Bimbang

81 9 15
                                    


Sebenarnya apa yang membuatnya berpikir bahwa aku akan menerimanya kembali?

Dasar pria tidak tahu diri.

Selama enam tahun, hatiku hanya tertuju padanya. Dan selama enam tahun itu pula aku selalu mendapatkan penolakan. Lalu ketika aku sudah memiliki pria lain yang mencintaiku, tiba-tiba ia memintaku untuk kembali mencintainya seperti dulu lagi.

Dimana akal sehatnya?

Satu tahun setelah aku memutuskan untuk menyudahi perjuanganku, adalah satu tahun terberat dalam 24 tahun hidupku. Ribuan kali aku berfikir untuk kembali, berlari mengejarnya dan memohon untuk menerimaku lagi. Tapi itu terlalu menyedihkan. Enam tahun sudah cukup bagiku untuk merasa tidak dibutuhkan.

Tapi aku, tetaplah aku.

Si gadis bodoh, yang cintanya hanya memiliki satu tujuan.

Aku memang mengakui bahwa aku masih mencintainya, aku masih mencintai pria itu, dan kurasa akan tetap begitu sampai kapanpun. Tetapi, saat ini semuanya sudah berbeda. Aku tidak lagi sendirian.

Cincin perak yang melingkar dijari manis ini seakan mengingatkanku, akan hati yang akan aku sakiti apabila aku kembali ke pelukannya.

Dan aku tidak akan sampai hati, untuk melakukannya.

"Hallo, Sayang? Kamu dirumah?" Tanya Jaewon

"Ah, ya aku dirumah. Ada apa?"

"Meetingku sudah selesai. Ayo kita makan, kamu pasti belum makan kan? Sekaligus ini permintaan maaf ku karena membatalkan acara makan siang kita tadi. Bersiaplah, aku akan tiba 20 menit lagi." Jawabnya.

"Ah, baiklah. Hati-hati dijalan, Jaewon-ssi"

"Hahaha, Jaewon-ssi? Kemana panggilan sayangmu untukku? Menghilang ditelan masa lalu?" Tawa renyah Jaewon menghiasi suaranya setelahnya.

"Yah, jangan berkata begitu. Two hands on the wheel, Jaewon-ah. Jangan menelponku saat kau sedang menyetir." Jawabku lagi

"Baiklah, Nyonya Jung. Akan kumatikan. Aku mencintaimu, Kim Ana."

Aku mencintaimu... Kalimat yang akhir-akhir ini membebani hati dan pikiranku.

"Sayang, kau masih disana?" Ucap Jaewon, menyadarkaku dari lamunan sesaatku itu.

"Y-ya aku disini. Baiklah Jaewon-ah. Sampai jumpa." Jawabku lagi, dan mematikan sambunganku setelahnya.

Jung Jaewon, tunanganku. Kenapa semuanya menjadi terasa berat setelah dia kembali?

Life, is just like a game. Benar. Kita tidak pernah tahu, siapa yang akan datang dan siapa yang akan pergi.

Setelah 25 menit menunggu, akhirnya mobil milik Jaewon tiba di basement apartemenku. Tidak ingin membuatnya menunggu, aku langsung mengunci pintu apartemenku dan berjalan kearah lift yang saat itu hampir menutup.

"Tolong tahan pintunya!" Ucapku sembari berlari kecil dan masuk kearah lift.

"Ana-ya? Apakah itu kau?" Tanya sang sumber suara.

Aku yang sibuk membetulkan ikatan sepatuku, segera menatap sang empunya suara dan terperangah

"Seulji Eonni?" Tanya ku ragu.

"Ternyata benar itu kau! Astaga Kim Ana! Aku sangat merindukanmu." Ucapnya sambil memelukku hangat.

"Bagaimana kabarmu, eonni? Kapan kau kembali dari Jerman?"

가지마 (Don't Leave)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang