Fifteen

146 10 1
                                    


Chalysta hanya terdiam selama sisa perjalanan dan saat mobil berhenti, ia langsung turun tanpa mengoceh sedikitpun. Seperti permintaan vanno.

Chalysta langsung mencari cheryl dan abel. Setelah celingak celinguk di tribun cukup lama, chalysta akhirnya menemukan cheryl dan abel di sudut kanan tribun.

=========

Chalysta pov.

"Woyyy!" Teriak ku pada mereka berdua

"Eh achaa!" Sapa cheryl semangat

"Jangan panggil gue acha! Nama gue C H A L Y S T A" ketusku

"Iyaiya chalystaa" ucap cheryl sambil nyerngir kuda

"Kok rame sih?" Tanya ku heran

"Yaiya lah, sekarang banyak ekskul yang latihan, gak basket aja. Anak pramuka sama paskibra juga latihan. Trus ekskul KIR" terang abel

"Ooh oke" jawabku datar

"Berapa lama mereka latihan?" Tanya ku

"Tumben, biasanya lo suka pake banget liat orang main basket. Apa lagi ada vanno" sergah cheryl

"Lagi gak mood aja" balasku datar

"Gaya lo. Lagi berantem kan?" Tebak cheryl tepat sasaran

"Elah sotoy lo" jawabku ogah ogahan

"Semerdeka lo aja" ucap cheryl santai.

"Eh ada abel, nungguin siapa bel?" Tanya ku mengalihkan topik pembicaraan.

"Eh, nungguin rafa cha" ucapnya salting

"Walah, udah nge gas aja si rafa" ucapku antusias

"Inget nama gue C H A L Y S T A, bukan cha cha atau acha atau apa" ucapku memperingatkan

"Iyaiya" jawabnya sambil tertawa

Kemudian semua menjadi diam, cheryl sibuk memperhatikan erick dan abel yang memandangi rafa malu malu. Aku harus bagaimana? Masa iya aku seperti jomblo dengan tatapan psycho melihat varrel? Gak mungkin kan aku terang terangan ngeliatin vanno yang lagi ngamuk? No.

Aku hanya menyibukkan diri dengan ponselku. Sudah hampir 1 setengah jam aku mengutak atik ponsel ini. 10 menit lagi anak basket istirahat. Aku segera ke kantin untuk membeli air mineral. Untuk vanno.

mood sudah mencapai puncak terburuk sekarang. Aku butuh samsak pelampiasan sekarang juga! Aku meninggalkan lapangan indoor ini sebentar untuk membeli minuman untuk vanno. Sekarang aku disuguhi pemandangan indah. Saking indahnya, aku ingin memberi bogem mentah kepada dua makhluk itu.

Aku mengurungkan niat untuk memberikan air mineral kepada vanno. Aku mengerlingkan mata jijik melihat sosok jadi jadian disana. Aku memutar badan dan melangkahkan kaki kesal menuju kerumunan anak kelas XI. Aku langsung melemparkan botol air minum ini kepada varrel. Dan langsung di tangkapnya dengan mata berbinar.

"Uuuu adek sayangku! Makasi ea" ucap varrel sambil menyentil jidatku

Aku langsung menjadikan varrel samsak kemarahanku. Mulai dari meginjak kakinya, menendang tulang keringnya, bahkan mencakar otot bisep kekar nya.

Komplotannya tidak berani menatap ke arahku. Oke, apa sebegitu mengerikannya aku? Varrel meringis kesakitan. Apa Aku keterlaluan pada varrel?

"Kak, sakit?" Tanya ku datar

"Gak, gue kuat tau, di kroyok sama lo ga bakal bikin gue bonyok kali" ucao varrel sambil mengacak rambutku

"Udah selesai marahnya?" Tanya nya lembut

Impossible WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang