RENATA:
Aku menghabiskan Hari Minggu ini dengan tidur seharian. Mendadak ingin menjadi siluman kerbau hari ini. Saat terjaga ternyata hari sudah menunjukkan pukul 16:00. Mataku masih terasa berat, dan kepala juga pusing. Jelaslah pusing hampir 10 jam aku tertidur, sudah macam putri tidur saja.
Kuambil ponsel dari dalam tas kerjaku. Dan kedua jempolku sudah mulai menari-nari untuk mengetikkan suatu chat pada Lani.
Renata.Aulia:
"Temenin aku ke medeterania club bentaran ya Lan"Lani.Dwitasari:
"Sory banget Ren, aku lagi di cafe sodaraku, di sekitaran Sudirman. Kalo kamu mau, dateng aja kesini. Suasananya nyantai kok. Ada live musicnya gtu say"Renata.Aulia:
"Oke. Otw..."Aku berdandan tipis lalu kupilih pakaian lebih santai. Pilihan random jatuh pada dress diatas lutut berwarna hitam. Tidak ada tambahan aksen apapun pada dress ini. Sesuai dengan suasana hatiku kini, warna gelap cocok untukku.
Aku mengeluarkan clucth berwarna senada dari dalam laci lemari pakaian. Sebelum meninggalkan apartemen aku mengirim pesan singkat untuk Enrique.
Renata.Aulia:
Aku akan ninggalin apartemen kamu besokTidak lama ponsel pintarku berdering dan nama Enrique muncul di layar sentuh ponsel.
"Thanks Re karena masih mau mengirimiku pesan singkat. Kamu boleh tinggal di apartemen itu selama kamu mau. Aku tidak akan mengganggu kamu. Tolong maafkan aku Re, aku akan melakukan apa aja buat dapetin maaf dari kamu"
"Aku tidak ingin menerima kebaikan apapun dari kamu, Riq."
"Marcell mencintai kamu. Dia lah orang yang paling tepat untuk kamu. Semoga kamu bahagia selalu. Aku akan mengalihkan nama apartemenku menjadi namamu. Aku akan mengurusnya segera setelah urusanku selesai."
"Kamu ngapain bawa-bawa Marcell dalam masalah kita? Kayak anak kecil kamu Riq. Aku sudah muak sama kamu."
"Easy little turtle! Maafkan aku karena masih belum bisa memberimu penjelasan Re."
"Stop panggil aku dengan sebutan konyolmu itu!"
"Re, dengerin aku sekali ini aja. Lebih baik kamu tinggal di apartemen itu aja. Jangan pindah kemana-mana lagi. Karena apartemen itu tempat teraman buat kamu. Di sana juga ada Marcell yang akan jagain kamu."
"Cukup deh Riq. Aku bukan anak kecil lagi yang hidupnya perlu dijagain!"
"C'mon Rena. Bisa ngga sih kita udahin acara berantemnya? Kita baikan kayak waktu sahabatan dulu?"
"Sahabatan gundulmu! Arrgghh...."
Aku memutus secara sepihak panggilan dari Enrique. Bisa-bisanya dia nyantai dengan permasalahan seperti ini. Aku berjalan keluar apartemen dan memasuki taksi di sekitar halaman apartemen. Aku sedang malas untuk menyetir malam ini.
Ternyata kafe milik saudara Lani lebih mirip tempat mini konser. Aku tersenyum saat memasuki kafe in. Mengingatkan aku saat masa-masa kuliah dulu. Sudah lama juga aku tidak bernyanyi di tempat seperti ini.
"Kamu mau pesan minum apa Ren?" tanya Lani, karena sejak sampai aku belum pesan apa pun.
Aku lantas menyebutkan jenis minuman yang sedikit mengandung alkohol.
"Yakin lo? Awas mabok."
"Cuma mocktail ini. Nggak bikin aku sampe mabok."
"By the way bukannya dulu kamu penyanyi kafe ya, Ren? Nyanyi dong di sini. Pengen denger suara kamu kalau lagi nyanyi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love My CEO
Fiksi UmumSiapa bilang cinta monyet tidak bisa menjelma menjadi cinta sejati? Buktinya cinta Marcell Anggara pada seorang gadis dari masa putih biru, masih tetap setia mengisi ruang terindah di hatinya. Kalau ditanya kenapa dia terlalu cinta, jawabnya simple...