Prolog

0 0 0
                                    

Aku berlari. Tidak peduli kemana kaki ini akan membawaku. Tidak peduli betapa lelahnya aku. Hanya satu hal yang harus kulakukan. Aku harus menjauh dari 'dia'.
Aku tidak menyangka ini akan terjadi padaku. Apa salahku? Mengapa aku harus mengalami ini? Mengapa tuhan membiarkanku menderita seperti ini?
Kakiku tersandung batu. Aku pun terjatuh. Air mataku mengalir. Kini.. kini.. siapa lagi yang akan menyelamatkanku? Siapa yang akan melindungiku?
Aku bangkit berdiri, lalu kembali berlari. Tidak peduli seberapa jauh aku berlari. Tidak peduli pada ranting-ranting pohon yang melukai kulitku, atau duri yang menusuk kakiku. Itu semua tidak seberapa dibandingkan dengan rasa sakitnya, perihnya kenyataan yang kualami.
Aku terjatuh. Kali ini aku sudah tak mampu berdiri. Aku hanya berdoa, semoga tuhan menerima aku. Tapi jauh dilubuk hatiku, aku berharap aku masih bisa selamat.

"Disitu kau rupanya!" Kudengar suaranya. Dia. Iblis yang selama ini mengganggu hidupku.

"Apa yang kau inginkan! Pergi! Tinggalkan aku sendiri! Apakah kau belum puas karena telah merenggut semua yang kusayangi! Pergi!" Jeritku terisak.

Dia tersenyum. Senyum yang paling kubenci di dunia ini. Pisau ditangannya berlumuran darah. Kini hidupku diujung tanduk. Tak ada yang menolongku. Dia berjalan menghampiriku. Otakku memutar kembali memori-memori indah hidupku.
Dia sudah berada tepat didepanku. Pisau tajam itu diangkatnya tinggi-tinggi. Kupejamkan mataku. Hanya bulan yang melihat apa yang terjadi.

The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang