5. Big Boss Misterius

2.5K 206 6
                                    

*POV RENATA*

Aku memasuki gedung pencakar langit milik perusahaan tempat kerja baruku dengan penuh kepercayan diri.

"Syukurlah aku nggak telat."

Aku tersenyum dan memperhatikan penampilanku sekali lagi. 'perfecto' gumamku dalam hati.

"Renata bukan?"

Seorang perempuan mungkin sebayaku datang menghampiri dan menegurku dengan sangat ramah.

"Iya betul. Saya Renata."

Aku melemparkan senyum tak kalah ramah padanya. Syukurlah aku tidak perlu repot-repot menghampiri resepsionis kantor untuk menyampaikan tujuanku kemari.

"Mari saya antar ke ruangan kamu. Nanti saya akan jelaskan tentang pekerjaan dan memperkenalkan kamu pada seluruh staff dikantor ini. Tapi maaf karena boss kita sedang ada urusan di luar negeri jadi kita tunda perkenalan dengan big boss perusahaan ini."

"Oh iya, baik lah."

Aku menjawab dengan senyum sedikit lebar dan mengangguk setuju atas penjelasan perempuan di hadapanku ini. Dia menyodorkan tangan kanannya padaku. "Oiya nama saya Lani Kartika. Panggil saya Lani. Saya sekretaris utama CEO sekaligus presiden direktur PT. Anggara Karya Corporate," ujarnya memperkenalkan diri.

Sesampainya di lantai 34 gedung ini, aku melewati pintu kayu besar berukiran sangat bagus di tepi dan tengah pintu. Tanpa diminta perempuan yang kutahu bernama Lani tadi memberi tahu bahwa itu adalah ruangan CEO atau yang biasa disebut big boss oleh hampir sebagian karyawan perusahaan.

Tidak lama aku sudah sampai di dalam ruangan yang cukup besar dibanding ruang siarku di Bandung. Terlihat simple tapi elegant.

"Ini ruangan kamu." Lani mempersilakanku masuk.

"Tolong jangan terlalu formal. Panggil saja aku Rena. Aku rasa usia kita sebaya," ujarku pada Lani. Dia balas dengan tersenyum manis padaku.

"Oke Rena, selamat bekerja ya. Ruanganku di samping ruangan big boss. Kalau ada kesulitan silakan telefon ke nomer 249 dari telefon meja itu, akan langsung tersambung padaku. Atau kamu bisa mendatangi langsung ruanganku. Ada yang kurang jelas Rena?"

"Udah jelas, makasih banyak ya"

"Oke, bye Rena."

"Bye Lani," ucapku diiringi senyum dari Lani.

Sepeninggal Lani aku duduk di kursi kerjaku sambil bergumam sendiri.

"Big Boss? Ya mungkin bosku adalah pria paruh baya, agak botak dan gendut makanya Lani menyebutnya Big Boss."

Aku tersenyum geli membayangkan sosok seorang CEO perusahaan ini. Bahkan namanya pun Lani tidak menyebutkannya. Biarlah biar nanti saat perkenalan saja.

(**)

Satu minggu telah berlalu sejak aku muli bekerja dan sampai sekarang aku belum juga bertemu dengan sosok misterius big boss.

Aku juga berbohong pada papa tentang tempat tinggalku. Aku mengatakan kalau aku menempati apartemen sederhana milik salah satu temanku yang sedang melanjutkan studinya ke Jerman dan aku diperbolehkan membayar sewa apartemennya saat aku gajian nanti.

"Rena capek bertengkar terus sama papa," ujarku dalam hati kala mengatakan kebohongan soal tempat tinggalku.

Semenjak hari pertama bekerja aku sering pulang larut. Adaptasi dengan tempat baru, mendalami seluk beluk perusahaan juga pekerjaan baruku menuntutku untuk lembur dan pulang malam.

Seperti malam ini kakiku melangkah gontai menuju unit apartemen Enrique yang letaknya di ujung koridor. Saat menekan tombol password agar bisa masuk ke unit apartemen, aku merasa dari sudut mataku ada seseorang melangkah semakin mendekat ke arahku, langkah kakinya sangat santai. Perlahan kuberanikan diri untuk melihat siapa sosok yang semakin mendekatiku.

Because I Love My CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang