Hari Keberuntungan

1K 70 2
                                    

Siang ini setelah pulang sekolah Ayura harus mengikuti rapat bersama ketua osis dan guru-guru di sekolahnya. Ingin sekali ia tidak mengikuti rapat hari ini namun tidak ada alasan yang tepat untuk ia berbohong. Suka atau tidak, Ayura harus tetap mengikuti rapat yang terbilang cukup penting ini. Rapat yang akan membahas pelepasan siswa SMA Harapan Bangsa.

Aula sudah ramai oleh beberapa panitia dan perwakilan angkatan 27 di dalamnya, termasuk Rega. Ayura memilih tempat duduk di pojok belakang agar tidak deket dengan laki-laki yang sudah membuat moodnya berantakan sepanjang hari ini. Sebenarnya duduk dimana pun Ayura, sudah pasti Rega akan berada di sampingnya. Pikiran Ayura benar karena saat ini Rega duduk di sampingnya. Tak ingin ambil pusing dengan kedatangan Rega, Ayura lebih memilih diam.

"aku minta maaf Ra untuk kejadian pagi tadi, please jangan marah lagi."

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Ayura. Berulang kali Rega meminta maaf bahkan hingga memegang tangan Ayura sembari terus meminta maaf berkali-kali. Sekeras-kerasnya batu karang akan hancur jika terkena ombak. Sama seperti pribahasa itulah pendirian Ayura, sikap Rega yang terlihat sungguh-sungguh untuk meminta maaf membuat pendirian Ayura berubah untuk memaafkannya.

Sudah 30 menit rapat berlangsung, keputusan rapat sudah disepakati oleh semua. Gedung Wiyatama Budhaya adalah pilihan untuk acara pelepasan siswa. Tinggal beberapa bulan lagi acara itu tiba, 17 Mei 2011 acara pelepasan akan dilaksanakan. Setelah acara itu selesai dunia baru yang sudah berada di depan mata akan mengubah status siswa manjadi mahasiswa.

Sepuluh menit kemudian rapat selesai, seluruh anggota rapat sudah meninggalkan ruangan namun tidak untuk Ayura dan Rega. Ayura masih harus menyimpulkan hasil rapat yang akan ia presentasikan besok kepada teman-teman angkatannya, sementara Rega memilih diam menunggu Ayura.

"sudahlah Re, pekerjaanku masih banyak yang harus diselesaikan. Kamu pulang duluan saja."

"aku akan tunggu sampai kamu selesai Ra," sahut Rega.

"Re, please kamu pulang duluan, jangan buat mood aku buruk lagi. Lagipula nanti aku akan dijemput kak Keenan," jawab Ayura sembari fokus pada layar laptopnya.

"oke, aku pulang duluan tapi kalau ada apa-apa sama kamu harus cepat hubungin aku," pinta Rega kepada Ayura.

"iya," jawabnya singkat.
Rega berdiri memakai jaket kulitnya yang ia keluarkan dari tas janspot merah miliknya, kemudian ia gunakan tas itu dengan satu sisi yang dibiarkan tidak menggatung di bahunya.

"hati-hati ya, pokoknya kalau ada sesuatu telepon aku," tangan Rega dibiarkan menyentuh kepala Ayura sembari mengacak-acak lembut rambutnya kemudian pergi keluar kelas.

***

Udara di luar dua kali lipat lebih dingin dari biasanya. Jelas saja begitu karena sore ini hujan deras turun. Suasana sekolah sudah terlihat sepi, hanya tinggal OB dan beberapa siswa yang masih memilih untuk berada di sekolah.

Hujan, Ayura suka sekali hujan. Untung saja hujan turun karena jika tidak, moodnya langsung memburuk ketika ia mendapat kabar bahwa Kak Keenan tidak bisa menjemputnya. Kehadiran hujan membuat mood Ayura bisa stabil hanya karena mendengar suara gemerciknya.
Salah satu cara Ayura menikmati hujan yaitu memejamkan mata dan menikmati hembusan anginnya, itu saja sudah membuatnya bahagia dan sekarang, Ayura sedang melakukan hal bahagia itu. Memejamkan mata, menikmati angin, dan merasakan tiap rintikan hujan yang jatuh ditelapak tangan ketika ia menyodorkan kedua tangannya pada hujan begitu saja.

"suka hujan?" suara sapaan seseorang terdengar di telinga Ayura.

Matanya masih tetap terpejam ketika Ayura menjawab pertanyaan orang itu, "suka banget," suasana seketika hening sejenak, Ayura kemudian membuka kedua matanya secara paksa.

Laki-laki itu ikut menyodorkan kedua tangannya untuk menikmati tetesan hujan, sementara Ayura, ia tak tahu harus berbuat apa. Ayura berusaha menghilangkan geroginya dengan tetap menikmati hujan.

"belum pulang?" satu pertanyaan terlontar dari mulut laki-laki yang sudah lama Ayura cintai.

"belum, masih harus buat power point untuk presentasi rapat angkatan besok," jawab Ayura sambari menarik tangannya dari rintikan hujan.

"boleh minta tissu?" pinta Gema pada Ayura. Ayura mengambilkan tissu dari dalam tas sekolah berwarna abu-abu miliknya.

Gema mengeringkan tangannya yang basah karena air hujan pada tissu tersebut. Begitu pun dengan Ayura, "Gema," tangan Gema tiba-tiba saja dijulurkan layaknya orang berkenalan hingga membuat Ayura bingung sekejab.

"Ayura," jabatan tangan pun kini terjadi.

Satu detik, kemudian beralih ke dua detik hingga berakhir pada detik ketiga. Untuk pertama kalinya Ayura dan Gema saling sapa yang disaksikan oleh hujan yang derasnya tidak sederas tadi. Untuk pertama kalinya Ayura bisa melihat dengan jelas senyum seorang Gema.

"aku tahu kok nama kamu, siapa sih yang nggak tau kamu," Tutur Gema dengan senyuman yang membuat Ayuran bertanya sekaligus bahagia karena Gema mengenalnya tanpa ia sadari, "secara kamu pacarnya Rega."

"Hah, Rega? Hahaha," Ayura tertawa hingga membuat Gema merasa heran. "siapa yang pacaran dengan Rega? Dia temanku bukan pacar."

Wajah bingung Gema masih iya perlihatkan kepada Ayura, "tapi sepertinya kalian dekat?" jawab Gema.

"dekat itu tidak berarti pacar, bukan?"

"ya memang, tapi kedekatan kalian berbeda sehingga aku pun salah mengartikannya."

Ayura tersenyum, bahkan dalam hatinya ia tertawa geli mendengar bahwa ia dan Rega berpacaran, "oh ya, puisi-puisi kamu bagus."

"kamu suka?"

"iya, aku suka baca puisi-puisi kamu. Aku pengagum puisi-puisi kamu Gema."

"wahh, bahagia sekali jadi aku. Puisi-puisiku dikagumi oleh cewek paling populer di sekolah ini."

Ayura tersenyum mendengar perkataan Gema, "yang populer itu kamu Gema, bukan aku. Siapa sih yang nggak kenal kapten basket SMA Harapan Bangsa."

Kali ini giliran Gema yang tertawa karena mendengar perkataan ayura. Tanpa disadari sejak tadi keduanya saling memuji satu sama lain. Walaupun selama hampir tiga tahun mereka tidak pernah saling sapa tetapi terlihat jika mereka saling memperhatikan.

Come BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang