Penyesalan

660 42 0
                                    

“Tingggtongggg”

Suara bel terdengar di dalam rumah Ayura. Bi Yuli pembantu yang sudah merawat Ayura sejak kecil bergegas membukakan pintu. Belum sampai di depan pintu, Ayura sudah mencegah Bi Yuli untuk tidak membukakannya.

“Bi jangan, biar aku aja yang buka.”

“loh kenapa non?” tanya Bi Yuli kepada majikannya.

“itu temenku jadi nggak apa-apa aku aja yang buka pintunya, bibi lanjutin aja kerjanya.”

“baik non, bibi permisi ke belakang dulu non.”

“iya bi.”

Dengan wajah yang sumringah Ayura mulai berjalan menuju pintu rumahnya. Ia merahpihkan pakaiannya dan merapihkan rambutnya sebelum membuka pintu. Tangan Ayura mulai membuka kunci pintu perlahan-lahan.

“Regaaaaa.” Ayura terkejut melihat kedatangan Rega, “kamu ngapain kesini?”

“jemput kamu.”

“jemmputtt akuuu?” Ayura berbicara perlahan dan tetap memperlihatkan wajah bingungnya, “tapi kita belum janjian kan sebelumnya.”

“biasanya juga nggak pernah janjiankan? Udah rapihkan kamu? Berangkat sekarang yukk.”

“ehh ada Rega, mau jemput Ayura ya?” ucap tante Rayya (bunda Ayura).

“eh tante, apa kabar tan?” Rega melangkah lebih maju untuk bersalaman dengan tante Rayya, “iya tan mau jemput Ayura.”

“baik kok, kabar kamu gimana?”

“saya baik kok tan. Om Rio mana tan?

“om Rio lagi sarapan, masuk dulu yuk kita sarapan sama-sama.”

“nggak usah deh tan, udah siang.”

“hhmmm yasudah, loh kok kamu masih disini sayang? Ambil tasnya sana.” Suruh tante Rayya pada Ayura.

“tapi bunn…akk”

“tapi apa? Udah siang loh, kasihan juga Rega nungguin kamu.”

Ayura mengambil tasnya di sofa, ingin sekali ia berkata bahwa ia akan berangkat dengan Gema. Namun kehadiran Rega membuatnya merasa serba-salah ditambah lagi bundanya menyuruhnya berangkat dengan Rega. Rega berpamitan kepada tante Rayya kemudian bergegas menuju mobilnya. Suara klakson bunyi sebelum pada akhirnya Rega menginjak pedal gas di mobilnya.

“kamu telepon siapa sih Ra?” Ayura sibuk mendengarkan nada sambung yang terdengar di ponselnya. “Ra, kamu telepon siapa sih? Kok pertanyaan aku nggak di jawab.”

“Gema, halo ge, kamu dimana?” Rega menginjak rem mobilnya dalam. Tubuh Ayura terhempas ke depan. “Gema jangan tutup telepon aku.” Ayura menatap Rega “kamu tuh kenapa sih? Maksud kamu tuh apa sih Re?”

“ngapain kamu telepon Gema?

“ngapain kamu jemput aku?” tanya ayura, “aku mau turun.”

“nggak, nggak boleh.”

“bukain pintunya atau aku nggak akan pernah mau bicara lagi sama kamu.”

“kamu tuh berubah ya, ini pasti karena Gema yang brengsek itu, kan?”

“stop untuk menghina dan menjelek-jelekan dia di depan aku.”

“ohhh jadi kamu lebih pilih dia.”

“aku tahu mana yang terbaik.”

“okee aku bukain kamu pintu tapi jangan pernah nyesel kalau sesuatu yang buruk menimpa Gema.”

Come BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang