Yang Tersayang

51 12 9
                                    


Cinta tak kenal lelah dan perjuangan sebanding dengan pengorbanan. Mungkin itu yang menjadi prinsip Candice Herra, seorang manusia biasa yang memasuki masa remaja dan tengah mencari jati dirinya.



Beberapa jam lalu, ia menemukan realita pelik mengenai dirinya. Dan kini ia tengah berlari kencang di sebuah hutan bernama Ardennes, demi menguak siapa orang tua aslinya. Peluh membanjiri tubuh Candice selama ia berlari melewati sungai, lembah, dan jajaran pohon-pohon yang menjulang tinggi. Ia buta arah, tetapi hatinya tidak. Ia mengikuti kata hatinya dan petunjuk yang diberikan oleh ibu angkatnya.



Selama perjalanan Candice menemukan fakta baru tentang dirinya. Ia tak menyangka bahwa ia dapat berlari mengalahi seekor serigala yang sempat mengejarnya tadi. Namun di tengah perjalanan, ia berhenti berlari ketika menangkap Axel Lowburry sedang berdiri di pinggir tebing. Candice memperhatikannya dari jauh dengan begitu lekat.



"Kau bukan manusia biasa."


"Ya, aku bukan."


"Kau tidak pernah bisa menjadi manusia biasa."



Alis Candice menukik tajam. Semilir angin menerbangkan rambut coklat nilon miliknya. Axel sedang berbicara dengan Candice. Lebih tepatnya melalui suara hati Candice.



Candice tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Ia kembali mengingat kejadian yang dialaminya tadi Ketika Candice sampai di tempat tujuannya, pusat Ardennes. Semua orang menatap takut ke arah Candice. Mereka langsung berlari dan menutup rapat rumah mereka. Seketika pusat Ardennes berubah sunyi. Candice merasa bahwa tak ada seorang pun yang dapat menolongnya, namun seorang pria paruh baya yang disegani di Ardennes menceritakan kisah hidup Candice dan memberi tahu siapa orang tua kandungnya.



Candice merupakan anak raja dari para Angel dan Demon.



Fakta tak terduga itu membuat Candice syok. Ia memerlukan sebuah pelukan hangat Axel yang biasa memeluknya saat ia sedih. Candice berjalan perlahan mendekat ke arah Axel, tetapi pria tegap itu malah menjauhkan dirinya.



"Kenapa kau...."


"Lebih baik kita tak bersama."



Axel sudah mengetahui semuanya. Pria yang begitu dicintainya sangat berbeda saat ini. Candice menyadari bahwa mencintai Axel Lowburry adalah sebuah kesalahan, tetapi mengapa Axel tidak mengatakannya sejak awal? Sejak pertemuan tak terduga mereka?



Mengapa ketika benih-benih cinta itu sudah bersemayam di hatinya?



"Mengapa?"


"Kita berbeda," Axel berkata seraya mengeluarkan sayap berwarna keabu-abuan, lalu mengepak-ngepakkannya. "Aku adalah Demon dan kau adalah Fallen angel," sambungnya.



Lagi, Candice terkejut. Ia mencintai seorang Demon.



"Angel adalah pembina. Demon adalah perusak, tetapi kau... Fallen Angel adalah penghancur."



Axel perlahan berubah. Ia mengenakan jubah hitam dan sebuah pedang tiba-tiba berada di tangan kanannya. Giginya pun memanjang seperti taring.



"Maafkan aku, sayangku."



Candice tak dapat berpikir jernih melihat sosok asli Axel yang begitu menyeramkan, menghantam tubuh mungilnya ke batu besar. Darah segar mengalir melalui bibir dan pelipisnya, serta beberapa luka parah di punggungnya.



Amarah menguasi Axel yang terus melayangkan pukulan-pukulan ke tubuhnya, tetapi gadis itu hanya diam tak berkutik. Seluruh tenaganya sudah habis akibat goresan pedang Axel di lengan kirinya.



"Tidak, Axel." Dengan sekuat tenaga ia berusah menghentikan amukan Axel, namun tak berhasil.



Para penghuni Ardennes yang mendengar teriakan dan jeritan Candice pun langsung berlari ke arah suara itu. Mereka semua menganga tak percaya melihat sang putri tergeletak tak berdaya, namun tak ada satupun orang yang berani menghentikan aksi sang Demon terkuat di seluruh jagad raya.



"Aku bukan...," Candice berkata seraya menahan sakit di sekujur tubuhnya. Axel pun berusaha menahan emosinya, lalu berjalan mendekat menuju Candice yang berdiri dengan terhuyung-huyung.



Ketika tubuh Candice akan ambruk, Axel menahan pinggangnya.



Candice berbisik pelan, setelah itu matanya terpejam, detak jantungnya telah berhenti. "Aku murni manusia biasa."








Flash Fiction EventWhere stories live. Discover now