Juni 2006

2.4K 353 14
                                    

Juni 2006



Ini sudah satu minggu 5 hari semenjak kematiannya. 40% Semua berjalan seperti hari hari biasa. 60% Suasana kabung dan kehilangan masih bisa dirasakan oleh keluarga Jeon. Termasuk sang adik yang lahir 1 menit setelah kakaknya.

Semuanya terasa berubah, tidak ada lagi sesosok orang yang terus mengajaknya bermain. Tidak ada lagi orang yang terus mengganggunya belajar, tidak ada lagi orang yang terus menceritakan harinya, dan tidak ada lagi orang yang selalu hadir saat ia membutuhkan bantuan.

Semua terasa sepi.

"Jungkook-ah ayo makan." Suara lembut seorang wanita yang sudah melahirkan 2 manusia tampan ini berhasil membuyarkan lamunan Jungkook tentang kakanya.

Ia segera melangkah menuju ruang makan. Hanya berdua, hanya ada dirinya dan sang ibu.

Jungkook kembali merasakan kehilangan. Dulu selalu ada 4 orang yang menduduki ruang makan ini, dan berkurang menjadi 3. Dan sekarang hanya ada 2.

Jungkook menghela nafas panjang, Ia menyunggingkan senyuman di bibirnya tak ingin terus terlihat sedih di depan ibunya, karena itu akan membuat ibunya sedih.

"Wah ibu masak ayam. Ahh ibu tau aja aku lagi pengen ayam." Jungkook sedikit melompat gembira, tak kala sepiring ayam goreng diletakkan di meja makan.

"Nah ayo makan yang banyak."

Jungkook dengan semangat melahap makanannya, sesekali ia tersenyum dan mengancungkan jempol kirinya, memuji masakan ibunya.

"Oh iya Jungkook, habis ini kamu bisa gak antarin bingkisan ini ke rumah Tuan Pyong. Kamu taukan rumahnya?"

"Baik bu, akan aku antarkan."

😾😾😾

Wess/

Jungkook menggowes sepeda tuanya. Rumah tuan Pyong memang cukup jauh dari kediamannya, itu sebabnya ia menggunakan sepeda agar lebih cepat.

"Wah Jungkook, ada apa kemari?"

"Annyeonghaseyo, tuan apa kabar? Ini ibu menitipkan ini kepada tuan."

Lelaki paruh baya yang rambutnya hampir habis ini menerima bingkisan yang disodorkan oleh Jumgkook. Lelaki itu mengulas sebuah senyuman seraya mengacak gemas rambut Jungkook.

"Aigoo, kau jauh jauh untuk mengantarkan ini? Kam memang anak baik. Katakan pada ibumu terima kasih."

"Ne, baiklah tuan. Kalo begitu saya permisi."

Jungkook menyeret sepedanya keluar dari pekarangan tuan Pyong.

Lelaki itu kembali menggowes sepedanya menuju rumah tercinta.

Ngiiittt/

Ia mendadak meberhentikan sepedanya, saat matanya menangkap sang ayah memasuki gedung tua.

Untuk apa ayah kesana?

Diam diam Jungkook meletakan sepeda tuanya menyandar pada tembok. Ia memasuki gedung tersebut, mengitari gedung yang tak terpakai ini, mencari sosok sang ayah.

Tapi langkahnya terhenti saat mendengar isakan tangis wanita yang seumuran dengannya. Jungkook menelan salivanya bulat-bulat.

Hei, Jungkook ini hanya seorang anak berumur 10 tahun. Wajar ia takut.

Jungkook dengan sedikit ragu, mendekat ke arah sumber suara. Ia sedikit menngintip dari celah jendela.

Oh siapa dia? Sepertinya aku pernah melihatnya.

Simjang Godong (심장고동)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang