Dream #3

72 13 17
                                    

Sebuah mobil baru saja memasuki area pekarangan rumah yang mewah. Sepasang kekasih turun dari mobil tersebut. Mereka berjalan memasuki rumah. Para maid yang berjaga membungkuk memberi hormat.

"Selamat datang, Tuan Muda."

Sang tuan muda hanya mengangguk dan melenggang pergi. Di belakangnya, seorang gadis cantik yang diyakini adalah kekasihnya berjalan dengan menghentak-hentakkan kaki. Ia sedang kesal. Raut wajahnya benar-benar tidak bersahabat.

Setelah menaiki beberapa anak tangga, mereka bergegas memasuki sebuah kamar.

Blam~
Gadis cantik itu menutup pintu kamarnya dengan keras.

"Kau puas!"

Dia berteriak di depan wajah kekasihnya dan kekasihnya hanya tersenyum simpul.

"Belum."

Jawabnya dengan enteng.

Gadis itu mendelik mendengar jawaban yang mamuakkan dari mulut kekasihnya.

"Aku hanya mencium mu tadi, belum-"

Plakk~
Belum selesai pria ini berbicara tapi gadis itu sudah menamparnya lebih dulu.

"Kau menamparku, Chan?"
"Kau membuatku muak Lu Han!"

Yeah, mereka adalah Chan Ra dan Lu Han. Dan mereka adalah sepasang kekasih. Benar-benar diluar dugaan bahwa mereka sebenarnya berpacaran.

Lu Han tersenyum dan menjilat ujung bibirnya. Lalu ia mengusap pipinya dengan gerakan pelan.

"Tamparanmu boleh juga. Apa kau belajar banyak hal dari orang-orang di bar? Atau kau belajar 'posisi' baru?"

Chan Ra ingin menampar Lu Han lagi tapi Lu Han menghentikannya dengan menggenggam tangan Chan Ra.

"Cukup! Aku tidak akan membiarkanmu pergi ke tempat terkutuk itu lagi Chan."

Chan Ra menepis tangan Lu Han dan berkacak pinggang.

"Kau fikir siapa kau, hah?!"

Ucap Chan Ra dengan suara tinggi.

"Aku adalah pacarmu."

Jawab Lu Han dengan tatapan nyalang.

"Cih. Dalam mimpimu saja Lu Han."

Ucap Chan Ra sinis.

"Kau hanya pacarku, bukan suamiku. Jadi jangan mengaturku se enak jidatmu! Ara!"
"Akh!"

Lu Han mencengkram dagu Chan Ra dengan kuat dan menatapnya tajam.
Lu Han ingin berbicara, namun ia merasa ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk.

"Jika kau berkata seperti itu lagi, aku tidak akan segan-segan membuatmu tidak bisa berjalan selama berhari-hari Park Chan Ra sayangku."

Ucap Lu Han dengan nada dingin. Kemudian ia melepas dagu Chan Ra dengan kasar dan tangannya terulur merogoh saku celana untuk mengambil ponsel. Lu Han menyentuh tombol hijau dan menggesernya ke kanan tanda ia menerima panggilan tersebut.

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang