Angel

192 33 1
                                    


Kenapa kau terus bertanya tentang suatu hal yang jelas kau sudah tahu jawabannya?
-A-

Sekarang aku akan menceritakan sedikit kisah hidupku selama di alam bumi sebelum akhirnya aku pergi.

Namaku Nadia Angelina Pertiwi. Aku baru berumur 16 tahun ditahun ini aku akan menginjak umur ke-17 tahun. Aku masih kelas 11 saat itu. Aku sangat menyukai musik dan tari.

Aku mempunyai pacar bernama Robert. Aku menyukainya sejak kelas 10, dia adalah kakak kelas yang termasuk dalam most wanted disekolah jadi tak salah mengidolakannya.

Namanya Robert Lewandowski panggilannya Roro atau Robert. Dia adalah pacar pertama dan terakhirku.

1 bulan setelah kami berpacaran, Robert mengunjungi rumah ku dengan alasan 'kangen' yang menurutku itu adalah alasan konyol di dunia dan dikamus ku.

Aku masih mengingat betul waktu Robert mengamati foto keluargaku dengan teliti. Terkadang ia tersenyum karna melihat sesuatu hal yang menurutku tidak lucu sama sekali, dan saat itu aku merasa ada yang aneh dengan Robert.

"Kau kenapa, sayang?" tanyaku memberanikan diri.

Robert menoleh melirikku sekilas dan melupakan apa yang aku tanyakan tadi.

Hening.

"Kamu dirumah sendiri?" tanya Robert penasaran, ia masih asik memandangi foto ku saat masih bayi tanpa busana.

Aku tersenyum getir saat Robert mengeluarkan ponselnya dan memotret foto bayi yang ada di depannya. "Kak, itu fotonya sedikit jorok. Kakak nonton foto yang disana aj--"

Robert menoleh kearahku membuat aku harus memotong ucapanku.

"Kamu dirumah sendiri?" Robert masih mengulang pertanyaannya dengan nada sedikit lebih tinggi.

"I-iya kak" jawabku takut.

"Jadi, bebas dong di rumah?"

"Memangnya kenapa?" tanyaku penasaran. Jujur, Robert malam ini lebih mengerikan daripada macan melihat daging di kakinya.

Ia perlahan berjalan mendekatiku sampai pada akhirnya aku tersudut diantara dinding dan dia. Langkah kakinya masih tak mau berhenti dan aku hanya bisa mundur dan mundur. "Kak" dapat ku amati wajah Robert dari jarah satu jengkal. Tatapan matanya masih tajam menatapku.

"Apa kau mencintaiku?"

"Kenapa kau bertanya tentang apa yang sudah kau ketahui?"

"Apa kau mencintaiku?" ia mengulang kembali pertanyaannya. Disisi baik-nya Robert ia juga memiliki sifat egois.

"Tentu saja" jawabku dengam senyum indah. Semoga saja Robert segera mundur, doa ku.

"Kau yakin?"

"Robe-hmpp"

Sesuatu yang kenyal membungkam mulutku. Aku membelalakka mataku menatap Robert yang sudah mencium bibirku ganas tanpa memberiku jeda untuk bernafas.

Robert melepaskan pagutannya dan menatapku sendu. "Ke kamar yuk, aku mau bicara sama kamu"

Tanpa berfikir panjang aku menarik tangannya menuju kamar yang ada di lantai dua. Aku merasakan genggaman tangan Robert kali ini terlalu erat, aku meliriknya sekilas tapi ia hanya memandangiku tanoa ekspresi. "Kau baik-baik saja?" tanyaku penasaran.

Robert mendorongku hingga aku tersungkur di lantai dengan lutut yang sedikit lecet, mungkin sebentar lagi akan biru.

"PELACUR!" teriaknya membuatku membulatkan mata sempurna. Apa maksudnya pelacur? Aku masih tak percaya dengan Robert yang berubah drastis.

Dia menarik bajuku dengan kasar dan menarik kakiku untuk terlentang diatasnya. Kepalaku tarasa sakit sekali karena harus bergesekan dengan lantai ubin. Aku menatap Robert yang sudah berantakan, ia melepaskan kancing bajunya dan membuangnya sembarangan.

Aku mencoba melarikan diri darinya namun apa daya tubuhku yang mungil pasti kalah dengan tubuh kekar Robert.

Robert melirik sesuati dan tersenyum pada benda itu, aku mengikuti arah matanya. Ia mengambil gitar dan melayangkannya ke udara.

"Rasakan ini bitch"

Dia mengayunkan benda itu tepat di perutku, aku dapat merasakan sakit luar biasa dibawah sana. Robert kembali mengayunkan gitar itu dan tepat mengenai kepalaku dan sakitnya melebihi dari sebelumnya dan membuat aku tak sadarkan diri. Semua yanh berwarna berubah menjadi gelap dan hitam.

Aku tiada.

**

Dan saat itulah aku hanya bisa melihat orang-orang terdekatku terus menangisi keperginku. Mereka terus berharap bahwa kenyataan ini hanya sebuah ilusi semata, mereka menginginkan aku hidup kembali dan mungkin harus bertatapan dengan Robert kembali.

Kalian bertanya Robert dimana? Dia masih tertawa bahagia didalam rumah sakit jiwa bersama ayahnya.

Jujur, aku tak mau membahas Robert kali ini. Aku lebih suka membahas seseorang yang selalu datang di samping makamku.

Dia bertubuh tinggi dengan jas berwarna hitam setiap harinya melekat di tubuhnya. Aku yakin dia sudah memiliki istri mengingat wajahnya yang tak muda lagi.

TBC

Jangan lupa meninggalkan jejak guys :*

LollipopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang