Chapter 1: Broken Hills

1.6K 33 17
                                    

Seorang anak laki-laki bersurai hitam melangkahkan kakinya yang dibungkus jeans biru masuk ke bimbelnya. Ruangan tempat menunggu kosong. Ia menjatuhkan diri ke sebuah bangku dan menghela napas. Diambilnya telepon genggam bermerek Blackberry Gemini berwarna merah dari saku celana, mengetikkan password, lalu membuka sebuah aplikasi bernama Blackberry Messenger. Ia mulai melihat-lihat daftar kontak yang ia miliki, mencari-cari siapakah yang bisa diajak mengobrol untuk mengisi waktu luang menunggu teman-temannya.

Semenit berlalu tanpa perubahan.

Sebelum dia sempat menemukan siapa pun nama yang akan diajaknya mengobrol di benda elektronik berbentuk persegi panjang dan berwarna merah miliknya, seorang gadis berambut hitam dengan panjang rambut sedang dan berponi lurus―gaya rambut yang benar-benar seperti gadis-gadis kebanyakan―melangkah masuk dengan ekspresi wajah yang datar dan relaks, seperti biasanya.

Jackie merasa tidak asing dengan gadis ini. Gadis ini tidak sekelas dengannya, hanya di bimbel ini saja. Jackie hanya ingat bahwa gadis yang berkulit putih pucat ini adalah seorang gamer yang dekat dengan Ronald beserta rombongan gamer-nya. Dan Jackie ingat ketika beberapa hari lalu di kursus ini gadis ini mengusilinya ketika bermain sebuah permainan bernama Gravity Guy secara local multiplayer dengan Ronald dan George di iPad George. Ah, ya! Rein. Rein Einstolf.

"Einstolf, kamu bawa tab?"

Rein yang baru duduk di kursi kedua sebelah kiri Jackie terkesiap dan menoleh. Segera sorot matanya melembut dan timbul rona di telinganya yang tertutup helaian rambut.

"Ah, ya. Tapi mungkin lebih baik tunggu yang lain dulu. Tapi, yah, jika kau ingin memainkannya, silahkan saja...." Nada lunak namun suara dalam―dengan sedikit kegugupan di dalamnya. Rein segera membuka tas ransel merahnya dan mengambil tab miliknya dengan agak buru-buru, lalu menyerahkannya kepada Jackie dengan sebuah senyuman kecil.

Jackie, tidak menghiraukan sikap aneh dan berbelit gadis di hadapannya, mengambil tab Rein seraya balas tersenyum.

Jackie meng-unlock tab Rein dan melihat deretan aplikasi. Ia melewati enam halaman yang penuh dengan aplikasi font dan pengedit foto, lalu jemarinya menekan sebuah icon bergambarkan seorang anak laki-laki yang memegang sebuah semprotan berupa cat. Di bawah icon itu ada tulisan Subway Surfers.

Beberapa menit terlewat, suasananya tidak berubah. Hening dan canggung.

Sebuah dehem mengusik kesunyian. Bukan dari Jackie ataupun Rein. Keduanya menoleh ke pemilik suara; seorang anak laki-laki yang terlihat hiperaktif dengan pakaian kasual simpel dan tas ransel di punggung.

Jackie tidak tahu harus lega karena kecanggungan luntur dengan keberadaan anak itu, atau kesal didehami.

"Ehem! Hei, Rein. Bawa tab tidak? Katamu mau bawa hari ini." tanya anak itu tanpa basa-basi.

"Ronald," sapa Jackie singkat. Dibalas lambaian tangan kilat.

"Iya, iya, aku bawa tab.... Di tangan dia, tuh." sahut Rein dengan malas―akhirnya karakter aslinya keluar juga―seraya menunjuk android lebar di tangan Jackie.

Ronald mengambil kursi dekat meja panjang komputer dan duduk di depan mereka berdua. "Kalian ini duduk dekat sedikit! Rein, sudah cium belum?" tanya Ronald pada Rein tiba-tiba. Frontal.

"Belum," sahut Rein cepat. Dingin dan angkuh di saat yang bersamaan.

"Kalian itu bilang itu terus dari kemarin-kemarin," timpal Jackie walau ia tidak tahu apa pun. Sedihnya, tidak ada yang menjawabnya, karena Rein mengalihkan perhatian Ronald.

7 Emeralds: The Legends [CANCELLED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang