Dream #7

47 11 2
                                    

Di kantin kampus, Chan Ra duduk di sebuah kursi dekat jendela. Ia menunggu Sehun.

Beberapa detik kemudian, Sehun datang dengan nafas terengah.

"Huh huh. Jalanmu cepat sekali."

Sehun duduk dan mulai mengatur pernafasannya.

"Kau saja yang lambat albino."

Chan Ra memandang keluar jendela. Entah apa yang ia fikirkan, hari ini Chan Ra terlihat aneh bagi Se Hun. Namun Se Hun mengabaikannya.

'Mungkin pertengkarannya kali ini sedikit rumit.' Pikir Se Hun. Se Hun mengedikkan bahunya acuh.

"Hoy deer. Aku ingin pesan sarapan, kau mau ?"

"Tidak. Aku sudah sarapan." Chan Ra menjawab tawaran Se Hun dengan tetap memandang keluar.

"Baiklah."

Sehun berdiri dari duduknya dan pergi untuk memesan makanan.

Drrt~ Drrt~
Ponsel Chan Ra bergetar.

'Wild Boy is calling~'
Itulah yang Chan Ra lihat dari layar ponselnya.

"Tsk!"

Chan Ra mendesah pelan lalu ia mengangkat telfonnya.

"..."

"Di kantin."

Tut tut tut~
Sambungan telfonnya terputus. Lu Han mematikan sambungannya dengan sepihak. Chan Ra hanya memutar bola matanya malas.

5 menit berlalu, Sehun datang dengan nampan berisi makanan dan minuman di tangannya.

"Apa kau masih makan di luar setiap hari ?" Tanya Chan Ra saat Sehun sudah duduk di depannya.

"Kau tau sendiri kan, aku belum bisa memasak. Jadi aku masih makan di luar."

Se Hun menggigit sandwitch yang ia pesan barusaja.

"Ckckck."

Chan Ra menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bagaimana jika kau mengajariku memasak ? Akan lebih mudah daripada melihat dari internet."
Tanya Sehun sambil mengunyah sandwitchnya.

"Kau mau kakakmu memukulimu sampai sekarat, eoh ?"
Chan Ra tersenyum nakal.

"Oh. Kurasa aku akan berada di zona berbahaya."

Pandangan Sehun terfokus pada objek yang sedang mendekat kearah mereka. Itu adalah Lu Han, kakaknya.

"Dia sudah datang ?"

Se Hun mengangguk dan meletakkan kembali sandwitch yang ia pegang. Chan Ra memilih diam dan memainkan game di ponselnya.

Beberapa detik kemudian, Lu Han datang dan langsung mengambil duduk di sebelah Chan Ra.

"Kau disini Sehun ?" Tanya Lu Han pada adiknya setelah ia meletakkan tasnya dimeja. Sehun mengangguk.

"Chan Ra menelfonku dan menyuruhku untuk menjemputnya dihalte." Aku Se Hun dengan santai.

Lu Han menoleh kearah Chan Ra tapi Chan Ra tetap fokus pada gamenya. Sehun menyeruput bubble teanya dan berujar.

"Deer~ Kurasa aku harus pergi."

Ups~
Sehun keceplosan. Tidak seharusnya ia memanggil Chan Ra seperti itu di depan Lu Han. Buru-buru Sehun menutup mulutnya dan memandang Lu Han dengan takut. Lu Han mendelik dan menatap Sehun dengan tajam. Lu Han selalu marah jika Se Hun memanggil Chan Ra seperti itu. Ia cemburu. Pikirnya, hanya dia yang berhak memanggil Chan Ra dengan panggilan sayang.

"Kau panggil apa dia !?" Ucap Lu Han dengan tatapan nyalang.

"M-maaf Ge. A-aku-"

Srett~
Ucapan Sehun terhenti karena dengan gerakan tiba-tiba Chan Ra menarik tangan Lu Han yang ingin memukul Sehun.

"Kau ingin memukul adikmu hanya karena memanggilku seperti itu ?" Ucap Chan Ra dengan suara sedikit jengkel.

'Lu Han kekanak-kanakan.' Batin Chan Ra.

Chan Ra menatap Lu Han dengan tajam dan Lu Han balik menatapnya dengan tajam pula.

"Tidak ada yang boleh memanggilmu seperti itu termasuk dia!"

Lu Han menuding wajah Se Hun dengan jari telunjuknya. Sehun hanya diam karena ia tau kakaknya pasti akan marah.

"Kau fikir kau siapa melarang adikmu memanggilku dengan panggilan sayangnya."

Chan Ra tersenyum sinis membuat Lu Han mendelik ke arahnya.

"Chan, jangan membuatku dalam keadaan berbahaya seperti ini."

Sehun berucap dengan tampang sedikit memelas. Berharap agar ia bisa lekas terbebas dari keadaan seperti ini. Kakaknya ini benar-benar orang yang temperamen. Sehun tidak mau jika wajah tampannya ini akan banyak luka memar karena di pukuli kakaknya.

"Pergi dari sini jika kau tidak mau babak belur ditanganku." Ucap Lu Han dengan kejam pada adiknya.

Saat Sehun ingin pergi, Chan Ra menghentikannya.

"Kau mau kemana Sehun ? Bukankah kau sudah berjanji untuk menemaniku bersenang-bersenang ?"

Sehun mendelik dan mengumpat dalam hati. Dia bersumpah akan membuat Chan Ra menyesal karena selalu membuatnya dalam keadaan seperti ini.

"Shit!" Gumam Sehun tertahan.

"Pergi!" Lu Han membentak Sehun dan sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Sehun bergegas pergi meninggalkan kakaknya dan Chan Ra.

"Kenapa kau membentaknya ?" Tanya Chan Ra dengan raut wajah marah.

Lu Han menatap manik mata Chan Ra dengan tatapan menusuk.

"Jangan membuatku marah dan berakhir menyakiti Sehun, Chan Ra." Ucap Lu Han sedikit tertahan.
Chan Ra tersenyum sinis.

"Sebelum kau lakukan itu aku akan mencegahmu lebih dulu. Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Sehun dengan tangan kotormu itu, Lu Han." Ucap Chan Ra dengan mantap membuat
Lu Han melotot.

"Kau membelanya !?"
Lu Han berujar dengan nada tinggi tepat didepan wajah Chan Ra.

"Kenapa !? Kau tidak suka. Aku pasti akan membela Sehun dalam segala hal karena aku-"

Plakk~
Lu Han menampar Chan Ra sebelum Chan Ra menyelesaikan ucapannya. Mata Lu Han menyala menatap Chan Ra.

"Jangan katakan apapun." Ucap Lu Han dengan suara serak.

Chan Ra mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Tamparan Lu Han benar-benar keras. Chan Ra tersenyum sinis dan meludahkan darah dari sudut bibirnya.

Lu Han berjengit. Ia terkejut melihat sudut bibir Chan Ra yang sedikit memar. Tangannya terulur untuk menyentuh wajah Chan Ra namun Chan Ra menghindar. Dia bergerak ke belakang menjauhi Lu Han.

"Jangan sentuh aku." Ucap Chan Ra dengan suara ketus.

Lu Han melangkahkan kakinya mendekati Chan Ra tapi dengan cepat Chan Ra mengangkat tangannya mengisyaratkan Lu Han untuk berhenti.

"Jangan dekati aku!"
Chan Ra berteriak kemudian ia berlari pergi meninggalkan Lu Han.

"Chan Ra!"

Lu Han memanggil Chan Ra tapi Chan Ra tetap berlari. Kemudian Lu Han melihat punggung Chan Ra menghilang di belokan koridor. Lu Han memukul kepalanya dan berteriak frustasi.

"Kau bodoh Lu Han! Bodoh!"

Brakk~
Lu Han menggebrak meja dengan keras dan menendang penyangga meja tersebut.

"Argh~"

Teriaknya menggema di seluruh kantin yang masih sepi itu.

To Be Continue

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang