9. Aku Lelah

2.5K 163 2
                                    

MARCELL:

Aku menatap tubuh Enrique dan Natasha bagai pesakitan. Keduanya terduduk lemah di tempatnya masing-masing. Terakhir kali aku bertemu dengan keduanya 2 tahun yang lalu saat papa dan mama meninggal. Aku tidak menyangka bertemu lagi dengan dua manusia yang paling aku hindari dengan cara seperti ini. Enrique sebenarnya adalah teman dekatku semasa SMA. Namun karena kekacauan yang ia buat saat itu, membuatku yang awalnya menyukai dia dan menganggapnya seperti seorang kakak, berubah haluan menjadi benci dan berharap tidak bertemu lagi dengannya di kehidupan yang akan datang.

Saat ini otakku terlalu kacau mendapati adegan drama di hadapanku. Seandainya saja ini tidak menyangkut tentang Renata, sudah aku pastikan tidak akan terlibat dalam drama ini. Apalagi menyangkut soal Enrique dan Natasha, biang keladi dari semua kekacauan yang pernah terjadi di hidupku saat itu.

"Lo berhutang banyak sama gue, Riq. Setelah elo merenggut kesucian sahabat gue sekarang elo menyakiti perasaan orang yang paling gue cintai. Gue sudah nggak peduli dengan persahabatan kita!"

Bug, bug, bug!

Bogem mentah kulayangkan di pipi kiri Enrique dan ulu hatinya. Aku tidak peduli yang saat ini menerima ini ada sahabatku sendiri.

"Pukul gue, Ga! Gue memang pantes dapetin semuanya."

Enrique terduduk lemas di lantai, kulihat Natasha bergegas menolong Enrique. Setelah memukul Enrique, aku terduduk di ujung sofa berwarna merah maroon. Aku benci kekerasan tapi saat ini aku sudah tidak tahan lagi.

"Kenapa lo tega nyakitin Renata hah, sedangkan gue sama sekali nggak berani menyentuhnya seujung kuku sekalipun. Bahkan untuk bertemu dengannya gue butuh waktu bertahun-tahun. Gue nyari-nyari dia dengan penuh perjuangan."

Dengan penuh amarah aku memukul vas bunga yang berada di atas meja depan sofa yang tengah aku duduki.

"Jadi perempuan yang selama ini elo cintai, elo cari, elo ceritain ke gue waktu SMA adalah Renata?"

"Jangan pernah mengganggu Renata lagi!"

Tanpa menjawab pertanyaan Enrique, aku berlalu meninggalkan Enrique dan Natasha. Pikiranku terus menerawang dan ingin segera memeluk gadis yang sangat aku cintai hampir 10 tahun ini.

"Angga tunggu!" Tiba-tiba saja Enrique berlutut di bawah kakiku, sedangkan Natasha berdiri tepat di pintu kamar.

"Shit! Kalian mau apa, hah?"

"Dengerin dulu penjelasan gue. Setelah itu terserah elo mau marah atau benci sama gue nggak apa-apa. Gue terima."

Aku luluh, bukan karena kasihan pada mereka berdua, tetapi lebih ke penasaran penjelasan Enrique yang menyangkut soal gadis yang sangat aku cintai, Renata.

Setelah aku duduk di salah satu sofa, Enrique mulai menceritakan segalanya. Sebuah rahasia besar di hidup Renata. Awalnya aku tidak percaya dengan setiap ucapan Enrique, tapi aku kalah dengan segala bukti otentik yang Enrique sampaikan padaku.

"Tapi nggak bisa lo jadiin alasan untuk menyakiti perasaan Renata dengan selingkuh juga lah, Riq. Bajingan emang lo!"

"Oke! Gue memang salah mengambil keputusan busuk itu. Tapi cuma dengan cara seperti ini Renata bisa melepas gue, Ga. Renata itu type cewek yang menjunjung tinggi kesetiaan. Semarah-marahnya dia sama gue, dia nggak akan pernah mutusin gue, kecuali gue selingkuh. Itu kesalahan yang paling nggak bisa ditolerir oleh seorang Renata. Dan gue nggak bisa melanjutkan sesuatu yang salah dan gue tahu letak kesalahannya di mana."

"Lo urus sendiri urusan lo. Masih banyak yang harus gue selesaikan dengan Renata."

"Please, Ga. Cuma elo yang bisa bantu gue saat ini. Gue akan melakukan apa pun yang lo perintahkah, asal lo mau bantuin gue."

Because I Love My CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang