18°

2.9K 317 25
                                    

"Eunha cepat nanti kita bisa terlambat." Teriak sang ibu dari ruang tengah.

"Iya bu." Eunha keluar dari kamarnya. Ia langsung menghampiri ibunya, yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Kunci pintunya." Perintah sang ibu.

Eunha segera mengunci pintunya dari luar  dan mengikuti ibunya berjalan menuju halte. Ah iya, rumah ini berbeda dari sebelumnya. Jauh berbeda. Mereka sudah tidak tinggal di tempat mewah nan megah seperti dulu lagi. Hanya sebuah rumah kecil dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tengah+tamu dan 1 dapur.

Mereka terpaksa meninggalkan rumah yang dulu. Lebih tepatnya karena rumah mereka harus di sita. Seluruh kekayaan mereka disita habis, saat tuan Jung dinyatakan bersalah di pengadilan.
Tapi Eunha tidak ambil pusing, ia sudah tahu ini akan terjadi. Dan dia sudah memepersiapkan diri saat hal ini terjadi.

Eunha turun dari bus ia berlari sekuat tenaga menuju sekolahnya. oke masih ada waktu 2 menit agar sampai ke sekolah. Semoga dia tidak terlambat.

Oh selalu saja begini. Di detik detik terakhir langkahnya sampai menuju gerbang sekolah. Gerbang sudah tertutup lebih dulu. SIALL
Untuk kesekian kalinya ia terlambat.

"Kamu ini terlambat terus! Cepat masuk berdiri di lapangan selama 1 jam pelajaran."

Gadis ini hanya bisa pasrah menerima keadaan. Ia sudah biasa di hukum seperti ini. Hari ini mungkin sedikit lebih beruntung dari hari sebelumnya. Karena pernah Eunha harus berdiri di lapangan selama 2 jam pelajaran.

Dayum

15 menit, bagaikan 15 jam. Kakinya sudah linu berdiri, ditambah terik matahari yang menyengat langsung di wajahnya. Oh ini benar benar menyebalkan.

Sret/

Seseorang berdiri di hadapan Eunha. Ia menghalangi sinar matahari yang menyentuh kulit Eunha. Gadis itu seketika mendongkakan kepalanya, melihat siapa yang berdiri di hadapannya sekarang.

"Terlambat lagi." Sahut Jungkook, seraya mengelap keringat di pelupuk dahi Eunha.
Eunha hanya terdiam dan menunduk. Percuma saja ia mengeluarkan alibinya, karena hal ini sudah berulang kali terjadi dengan alibi yang sama.

"Nih minum, pasti panas banget." Jungkook menyodorkan sebotol isotonic. Yang langsung di sambut Eunha dengan sangat gembira.

"Gomawo."

"Kenapa si kalian enggak tinggal di apartement aku aja. Kan kalau kamu sama mamah tinggal di apartement aku, kamu enggak akan terlambat lagi. Lagi pula ... "

"Udah kook, kita ga bisa. Kan kamu tau kalo mamah nolak tinggal di apartement kamu. Kita gamau nyusahin orang kook." Tutur Eunha. Jungkook hanya bisa menghela nafas panjang. Susah juga membujuk-nya agar tinggal di apartementnya. Kan kalau Eunha dan ibunya tinggal di apartement Jungkook, setidaknya Eunha tidak akan terlambat lagi. Jarak antara rumah Eunha yang sekarang terlewat jauh untuk ke sekolah. Bagaimana ia tidak tega terus terusan melihat Eunha kecapean karena di hukum terus.

"Pulang sekolah anterin aku yuk." Kata Jungkook, memecahkan keheningan yang terjadi beberapa detik lalu.

"Kemana?" Tanya Eunha, mengerutkan dahinya.

"Udah anter aja, nanti juga tau kemana."

Eunha hanya mengangguk menyetujui permintaan Jungkook. Eunha terus terusan memukul pelan pahanya. Rasanya pegal terus terusan di hukum begini. Kakinya sudah mulai kram rasanya.

"Cape banget ya?"

"Gausah ditanya kook."

"Sabar 3 menit lagi ko."

Cukup sabar mereka menunggu akhirnya bel pergantian pelajaran-pun berbunyi. Mereka segera berjalan bersama menuju kelas masing masing. Walaupun akhirnya Eunha di gendong Jungkook karena kakinya kram dan tak mampu berjalan. Dan itu fix jadi tontonan seluruh siswa yang sedang berada di luar kelas.

.
.
.
.

Eunha memopong beberapa buku di tangan kirinya. Tangan kanannya sibuk mencari buku lain yang ia butuhkan. Gadis itu berjalan perlahan mengelilingi rak buku perpustakaan. Mata dan tangannya-pun terlalu fokus melihat ke jajaran buku.

Duk/

Sampai ia tak sadar telah menubruk seseorang.

"Maaf." Gadis itu membungkuk sekilas, dan jongkok mengambil buku-bukunya yang terjatuh. Tapi kegiatannya terhenti, saat menyadari sesuatu hal.

Detak jantung ini sepertinya ia mengenalnya. Tapi ini jauh lebih tenang. Apa mungkin ...

BLAM!

Benar saja apa yang dikiranya, lelaki itu berdiri di hadapannya sekarang. Oke, sekarang jantung Eunha berdetak tak karuan. Apa yang dilihatnya saat ini benar benar membuat dirinya terkejut.

"Hallo Eunha apa kabar?" Suara lembut lelaki ini. Suara yang begitu familiar di telinganya. Suara yang dulu selalu ia dengar. Sekarang muncul lagi. Tak pernah terpikir oleh Eunha jika dia akan menampakan dirinya lagi di hadapan Eunha. Setelah sekian banyak hal yang ia lakukan untuk Eunha. Sekarang dengan berani ia menampakan diri.

"Taehyung-ah ... " Walaupun kecil, tapi Taehyung bisa mendengar suara imut milik Eunha dengan jelas. Taehyung tersenyum lebar kepada Eunha. Senyum yang selalu ia berikan untuk Eunha sebelum gadis ini mengetahui siapa Taehyung sebenarnya.

"Aku akan pergi ke Toronto dan mungkin akan tinggal disana selamanya." Sahut Taehyung tanpa basa basi. Ada rasa kecewa saat Taehyung mengatakan hal itu. Entahlah, ia tak pernah membenci Taehyung. Hanya saja ia kecewa dengan Taehyung.

"Aku hanya ingin mengatakan. Jaga dirimu baik baik. Jangan sampai kamu jauh dari pengawasan ibumu atau Jungkook. Dan maaf atas semua yang kulakukan padamu." Sebuah air mata berhasil menetes dari mata indah Taehyung. Oh ini membuat hati Eunha semakin sakit, tak pernah ia melihat Taehyung menangis setulus ini.

"Dan satu lagi ... " Taehyung menatap lekat mata Eunha, menarik masuk dirinya agar lebih dalam lagi menatapnya.

"Aku sungguh akan hal ini." Taehyung menarik nafas sebelum ia melanjutkan kata-katanya.

"I love you so much." Taehyung menarik Eunha kedalam pelukannya. Eunha yang masih tercengang dengan perkataan Taehyung hanya bisa diam atas perlakuan Taehyung saat ini. Eunha bisa mendengar sangat jelas detak Jantung Taehyung yang sangat menyesal.

"Taehyung-ah ... " Taehyung melepaskan pelukannya. Mereka kembali bertatap.

"Jaga dirimu baik baik. Kamu adalah sahabat terbaikku. Jangan lupa untuk menghubungiku nanti, jadilah namja yang baik disana. Oke." Tutur Eunha.

Eunha tersenyum manis, memamerkan deretan gigi putihnya. Taehyung benar benar tak percaya dengan apa yang diucapkan Eunha. Sebelumnya ia berpikir jika Eunha akan menamparnya, membukulnya atau bahkan tidak peduli dengan apa yang Taehyung ucapkan.
Rasa bahagia muncul dari hati terdalam Taehyung. Ia tak bisa lagi menyembunyikan rasa bahagianya saat ini. Ia bahagia pernah mengenal Eunha di kehidupannya. Ia berharap di kehidupan selanjutnya, Eunha akan menjadi miliknya. Menjadi gadis yang berdiri di altar yang sama dengan dirinya, dan menjadi gadis yang akan hidup dengannya selamanya.

To be continued ...

Simjang Godong (심장고동)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang