~{14}~

2.8K 89 5
                                    

Sorry GJ, kurang greget, banyak typo dan lainnya mohon di maafkan

~~~~~

Tiba tiba Nina pamit menuju toilet.

Sambil berjalan Nina berucap, "I'm sorry." Lalu ia pergi meninggalkan pesta tersebut.

Terlihat sebuah sedan hitam telah menunggunya, Nina segera masuk ke dalam mobil lalu mobil perlahan berjalan meninggalkan halaman sekolah tersebut.

Sementara itu Bagas yang masih di pesta merasa aneh karena Nina tidak kembali kembali.

Ia menunggui Nina hampir ½ jam lalu segera bertanya kepada SM mereka, ternyata mereka juga tidak tau, terpaksa ia harus memberi tahukan hal ini kepada ortu Nina.

Berhari-hari Bagas mencari Nina tak ada satupun yang mengetahui keberadaannya hingga satu nomor yang mengancam Bagas harus datang sendirian menggunakan jas hitam resmi menuju sebuah ballroom hotel ternama di Jakarta Selatan.

"Kenapa bangunan sebesar ini sepi, ada apa?" gumam Bagas, baru satu langkah memasuki ruangan tersebut sang resepsionis menyuruhnya untuk segera menuju ruang utama.

Begitu dibuka terlihat sesorang yang sudah ia cari selama ini duduk diam dengan tangan diikat di kursi dan mulut tertutup kain, tapi anehnya kenapa rambut Nina yang acak-acakan terlihat beraturan, dress coklatnya berubah menjadi warna hitam begitu juga high heels dan ujung rambut Nina.

Bagas melangkahkan kakinya menuju tempat Nina yang berada di atas panggung dengan sorotan sebuah lampu, Bagas segera melepas ikatan tangan kemudian mulut Nina.

"Kamu... baik-baik aja kan nces?" Nina mengangguk dan segera memeluk Bagas ketika suara tepukan tangan menggema berbarengan dengan nyala lampu diruangan tersebut.

"I'm sorry for that", ucap Nina lirih.

Sejenak Bagas terlihat mengepalkan tangannya dengan kuat, namun ia mengendurkan tangannya saat melihat sebuah tulisan.

HAPPY BIRTHDAY TO MY PRINCE

Dengan lilin yang ditata tepat di belakang panggung tempat Nina diikat tadi.

Sementara keluarga dan para sahabatnya juga berdiri di sekitar kumpulan lilin tersebut, tak terasa satu tetes air mata jatuh dari pelupuk mata Bagas, "Don't cry. This is your Birthday party, please Smile."

Bagas tersenyum dan langsung memeluk Nina erat. "Jangan tinggalin aku lagi", ucap Bagas lirih. Nina mengangguk, kemudian Bagas menuntun Nina turun dari panggung kecil tersebut menuju orang tua dan sahabat-sahabat mereka.

"Kenapa kalian merencanakan semua ini?"

"Kami hanya menjalankan perintah orang tuamu", ucap Ulil diangguki ke-4 paruh baya tersebut, Bagas mendelik kesal kepada 4 orang tersebut namun disikut oleh Nina.

Tiba-tiba datang seorang anak kecil yang membawakan sebuah surat beramplop hitam.

"Kenapa dress codenya hitam?" Tanya Bagas saat membuka amplop tersebut.

"Karena kami tau bahwa hatimu saat ini tengah berduka karena kehilangan orang yang kamu cintai", ujar Yanuri

"Bener sih maksudnya tapi kata-kata lo ambigu Yan, lo pikir gue udah gak ada didunia ini lagi?" Ucap Nina dengan tatapan sangarnya.

"Maaf." Nina tak menggubris. Bagas pun mulai membacanya.

To : My Prince
From : Little Princess

Kamu gak mau bilang apa gitu dihari spesial ini?

Bagas mengernyit heran lalu menoleh kearah Nina.

"Bilang apa?"

"Dasar gak peka!"

"Maksud Nina elu itu disuruh ngelamar dia, gitu aja gak peka!" Bisik Rahma, Bagas mengangguk paham.

Dengan keadaan yang masih jengkel, Bagas menarik Nina menuju ke panggung. Sesampainya disana keadaan menjadi hening.

"Nina Putri Andina as My Little Princess will you be the mother of my child, to be home for my return?" Nina tersenyum lalu mengangguk, Bagas segera memeluk Nina, bersamaan itu terdengarlah suara tepukan tangan menggema.

"Jadi gimana? Kurang romantis?" Tanya Bagas berbisik

"Hm, ya lumayan daripada enggak." Jawab Nina membuat Bagas mendengus lalu mereka tertawa bersama.

Malam ini tepat 3 Minggu setelah ulang tahun Bagas, mereka melangsungkan pernikahan di Ballroom tempat pesta ulang tahun Bagas.

Terlihat sepasang mempelai tengah bersalaman dengan para tamu, ya mereka Bagas dan Nina.

Mereka tidak melanjutkan kuliahnya, Bagas langsung bekerja sebagai wakil CEO membantu Papa Nina sedangkan Nina mungkin akan menjadi ibu rumah tangga saja, atau menjadi sekertaris Bagas.

Memang tragis tapi mereka terpaksa melakukannya kalau tidak pernikahan akan diundur menjadi lebih lama 1 bulan kemudian.

Setelah jam menunjukkan pukul 10 malam para tamu undangan mulai pulang ke rumah kini Nina bisa beristirahat.

"Kalian langsung ke apart? Nggak nginep semalem dulu", pinta Mama Nina memelas.

"Nggak, Ma. Makasih", jar Nina tersenyum.

"Kalian nggak capek?" Nina ingin mengatakan iya namun segera dijawab oleh Bagas.

"Nggak kok, Ma. Kita langsung kesana nanti malah kemaleman."

Terpaksa kedua wanita paruh baya tersebut melepas kepergian anak mereka tercinta.

At the Bagas's car

"Kamu gak kasihan sama Mama?"

"Kasihan sih, tapi aku mau..." Bagas hanya cengar-cengir tak jelas.

"Ini?" ujar Nina memperlihatkan tangan kanannya yang mengepal kuat, Bagas mengrecutkan bibirnya kesal.

"Ish, bodo." Bagas semakin kesal, namun Nina tersenyum menahan tawa.

At the Bagas and Nina 's room apart

"Semua kamu yang ndekor?" Bagas mengangguk.

Apart mereka didominasi warna hitam putih dan gold, terlihat sederhana namun mewah.

"Dan ini kamar kita."

Begitu menginjakkan kakinya Nina mencium bau parfum yang ia kenal, "Bukankah ini parfum yang biasa aku pakai?"

Bagas mengangguk, lalu menuruh Nina mandi terlebih dahulu. Tiba dikamar mandi Nina kesusahan membuka resleting belakang gaunnya, akhirnya dia meminta tolong Bagas.

"Prince? Sini deh!"

"Ngapain?"

"Tolong turunin reslestingnya."

Bagas mengangguk, lalu ia mulai membantu membukakan resleting gaun Nina, begitu selesai Bagas berucap, "Semua itu ada bayarannya."

"Apa?" Tanya Nina, Bagas langsung membungkam bibir Nina dengan bibirnya, dan ya pasti kalian tau bagaimana kelanjutannya.

At the after noon... tepatnya jam 12 siang

Nina menggeliat pelan, ia mulai membuka matanya dilihatnya Bagas masih tertidur pulas, ia pun mengeratkan pelukannya pada Bagas. Bagas pun memeluk erat juga, sambil mencium pelipis Nina, "Guten morgen, Princess."

"Guten morgen auch." Pelan-pelan Nina turun, namun rasa sakit membuatnya meringis.

"Masih sakit?" Tanya Bagas, Nina mengangguk.

"Maaf", setelah berucap demikian, Bagas menggendong Nina menuju kamar mandi lalu ia menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Nina.

To Be Continue...

FRAnina23, 31 Juli 2016
Revisi FRAnina23, 30 April 2018

The Most Wanted ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang