesukaannya yang sudah tersedia disana. Aku hanya mengambil roti dan mengoleskannya dengan selai strawberry.

"Chalys berangkat bareng siapa sayang?" Tanya mami

"Chalys berangkat sama vanno mih, kemarin udah janjian" jawabku

"Yaudah, nanti kalau kamu dikerjain kakak senior bilang ke arel ya?" Ucap papi sambil mengelus kepalaku

"Kok arel merasa tersisihkan disini" sindir kakak ku sambil pura pura merajuk

"Kak Arel kan udah kebagian tahun kemarin, sekarang giliran chalys" ucapku membela diri

Mami dan papi sontak tertawa mendengar jawabanku.

Andai saja setiap hari bisa seperti ini.

"Iya, arel jagain alexa ya, jangan jailin terus" nasehat papi

"Sip bos" ucap kak arel sambil bergaya ala ala polisi hormat

"Tapi ga janji ya" ucap kak arel sambil menyimbolkan peace di tangannya

"Kak arel miiii!!!" Rengekku pada mami.

Mereka semua hanya tertawa lepas melihatku cemberut. Keluarga ini tega sekali hiks.

"Mi, chalys nelfon vanno dulu ya" ucapku sambil berjalan menuju teras

"Nelfon doi mulu kerjaan lo!" Sorak varrel dari meja makan diiringi tawa keluargaku.

"Damn varrel" umpatku dengan suara yang sangat kecil.

Bisa kacau kalau sampai mami mendengarku nanti jajanku dipotong lagi. Mami memang tidak suka menedengarku mengumpat dalam bahasa apapun itu. Alasannya simple. Karna aku belum cukup umur.

Sementara papi yang selalu mendesakku agar jadian dengan cowok. Kata papi ga baik kalau terlalu lama menjomblo. Apalagi bila melihatku hanya berduaan dengan macbook ku di malam minggu. Papi bisa nyerocos berjam jam.

Aneh kan?

Keluarga ku sangat absurd. Kuakui itu. Tapi di keluarga yang absurd ini pula aku menemukan surga kecil ku.

Telfon sudah tersambung.......

"Halo? Udah bangun lo? Kebo dasar!"

"5 menit lagi ya bun"

"Vanno sadar! Ini chalysta. Bukan bunda! Ya ampun! Masih ngebo aja lo!"

"Eh chalys, iya kenapa?" Jawabnya santai

"Bangun sekarang vanno! Gue gak mau telat mos ya?!" Bentakku. Aku kesal sekarang

"Iyaaa, apa yang perlu dikhawatirin sih. Orang sekolah juga punya lo" jawabnya enteng

"Lo bangun sekarang atau gue berangkat sama varrel?" Ancamku

"Iyaiya, santai aja incess!! Pangeran disana dalam 15 menitt" ucapnya lalu langsung mematikan telfon secara sepihak.

Dasar kutu kupret! Duhduh, lelah jiwa raga punya sahabat yang percuma cogan tapi otak sebleg tambah pelor.

Aduh, pengen di gibeng rasanya. Untung sayang.

Eh gadeng. Becanda.

Iya.

B E C A N DA






Impossible WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang