Empat tahun kemudian

59 2 2
                                    

Tak terasa sudah empat tahun berlalu ku lewati tanpa farid. Kini aku semakin tegar, mungkin karena aku sudah terbiasa tanpanya. Tapi walau empat tahun berlalu, aku masih merasa perih jika mengingatnya.

Aku tipe orang yang susah move on. Bagaimana tidak, dia cinta pertamaku. sulit rasanya menghapus jejak-jejaknya.

Aku kini sudah semester akhir di salah satu Universitas Negri ternama  di kota jakarta dan guru di salah satu SMA Negri di kota Bogor.

Kini aku bukanlah anak yang malas untuk masuk kelas seperti dulu. Sekarang aku menjadi rajin dan tekun belajar demi mencapai cita-citaku.
Umurku kini sudah tidak bisa di bilang muda lagi, tetapi sudah 4 tahun aku belum berani membuka hatiku ini untuk siapapun itu. Aku sekarang lebih mementingkan impianku dan kebahagiaan orang tua ku.

Akupun yakin pada saatnya aku akan di pertemukan pada sang pemilik tulang rusuk yang ada di tubuhku ini. Pada saat itu pula aku akan mencoba menerima itu semua.

oh iya, andi satu kampus dengan ku. walau berbeda fakultas, andi masih menjadi andi yang dulu. Andi yang selalu ada untukku, bahkan terkadang andi membantuku mengerjakan tugas yang aku tak mampu mengerjakannya.

Kalau intan selepas lulus sekolah dia memilih untuk kerja di luar kota. Aku terkadang merindukannya tapi kami selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama dan berbincang-bincang.

kalau farid, ya farid . Aku sudah tidak tahu dia sekarang bagaimana, Karena aku sudah tidak mau tahu tentangnya. dia telah tersimpan rapih di lembaran masa laluku. Walaupun lembaran luka yang iya tuliskan. Terkadang aku mengingatnya, entahlah rindukah diriku pada sosok lelaki itu.  Aku terlalu takut merindunya, aku terlalu rapuh mengingatnya, jadi sebisa mungkin aku menyibukan diri agar tidak ada waktu untuk mengingatnya.

Mungkin aku terkesan lari dari kenyataan dan bayangnya. Aku hanya tidak ingin memikirkan sesuatu yang membuatku rapuh kembali.

Takdir Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang