-Jakarta- (10 tahun kemudian)
*POV AUTHOR*
Tidak terasa waktu bergulir begitu saja. Sepuluh tahun telah berlalu sejak Marcell pindah ke Jakarta. Selama kurun waktu yang tidak sebentar itu, tidak pernah terjalin komunikasi dalam bentuk apa pun antara Marcell dengan Renata. Marcell seolah hilang ditelan bumi. Namanya sudah tak lagi disebut di lingkar pertemanan Renata. Tidak ada satupun teman-teman SMP mereka berdua yang pernah membicarakan soal Marcell lagi. Begitupun Fallen yang notabene adalah sahabat karib Marcell. Setelah tamat SMP Renata sendiri juga pindah kota seperti biasanya. Jadi dia juga tidak pernah lagi mendengar atau mencari tahu soal apa pun yang berhubungan dengan Marcell. Renata menganggap bahwa Marcell hanya teman biasa yang akan terlupakan begitu saja jika tidak ada komunikasi apa pun dengan dirinya.
Dan di sinilah kini Marcel berada. Di lantai 34 sebuah gedung pencakar langit yang terletak di pusat kota ibukota negara ini. Sudah dua tahun ini Marcell resmi menjabat sebagai CEO PT. Anggara Karya, sebuah perusahaan kontraktor paling diperhitungkan di tanah air. Selama kurun waktu 20 tahun tak bisa dihitung lagi banyaknya pengalaman proyek yang dilakukan oleh perusahan tersebut dan kontribusinya terhadap suksesnya proyek pembangunan insfrastruktur di tanah air. Nama PT. Anggara Karya sudah sangat dominan sekali dan exis di dunia konstruksi tanah air.
"Pak Marcell ini berkas-berkas yang Anda minta dan juga beberapa calon pelamar yang sudah melamar di perusahaan. Ada lima calon pelamar yang menurut HRD sesuai dengan kriteria. Tinggal Anda yang memutuskan siapa diantara mereka yang potensial dan layak menempati posisi creative design interior yang baru."
"Letakkan saja di meja!" Marcell hanya menjawab singkat penjelasan panjang sekretarisnya dengan. Raut wajahnya terkesan datar dan dingin.Tidak ada seulas senyum pun tergambar di wajah tampan bak dewa Yunani itu.
"Kalau tidak ada yang bapak perlukan lagi saya permisi dulu."
Tanpa membutuhkan jawaban atasannya, Lani, sekretaris utamanya tadi bergegas meninggalkan ruangan pimpinannya. Sepeninggal sekretarisnya, Marcell bergumam sendiri menatap skyline Jakarta pagi itu dari balik kaca besar yang berada di ruangannya.
"Di mana kamu Rena? Sudah hampir 2 tahun sejak kembali ke Indonesia aku berusaha mencarimu. Tapi saat ini, aku hampir frustasi karena tidak bisa menemukanmu di seluruh penjuru negeri ini? Ke mana lagi aku harus mencari kamu?"
Tangan Marcell mengepal kuat hingga menyembulkan urat-urat di punggung tangannya. Sadar dia mulai sulit mengontrol emosiya jika menyangkut soal Renata, Marcell menuju meja dan memeriksa berkas-berkas yang diserahkan oleh Lani beberapa menit yang lalu.
Sesekali Marcell berdecak keras karena para pelamar yang kata Lani tadi merupakan hasil seleksi ketat dari HRD, ternyata tidak ada yang sesuai dengan spesifikasi untuk bisnis baru yang akan dibangun oleh Marcell. Sejak kembali ke Indonesia Marcell memang tertarik untuk melebarkan sayap bisnis peninggalan mendiang Papanya merambah ke bisnis properti yang saat ini memang sangat digemari oleh masyarakat dari semua kalangan. Selama ini proyek yang dikerjakan oleh PT. Anggara Karya memang hanya berkutat pada proyek-proyek besar seperti kerja sama dengan pemerintah dalam membangun infrastruktur, pembangunan gedung-gedung bertingkat dan pusat perbelanjaan yang jumlahnya terus bertambah setiap tahunnya.
Hampir saja Marcell putus asa dan memutuskan untuk tidak melanjutkan membaca biodata para pelamar. Sampai akhirnya kegiatannya itu sampai juga pada map file berwarna merah muda. Dibacanya curicullum vitae seorang pelamar tersebut hingga beberapa kali. Meyakinkan dirinya sendiri kalau dia tidak salah baca dan apa yang tertera di kertas putih tersebut adalah benar adanya.
"Renata Aulia Gunawan, usia 23 tahun. Apa ini CV milik Rena? Perempuan yang selama ini aku cari?"
Sekali lagi Marcell membaca deretan nama itu. Kali ini dengan bersuara pelan. Dibukanya lembaran demi lembaran dan sampai juga pada kolom foto berukuran postcard.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love My CEO
General FictionSiapa bilang cinta monyet tidak bisa menjelma menjadi cinta sejati? Buktinya cinta Marcell Anggara pada seorang gadis dari masa putih biru, masih tetap setia mengisi ruang terindah di hatinya. Kalau ditanya kenapa dia terlalu cinta, jawabnya simple...