Truth?

74 7 20
                                    

"Tolong jemput aku, Jim." 

"H-hyung, kau tak apa?" Ucap Jimin, ia khawatir.

"Ya, aku baik-baik saja."

"Aku berangkat sekarang hyung. Jangan bergerak, jangan melakukan hal yang aneh, tunggu aku"

"Ya ya ya, cepatlah! Haha. Dan berhentilah khawatir Jim, aku tidak apa-apa." Ucap Yoongi lalu mematikan sambungan telfonnya dengan sahabatnya itu, Park Jimin. lalu terduduk lesu diparkiran apartemen tempat Ana tinggal. 

Gadis itu, kini sudah benar-benar memiliki pendamping hidup, yang bisa membahagiakannya. Apakah egois jika aku menginginkannya? Dengan seluruh kekurangan yang aku miliki, dengan beban yang ada di tubuhku ini.

Aku sadar sepenuhnya, aku tidak bisa membuatnya bahagia secara utuh. Yang akan aku lakukan adalah membuatnya semakin sedih, saat ia tahu kebenarannya.

"Terlepas dari semuanya, kau juga berhak untuk bahagia, Hyung." Itu kata Jimin.

Benarkah?

Benarkah aku berhak untuk bahagia?

Jika iya, bahagiaku hanya ada pada dirinya.

Apakah adil untuknya? Membuatku bahagia dengan mengambil kebahagiaan dari oranglain? Bukan seperti ini cara kerjanya. Aku mengerti, tapi aku... Ingin dicintai, sekali lagi saja. Dengannya. Dengan wanita itu. Dengan Kim Ana

"Hyung!" Suara panggilan yang berasal dari dongsaengnya itu membangunkan Yoongi dari lamunannya. Setelah membalas dengan senyum, Yoongi segera memasuki mobilnya.

"Bagaimana hyung?" Tanya Jimin hati-hati, takut menyinggung perasaan Hyungnya ini.

"Apanya?"

"Ana-ssi. Bagaimana?"

"Ah, ya. Seperti yang aku ceritakan kepadamu, Jim. Ia sudah memiliki tunangan." Jawab Yoongi, matanya lurus menatap jalan.

"Kau tak apa, Hyung?" Ucap Jimin, wajahnya menatap Yoongi sesekali.

"Tentu saja ada apa-apa, bodoh. Aku sakit hati, ternyata rasanya lucu sekali" Jawab Yoongi lagi seraya tertawa getir. "Sekarang aku tahu, bagaimana sulitnya menjadi dia, dengan perasaannya itu" Lanjutnya lagi

"Lalu apa yang akan kau lakukan hyung? Kau tidak mungkin merusak pernikahan seseorang yang akan berlangsung sebulan lagi."

"Aku tidak akan merusaknya, aku tidak pernah bilang begitu."

"Lalu?"

"Aku hanya ingin ia mencintaiku sekali lagi, Jim. Aku tidak gila, aku tahu pada akhirnyapun aku tidak akan bisa menikahinya." Jawab Yoongi, ini memalukan. Susah payah ia menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipinya. Setidaknya, jangan didepan Jimin. Ini terlalu menyedihkan.

"Hyung, kau tau kesempatan itu selalu ada." Ucap Jimin, seraya meremas tangan pria berkulit pucat ini.

"Aku tidak ingin berharap banyak, Jim."

"Ah, sudahlah. Tidak bijak membicarakan hal-hal yang belum tentu terjadi. Hari ini aku akan mengantarmu ke rumah sakit, okay? Atau kita berangkat sekarang?"

"Sekarang saja, aku ingin cepat-cepat sampai rumah. Masuk ke studio dan mulai bekerja lagi. Aku ingin melupakan semuanya meski sejenak."

Jimin hanya mendesah pasrah, dan mengarahkan CRV hitamnya ke Rumah Sakit Universitas Seoul.

****

"Hyung, kau baik-baik saja?" Tanya Jungkook dan Taehyung yang menunggu Yoongi keluar dari studionya. Ia tidak pernah meninggalkan ruangan itu, sejak pagi. Dan ini hampir tengah malam.

"Yah maknae! Jangan ganggu Yoongi hyung. Kau tau sendiri apa yang akan terjadi jika ia merasa terganggu!" Ucap Namjoon sambil menyikat giginya dan bergegas untuk tidur.

"Tapi Hyung, ini sudah hampir tengah malam dan ia belum keluar darisana sama sekali. Dan ia juga belum makan." Ucap Taehyung sambil meremat ujung piyamanya.

"Oh benarkah? Biar aku yang buka" Ucap Namjoon.

Setelah membuka pintu studio milik Yoongi, Namjoon menemukan Yoongi yang sedang terduduk dengan posisi merebahkan setengah badannya ke meja.

"Jangan khawatir, ia hanya tertidur" Ucap Namjoon, menenangkan dua sahabatnya itu. Taehyung dan Jungkook mendesah lega.

"Hyung, bangunlah. Ayo pindah" Ucap Namjoon sambil menggoyangkan badan Yoongi, tapi Hyungnya ini tidak berkutik sama sekali. Ia tau kebiasaan tidur sahabatnya ini, tapi Yoongi bukan tipe orang yang sulit untuk dibangunkan.

Aneh sekali, batin Namjoon.

Namjoonpun berusaha untuk mengangkat Yoongi dari tempat duduknya. Tetapi betapa terkejutnya Namjoon ketika mendapati banyak darah berceceran di meja kerja Yoongi, dan darah itu berasal dari hidung sahabatnya ini.

"KIM TAEHYUNG! JEON JUNGKOOK! TOLONG AKU!" Teriak Namjoon panik. Ia berusaha menyadarkan Yoongi dengan cara menepuk kedua pipi hyungnya ini. Tetapi tetap tidak membuahkan hasil.

Jeon Jungkook, sang maknae hanya bisa menangis sepanjang jalan sembari mengelus kepala Hyungnya dengan sayang. Kim Taehyung mencoba untuk menghubungi ketiga sahabatnya yang lain. Namjoon yang menyetir, mencoba secepat mungkin untuk tiba di rumah sakit.

"Hyung... Apa yang terjadi padamu?" Isak Jungkook, sembari menatap wajah pucat milik Hyungnya.

"Jeon Jungkook berhentilah menangis!" Bentak Taehyung.

Dan semenjak hari itu, semua berubah. Setidaknya, bagi hidup seorang Min Yoongi.

To Be Continue

-----------------------

EAAAAAAAAA

 SERPIHAN KULIT MEKDI BALIK LAGI. MAAF UNTUK UPDATE YANG AMAT SANGAT LAMA INI. SEMOGA MASIH INGET SAMA CERITANYA YAAMPUN.

MAKASIH JUGA UDAH MAU NUNGGU

AKU SAYANG KALIAN SEMUA

WKWKWKWWK

KEEP VOMMENTTTT!! MUAHHH






가지마 (Don't Leave)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang