*POV AUTHOR*
Sudah satu bulan berlalu sejak Marcell telah resmi berkenalan dengan Renata. Momen tak terlupakan itu terjadi saat malam pentas penutupan kegiatan MOS. Dimana saat malam pentas penutupan MOS setiap kelas diwajibkan mengirim salah satu siswanya untuk mengisi acara dengan tema cinta dan persahabatan. Marcell mewakili kelasnya untuk bermain musik dengan siswa siswi yang sudah dipilih oleh kakak-kakak OSIS bagian kreatif dan Renata mewakili kelasnya terpilih menjadi vokalis untuk band yang digawangi oleh Marcell tersebut.
Marcell dan teman-teman yang tergabung dalam sebuah band di pentas malam penutupan MOS melanjutkan bermain musik mereka setelah MOS dan berikrar membuat sebuah band yang sebenarnya. Sedangkan Renata memilih tidak ikut bergabung dengan alasan klasik, tidak suka bermain musik. Padahal suara Renata sangat khas dan cocok dengan aliran musik yang dibawakan oleh Marcell dan bandnya.
***
Saat jam istirahat, seperti biasa Renata duduk sendiri di kelasnya. Bisa dibilang Renata tipe gadis introvert. Dia kurang suka bergabung dengan teman-temannya. Saat jam istirahat atau jam kosong Renata lebih suka menghabiskan waktu di kelas untuk sekadar baca buku atau mengerjakan soal-soal latihan. Tak ayal bila teman-teman Renata tidak begitu berkembang pesat. Ditambah lagi dia harus berpindah-pindah mengikuti sang ayah, sehingga membuat Renata tidak memiliki sahabat atau teman dekat, karena setiap satu sampai dua tahun teman-temannya harus ganti sesuai kota yang menjadi tujuan bisnis ayahnya.
Tidak berselang lama setelah bel istirahat berbunyi, Marcell menghampiri kelas Renata dengan wajah semringah. Dia langsung saja mengambil posisi duduk di bangku kosong di hadapan gadis itu.
"Halo Rena, apa kabar?" tanya Marcell, tak ketinggalan melempar senyum manis dan beberapa bungkus permen gula kenyal kesukaan Renata. Dia mendapat info tersebut dari Nancy.
Renata hanya membalas dengan senyum tipis dan menampilkan wajah tidak tertarik berkomunikasi dengan Marcell.
"Nggak tertarik ke kantin? Memangnya nggak bosan istirahat hanya di dalam kelas saja?"
Renata menggeleng tegas, sambil menjawab dengan nada kurang ramah.
"Kamu sendiri kenapa tidak ke kantin? Malah masuk ke kelasku?"
Renata menatap kosong ke arah jendela di sampingnya yang langsung mengarah ke lapangan basket. Ada beberapa anak laki-laki sedang asyik bermain basket di sana, pemandangan itu lebih menarik daripada pemandangan di hadapannya saat ini.
Tiba-tiba pandangan Renata terhenti pada sosok berkacamata itu. Sampai saat ini Renata masih belum mengetahui siapa nama lengkap anak laki-laki berkacamata itu. Anak laki-laki yang sama dnegan yang Renata temui saat hari pertamanya masuk sekolah. Padahal keberadaan anak laki-laki itu selalu berada tidak jauh dari pandangannya. Ingin bertanya pada Nancy, dia terlalu malu takut nanti dikira naksir dan Nancy akan menyampaikan soal itu pada anak laki-laki itu.
'Oh, Tuhan...dia menatapku. Apa dia sadar kalau sedaritadi aku memerhatikannya?'
Mata anak laki laki berkacamata itu menatap Renata dengan tajam. Renata langsung berpaling karena terkejut oleh tepukan di lengannya.
"Rena, kamu sedang melihat apa? Serius sekali," suara Marcell mengejutkan Renata.
"Oh, tidak ada apa-apa. Kamu kenapa masih di sini? Sudah, pergi saja sana!"
"Kamu pasti sedang memerhatikan anak-anak latihan basket ya? Cowok pakai kacamata itu temen aku, namanya Fallen."
Sebenarnya Renata senang akhirnya dia tahu nama anak laki-laki itu tanpa perlu bertanya kesana kemari. Untuk menutupi rasa sukacita dan malu yang menjadi satu Renata beranjak dari tempat duduknya. Dia tidak ingin wajah malunya dilihat oleh Marcell dan menjadi bahan ejekan anak laki-laki gembul tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love My CEO
General FictionSiapa bilang cinta monyet tidak bisa menjelma menjadi cinta sejati? Buktinya cinta Marcell Anggara pada seorang gadis dari masa putih biru, masih tetap setia mengisi ruang terindah di hatinya. Kalau ditanya kenapa dia terlalu cinta, jawabnya simple...