Part 4 - Keputusan

62 1 1
                                    

Keluarga ini terlihat sedang berkumpul di ruang keluarga di sebuah rumah sederhana mendekati mewah dan elegant mereka sedang menanti anak sulungnya datang. Tuan dan nyonya rumah bingung pada anak sulung mereka yang tiba tiba meminta mereka berkumpul di rumah, dan hanya sang adik yang terlihat tenang menanti kedatangan kakak tercintanya membawa kabar yang mungkin akan menggemparkan seisi rumah ini entah itu kabar baik atau buruk sekalipun. 

"pi, mana si kok devan ga dateng dateng ini udah sore lho, katanya minta pada kumpul tapi jam segini belum dateng juga" ya, ini adalah Kediaman Keluarga Rafandra, tempat devan dan dathan tinggal, ralat hanya devan yang masih tinggal bersama kedua orang tuanya sementara dathan sudah lebih dulu tinggal di rumah pribadinya sendiri hasil dari kerja di perusahaan papi.

"sabar mami, mungkin kak devan lagi di jalan, kena macet kali" jawab si anak bungsu dengan santainya.

"Tapi ini udah sore dathan, harusnya kakak kamu itu udah sampe, mami itu sampe cancel acara mami lho buat kakak kamu itu" mami makin ga sabar sama anak sulungnya satu itu yang suka banget bikin maminya uring uringan kaya gini.

Dathan hanya tertawa melihat maminya makin bawel dan dari tadi keluar masuk rumah cuma buat lihat mobil devan sudah sdatang apa belum.

"Sabar mami, jalanan jakarta ma...." Belum sempat dathan meyelesaikan kalimatnya terdengar suara mobil devan masuk ke halaman rumah.

Devan berjalan kearah ruang keluarga tempat mami papi dan dathan berkumpul atas permintaannya tadi siang, ya hari ini devan mau memberi jawaban atas permintaan mami dan papi.

Dathan tersenyum melihat kakaknya berjalan kearah mereka, dathan sudah tahu pasti apa jawaban kakaknya, tapi biarlah kakaknya yang memberi tahu sendiri jawabannya pada kedua orang tua mereka.

"Devan kemana aja si, katanya minta kumpul tapi sendirinya telat begini" rajuk mami saat devan datang dan bergabung duduk di sisi dathan.

"Kena macet mi, biasa jakarta kan dari dulu juga gitu macet" devan menjawab protes mami dengan santai dan langsung mengambil gelas jus milik dathan.

"Jadi ada angin apa sampe minta pada kumpul gini" tanya papi yang sedari tadi sudah curiga ada sesuatu yang akan di bicarakan anak sulungnya itu.

"Papi, ga sabaran banget si, ok jadi gini devan mau ngasih pengumuman penting buat mami papi dan dathan" devan menarik nafas sebentar memantapkan hatinya untuk mengatakan keputusannya. "Devan sudah punya jawaban buat mami sama papi" suasana semakin terlihat tegang mami dan papi hanya diam menanti jawaban devan.

"Jadi devan dan thea sudah putuskan buat" devan menarik nafas memantapkan hati "menerima perjodohan ini" devan menghela nafas lega, akhirnya devan bisa mengatakannya juga

Flashback

Anthea bingung saat mendapati kak devan berada di kantor, lebih tepatnya sekarang kak devan berdiri di hadapannya.

"ada apa kak?'" hanya itu yang bisa anthea ucapkan untuk menutupi kebingungannya di depan kaka devan.

"Kita harus bicara" hanya anggukan dari thea sebagai jawaban atas ajakan atau lebih tepatnya perintah kak devan.

Devan berjalan menuju cafe dekat kantor dengan thea yang mengekorinya di belakang, entah kebetulan atau malah sial buat thea, tapi ini jam makan siang selain thea bisa keluar dengan tenang, tapi cafe ini juga sangat ramai dengan karyawan perusahan di jam makan siang seperti ini, thea takut jadi pusat perhatian.

 "Kak" devan melihat thea yang merasa geliash sedari tadi.

"Kamu mau pesen apa thea?" Thea hanya menggelengkan kepalanya, thea sudah tak bernafsu untuk makan siang ini. Devan melambaikan tangan memberi tanda pada pelayan bahwa devan ingin memesan makanan. Devan memesankan makanan untuk mereka berdua.

"kakak, ingin bicara apa?" cicit thea  yang masih mampu di dengar ditelinga devan.

"kamu pasti tahu apa yang akan saya bicarakan" thea hanya diam tak menanggapi sama sekali, thea terlampau bingung harus berbuat apa.

"Aku tidak tau harus mulai dari mana thea, aku juga berat atas permintaan mami papi, tapi aku juga tidak mau mengecewakan mereka" devan memberi jeda sebentar dan melihat thea yang hanya diam saja.

"Thea, aku tahu kamu juga berat" devan menghela nafas berat sebelum melanjutkan kembali ucapannya "apalagi kita baru bertemu dan sama sekali belom saling kenal"

"Aku tidak tahu kak harus bagaimana, mama dan papa terlalu baik, aku tidak bisa mengecewakan mereka"

"Mereka terlalu menyayangimu membuat mereka terobsesi menjadikanmu anak mereka" devan memeberi jeda sebelum melanjutkan kata katanya kembali "tapi banyak pertimbangan aku untuk itu semua, masa lalu aku, hati aku dan termasuk kamu thea"

"Kak, jujur thea belum siap untuk menerima perjodohan ini, thea takut, tapi thea juga tidak ingin mengecewakan mama dan papa kak devan"
"Apa yang kamu takutkan thea?" Thea hanya menggelengkan kepala enggan untuk menjawab pertanyaan devan, karena thea juga tidak tahu harus memulai dari mana.

"Jadi apa keputusan kamu thea" Tanya devan tapi thea lagi lagi hanya diam tidak tahu harus bereaksi bagaimana dan harus menjawab apa. Devan mengerang fruatasi "Kamu meragukan aku?" Thea menggelangkan kepala sebagai jawabannya. "Lalu apa yang kamu ragukan?" Lagi lagi Thea hanya diam, devan menjulurkan tangannya dan memegang tangan thea dan seketika thea menegang dengan tindakan devan dan reflek menjauhkan tanganya dari genggaman devan, devan terlihat bingung dengan sikap thea "kalau kamu menerima perjodohan ini, aku akan memberikanmu kebebasan sepenuhnya, kamu masih bisa kuliah sampai selesai dan bekerja kalau kamu mau, aku tidak akan membatasi gerak kamu, kamu punya pacar?" Thea hanya menggelengkan kepala "bagus, kita sama sama single, tidak ada yamg perlu dikhawatirkan"

"Jadi kamu mau menerima perjodohan ini?" Hanya hening yang menjadi jawaban "demi mami papi thea, kamu tak ingin mengecewakan mereka bukan?" Thea mengaggukan kepalanya pelan sebagai sebuah jawaban yang akan merubah kehidupan mereka berdua sejak detik ini.
"Terima kasih thea, aku hanya percaya pilihan mami papi yang terbaik, dan semoga kamu orangnya"

"Semoga thea menjadi yang terbaik buat kakak, dan semoga thea tidak mengecewakan kakak" dan tentu saja kalimat ini hanya di ucapkan thea didalam hatinya saja.

Flashback end

Mami terlihat bahagia sekali dengan jawaban devan sampai sampai mami langsung berlari memeluk devan.

"Bentar mi, aku mau panggil seseorang dulu" devan berjalan keluar dan kembali dengan menggandeng seorang wanita yang cantik berjalan ke arah ruang keluarga.

"Thea, mantu mami" mami memeluk thea sangat kencang membuat thea sesak nafas, devan melepaskan genggaman tangannya dari thea dan kembali duduk di sisi dathan, bahagia melihat mami bahagia.

"Ok gimama kalo sekarang kita makan, mami udah siapin makan malam buat kita semua"

TBC

Haaaaiiiii semuaaaa.....
Akhirnya update juga, dikit ya?? Sampe frustasi lho aku mau update bagian ini..... kritik dan sarannya ya jangan lupa koment sama vote nya.... ayo klik bintangnya.... jangan pelit pelit dong ngasih bintang, bikin aku semangat buat nulis lagi 😁😁😁😁

Devan & AntheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang